part 3 || luka itu membekas,

72 32 6
                                    

"mereka berbicara, relakan saja,
Karena iya tidak tau, bagaimana rasanya
Kehilangan orang yang udah iya anggap seperti
Rumah sendiri"
~lukaatalla


KRIIIIIIINGGGGGGGGGGGG..........

Jam menunjukkan pukul 06.00 pagi, alarm atala berbunyi dengan keras membangun kan atala dari tidur nya,iya ingat tadi malam iya tidur lumayan larut malam karena sibuk chatting dengan abra.
Atala bergegas bangun dari kasur nya dan berjalan menuju kamar mandi,ntah kenapa iya miliki semangat yang tidak seperti biasanya, semangat yang sempat hilang 1 tahun yang lalu,tapi sekarang sudah mulai kembali lagi,

Setalah selesai berkemas dan memakai seragam nya atala bergegas turun ke bawah dan menyapa sang bunda yang sudah menunggu nya di bawah,
Sang bunda yang telah menunggu nya itu heran kenapa anak gadis nya ini terlihat sangat senang dan gembira, atala sendiri juga merasa heran, kenapa iya mendapatkan tatapan seperi itu dari sang bunda.

"Pagi bun" sapa atala

"Pagi tala" Jawab sang bunda,

"Anak bunda,kok keliatan semangat banget sih" tanya bunda.

"engga ko bun, biasa aja" jawab atala sambil mencomot satu roti selai bikinan bunda erita.

"Kamu lagi seneng banget ya tal?"lagi lagi bunda nya mengulang pertanyaan yang sama.

"Apaan si bun,engga kok" elak atala, sambil memalingkan wajah nya.

"biasanya kalau gini lagi deket sama seseorang ya jangan jangan kamu lagi deket sama cowo ya??" ledek erita.

"AAA BUNDA ,APANSI" balas atala sambil menatap sinis kearah bunda nya.

"Nah gitu dong, kamu senyum, ini engga murung
Mulu kan jadi ilang cantik nya" ujar erita.

"Ah masa" tungkas atala

"Kalo cantik mah ,aku gabakal di tinggal bun" lirih
Atala,sambil mengabis kan sisa roti di tangan nya.

"Kamu itu cantik " tutur erita

"Cuman dia aja yang ga bersyukur " tutur nya lagi

"Ingat ya nak,sebaik apapun laki laki itu ,jangan
Pernah mau bergantung sama dia,karna ketika
Iya pergi kamu sendiri yang bakal hancur"

"Karna di dunia ini tidak ada satu pun laki laki
yang benar benar mencintai mu kecuali ayah mu"
tutur sang Bunda, perkataan erita sukses membuat atala terdiam.

"Ah bunda udah deh, tala mau berangkat dulu"
Jawab atala sambil berdiri menyalami erita.

"Tala pergi dulu ya bun "

"DAAA BUNDAA" teriak atala dan berlari keluar rumah
Menuju bagasi motor.

Saat di perjalan pun atala masih memikir kan perkataan sang bunda, ternyata benar perkataan itu dulu terjadi pada hidup nya, dan membuat diri nya hancur, untung saja iya tidak nekat untuk "bunuh diri" jika kala itu tidak ada dera dan bunda nya yang selalau support dirinya karena sang ayah jauh berkerja di luar kota.

Atala tiba di sekolah sebelum gerbang di tutup, hampir saja iya telat datang, jika telat diri nya bisa kena hukum, atala bergegas masuk ke kelas dan duduk di samping dera, sahabat nya, dengan senyum yang masih merekah,
Dera pun heran, ada apa dengan sahabat nya ini?
Mengapa iya hari ini tampil beda??apa yang membuat sahabat nya ini tersenyum lagi?.

"Lo kenapa tal,senyum senyum sendiri" tanya dera.

"Lo sehat kan tal?" Tanya nya lagi.

Atala membalik kan badan dan mengahadap sahabat nya itu dengan senyum yang masih mengembang.

ABRA-ATALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang