Author POV
Sore hari Sehun ikut menyeruak masuk di gedung olahraga dimana Irene bertanding. Sehun mendekap notebook dalam tas yang dipinjamkan Irene. Lelaki itu terlihat konyol membawa notebook dan sebuket bunga mawar di tengah kerumunan para supporter.
Irene mencari Oh Sehun. Tak sengaja, ia pun menemukan Sehun di tengah kerumunan. Selanjutnya, Irene melirik sebuket bunga disamping kanan Oh Sehun dengan heran.
Sehun yang peka itu langsung berkata,
"Ini untukmu, hwaiting!" sambil memberikan sebuket bunga.Irene salah tingkah saat menerima itu. Lelaki yang biasanya bersikap dingin itu bisa perhatian kepadanya.
"Ah, gomapta. Aku suka ini. Sangat suka."
Setelah itu, Irene tersenyum lalu segera turun ke pinggir lapangan untuk mendengarkan arahan pelatih.
Ketika suara balloon stick membahana, Sehun justru menyalakan notebook Irene. Dalam hitungan detik, ia seperti menghilang dari riuhnya suara para pendukung.
Selama beberapa saat, Sehun mulai mengetik kata demi kata. Sehun memejamkan mata. Ia harus berkonsentrasi lebih keras mengingat kondisi di dalam gedung.
Saat Irene melihat Sehun terus mengetik, gurat kekecawan mewarnai wajahnya. Ia sadar, sahabat lelakinya itu datang kesini bukan untuk menikmati pertandingan.
***
Menit demi menit dilalui Oh Sehun tanpa terasa di dalam GOR. Meski tak selancar biasanya, tapi ia bisa melanjutkan kegiatan menulisnya.
Suasana begitu riuh saat Irene memasuki lapangan. Munculnya Irene membuat Sehun menghentikan kegiatannya sejenak. Sehun bisa merasakan ketegangan pertandingan. Dalam hati, ia berharap Irene menang.
Tak lama kemudian, Irene bangkit menatap ke tribun penonton. Detik berikutnya, ia mengacungkan tangan pada supporter. Ada senyum sumringah di wajahnya.
***
Setelah pertandingan selesai, Sehun sibuk membereskan barang-barangnya dan keluar dari gedung. Sebelumnya, Irene dan Sehun sudah sepakat untuk bertemu di depan GOR seusai pertandingan.
"Chukkae, Irene."
"Gomapta, Sehun. Aah, it's such a miracle."
Sehun hanya mengangguk. Lalu, ia mengingat sesuatu saat merogoh saku celananya.
"Yak. Flashdisk ku ketinggalan."
"Yak, Oh Sehun. Jinjja? Heol! Cepat cari didalam!"
Oh Sehun segera menaiki tangga tribun menuju lokasi duduknya selama pertandingan. Dan keberuntungan berpihak kepadanya. Ia berhasil menemukan flashdisk nya.
Sehun bernapas lega. Di usapnya peluh yang mulai mengalir. Lalu, ia pun segera berjalan menuju pintu keluar. Saat melewati tribun bawah, samar-samat ia mendengar tangisan seorang perempuan.
Oh Sehun menghentikan langkahnya. Bulu kuduk nya merinding. Ia memicingkan matanya, berusaha mencari sumber suara.
Setelah mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru, Sehun menemukan seseorang yang tengah duduk di salah satu bangku tribun depan.
"Agasshi. Gwenchana?"
Suara tangisan perempuan itu tiba-tiba berhenti. Telapak tangan nya ia lepaskan dari wajahnya. Poninya agak berantakan menutupi dahi dan matanya. Gadis itu menggeleng.
"Nde." lalu gadis itu pergi tanpa permisi.
Sehun iba, tapi mungkin gadis itu memang ingin sendiri. Setelah itu, ia keluar. Menyusul Irene yang masih menunggu tak jauh di depan gedung.
***
"Ottokhae?"
"Ini. Sudah ketemu."
"Kaja kita pulang!"
Lalu, mereka berjalan menuju halte bus yang tidak jauh dari GOR. Di sepanjang jalan, mereka mengobrol.
"Sehun-ah, liburan ini kau kemana?"
Sehun menelan ludah. "Penjara."
"Hah? Mwo?"
Oh Sehun menggeleng. Irene menyadari mood sahabatnya itu kurang baik jika dengan topik ini.
"Yak. Aku memang tidak tahu seberapa besar masalah yang kau hadapi. Tapi, lebih baik kau pergi ke tempat yang tenang dan segar."
'Tempat tenang? Segar? Dimana?'
Sehun berusaha mengingat saudara yang pernah ia kunjungi.
Ah! Gyeonggi-do!
Sehun menemukan ide. Liburan ini ia akan ke Gyeonggi-do. Bebas dari penjara, bisa menulis setiap saat. Karena tentunya Baekhyun, sepupunya disana, bisa meminjamkam komputer untuknya. Dengan begitu, ia tak usah meminjam notebook Irene. Aigoo, ide yang sempurna.
"Irene-ah, gomapta!" ucap Sehun tiba-tiba dengan wajah yang sumringah.
"Hah? Aaa, nde." Irene mengangguk-angguk pelan.
"Kau memang sahabat terbaikku."
Oh Sehun tersenyum. Tapi berbeda dengan Irene. Kalimat terakhir Sehun melemparnya dari langit ke tujuh.
'Sahabat? Hanya sahabat. Arraseo.' gumam Irene dalam hati.
TBC...
-----------------------
Annyeong~
Apa tanggapan kalian tentang chapter kedua ini?Yang mau kasih masukan saran tanggapan, silahkan comment
Yang suka silahkan vottment...Sebentar lagi chapter spesial Sehun bakal selesai, yayyyy!!!
MAKASIH YANG UDAH BACA DAN KASIH VOTTMENT ˙▽˙
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dream
FanfictionOh Sehun, penulis amatir yang berprinsip anti-pacaran. Bae Suzy, calon atlet taekwondo muda yang baru kehilangan cinta sekaligus gagal menjadi juara. Takdir menemukan keduanya. Perjumpaan tak terduga dialami oleh mereka. Tapi siapa sangka, keduanya...