Tolong baca ulang bab sebelumnya terutama bagian sarapan, ada bagian yang ditambah dan cukup penting. Pas si kembar bahas Eren.
Ok, lanjut~
.
.
.
.
.
Hinata berusaha mengendalikan getaran di tubuh terutama tangannya.
Masih dengan tangan yang bergetar hebat itu pula Hinata mengambil beberapa tangkapan layar alias screenshot lalu mengirimkan itu pada nomor ponsel Hinata. Tak lupa ia pun menghapus jejak kiriman dan screenshot tadi.
Dengan dada yang merasa sesak tiba-tiba, dia kembali meletakkan ponsel Itachi dan melakukan charging. Saat melakukannya bahkan perempuan itu hampir menjatuhkan benda elektronik suaminya.
Hinata pun keluar kamar dengan langkah pelan dan linglungnya. Dia juga menuruni tangga, lalu masuk ke salah satu kamar mandi di lantai satu rumahnya.
Ia duduk di atas closet.
Pikirannya bertanya-tanya, apa itu tadi? Apa yang baru saja dia lihat?
Potongan-potongan percakapan antara suaminya dan entah perempuan siapa tadi pun berputar-putar di kepala Hinata.
Leha-leha di rumah nunggu ditransfer suami? Kerjaan ngerumpi? Ibu-ibu berotak kosong yang menjadi beban suami?
Hinata membekap mulutnya yang mulai terisak, satu tangannya yang lain juga memegangi dadanya yang tiba-tiba merasa sakit bukan main.
Yang tadi itu, yang terlibat dalam percakapan yang jelas menghinanya itu benar-benar suaminya? Itachi?
.
.
.
Menjadi seorang yang cukup berbeda di antara kebanyakan orang di lingkungannya tentu tidak mudah bagi Hinata.
Dia bukan orang bodoh, secara akademik nilainya selalu memuaskan walau mungkin tak seberprestasi kakaknya, Neji. Tapi sejak dulu juga Hinata tidak begitu berambisi untuk menjadi perempuan berkarir.
Dia lebih suka berada di rumah bersama keluarganya, anak-anak dan suaminya. Mengerjakan pekerjaan rumah, mengurus keuangan rumah tangga, memantau pendidikan anaknya dan segala tetek-bengek yang biasa diurus sebagai ibu rumah tangga.
Hinata selalu merasa hangat dan utuh ketika bersama keluarganya.
Namun perlu dicatat ya, bukan berarti Hinata menganggap peran sebagai ibu rumah tangga lebih unggul daripada seorang ibu yang juga berkarir. Tidak sama sekali! Hinata menghormati keduanya, namun untuk kenyamanan dan kesukaannya sendiri Hinata lebih menyukai ketika dia menjadi ibu rumah tangga. Ini hanya tentang preferensi. Di luar dari itu, menurut Hinata semua peran perempuan ataupun ibu, baik di rumah maupun berkarir sangatlah patut dihargai.
Dulu Hiashi juga selalu menentang keinginan Hinata yang tak berminat pada dunia kedokteran. Oleh bujukan Hikaru lah, ibu Hinata, akhirnya Hiashi melunak dan mengizinkan Hinata berkuliah di jurusan lain dan bukan kedokteran.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALL I WANT [ITAHINA]
FanfictionITACHI X HINATA FANFICTION Romance / Drama / Marriage Life Mature for marriage conflict Naruto © Masashi Kishimoto