Hinata bolak balik meneliti satu per satu warna pemoles bibir mana yang cocok dengan dress cantik yang ia kenakan. Ia mengujinya melalui kulit bagian bawah ibu jari kirinya. Sudah ada lima torehan lipmatte hingga liptint yang terdapat di sana. Mulai dari warna peach, baby pink, nude, rose. Dan pada akhirnya, pilihannya jatuh pada liptint berwarna coral. Ia memoles tipis-tipis benda cair itu ke bibirnya yang ranum secara bergantian, atas dan bawah. Lembab, glossy dan anti-crack, itu efek yang ia rasa. Seiring berjalannya waktu, glossy-nya akan hilang jika ia memakan sesuatu, berganti dengan matte sebagai hasil akhirnya.
Hinata tampak anggun dan feminime, mengenakan dress berbahan rayon viscose dengan cutting A-line selutut warna oranye. Lengan bermodel flounce disertai sandal unik dengan jalinan tali temali yang rumit berwarna krem, senada dengan tas selempang yang ia pakai. Sepintas, Hinata seperti jeruk Sunkist yang sangat menyegarkan saat dipandang, terutama saat musim panas. Hehehe..
Pukul 11.00 siang tadi, Hinata mendapat pesan dari Naruto yang berisi,
- Hari ini saya tidak makan siang sama kamu di apartemen -Mendapati pesan seperti itu, wajah senang Hinata berubah menjadi cemberut. Karena bertepatan dengan pesan itu masuk, saat itu pula hidangan yang akan ia sajikan sudah matang dan siap untuk disajikan menjelang Naruto pulang ke apartemen. Menu spesial olahan buntut sapi yang dipadu dengan pastry.
Hinata yang saat itu masih berdiri cantik di kitchen counter pun tampak berpikir sebelum membalas pesan. Jeda 3 menit berlalu, sebuah ide brilian terbersit di kepalanya. Jari jemari cantiknya mengetik,
- Kalau begitu, saya antar saja. Boleh tidak? -Belum lagi Hinata meletakkan ponselnya, selang 10 detik kemudian Naruto membalas,
- Memangnya menu apa yang kamu buat ? -Lagi, Jari jemari Hinata bergerak-gerak mengetik,
- Olahan buntut sapi -- Sup? -
- Bukan -
- Dibakar ?! -
- Tidak juga -
- Jadi ? -
Mereka terlibat percakapan singkat hanya melalui aplikasi whatssapp. Hinata mengulum senyum geli di ujung bibirnya. Kemudian, jemarinya mengetik balasan,
- Penasaran ? Saya akan antar makan siangnya ke resto saja, boleh tidak? -Telunjuk Hinata bergerak, mengetuk-ketuk meja berbahan granit. Hinata cukup lama menatap ponselnya dalam keadaan gusar. Hilang sudah beberapa menit berjalan, ia tak ada melihat tanda-tanda Naruto akan membalas pesannya. Hinata segera menjauh dari ponselnya dan beralih ke wastafel untuk mencuci perkakas bekas ia memasak yang telah menumpuk.
Walau tangannya sibuk mencuci, sempat-sempatnya ia melirik ke tempat di mana ponselnya berada. Tapi, Naruto tidak kunjung membalas pesan terakhir yang ia berikan. Bahu Hinata mengerdik acuh. Berusaha untuk tidak mempedulikan ponselnya namun nyatanya ia masih saja melirik-lirik dan memasang telinganya baik-baik. Mana tahu, ada notifikasi pesan melalui aplikasi whatssapp-nya masuk. Namun, seiring berjalannya waktu, nihil saja. Daripada menanti yang tidak pasti, ia melanjutkan aktifitasnya mencuci piring dan bersih-bersih dapur Naruto.
Hinata tampak berpikir keras di sepanjang kegiatan yang ia lakukan di siang ini. Ia sepertinya tetap ngotot ingin mengantar sekaligus meminta izin untuk pergi me time walau Naruto tak membalas pesannya.
Memakan waktu 1 jam semua perkakas, telah ia bersihkan hingga benar-benar kinclong. Mengepel lantai, membersihkan meja kompor sekaligus tempat memasak juga sudah ia kerjakan. Tak lupa pula, ia menyiapkan sebuah kotak bekal tahan panas berbahan stainless yang ada di kabinet bawah paling ujung di dekat kulkas. Setelah semuanya ready barulah ia bisa menikmati ritual mandi dengan rasa bahagia serta berdandan seperti sekarang.
![](https://img.wattpad.com/cover/363638480-288-k715318.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Foodie, Tasty, Honey (End) ✔️
FanfictionSeorang Chef yang sedang kehilangan gairah memasak karena ditinggal nikah. Bertemu dengan seorang food vlogger ceria yang doyan makan. Ya, cocokkkk!! "Siapa yang berani memberi respon buruk untuk restoranku, hah?!!" "Dia seorang food vlogger ternam...