VI. Bertemu Untuk Berpisah

58 10 15
                                    

Tiga Minggu. 

Gema tidak pulang ke rumah. 

Padahal, di awal mereka saling berjanji untuk menenangkan diri dengan cara berpisah itu selama hanya satu minggu. 

Dengan berbagai alasan, cuaca buruk di Labuan Bajo sehingga tidak bisa pulang, terjebak di perjalanan, nyasar, dan lain-lain.

Memang, sudah tidak berniat ingin pulang.

Begitu pikiran Maira. 

Jika ditanya bagaimana perasaan Maira saat ini, amarah, kecewa dan rasa kesal menggumpal hingga menumpuk menjadi awan kelabu didalam hatinya. 

Bahkan, berteriak saja sudah tidak mempan. 

Maira mengunci kembali ponselnya setelah berkirim pesan dengan Gema. 


Disebelahnya, Arka sedang tenang mewarnai buku gambar yang diberikan oleh pihak daycare

Maira menatap putra tunggalnya itu, ada rasa sakit ketika melihat Arka, tidak menyangka bahwa anaknya akan melalui hal berat seperti ini. 

“Papi..” ucap Arka, Maira mengangguk lalu mengusap rambut dan pipi Arka. 

“Iya sayang, nanti Papi pulang katanya. Arka mau makan gak, sama Mami?” Arka mengangguk, lalu berlari ke ruang makan, disusul Maira dibelakangnya yang tengah menarik nafas berat. 

Tiga Minggu itu ia jalani dengan penuh rasa sesak didalam hati. Merasa sedih dan gundah, ketika sang suami tidak kunjung pulang. 

Banyak yang membuat Maira bertanya-tanya. Apakah ia seburuk itu hingga Gema tidak mau menemuinya dan lebih memilih liburan ke Labuan Bajo?

Melirik pada seisi rumah, dimana kenangan mereka tersimpan disana— Maira hampir menitikkan air matanya, ia rindu. 

Tapi, tak bisa menangis— Arka tidak boleh melihatnya bersedih. 

**

“Gak bisa gini terus, Gema. Lo harus pulang.” 

“Lo gak kangen sama Maira?”

“Lo gak mau liat senyuman dia lagi?”

Perkataan demi perkataan itu terus menjadi bayang-bayang rasa bersalah bagi Gema. Bukan tanpa alasan ia pergi ke Labuan Bajo, ia sambil bekerja disana, dan alasan-alasan yang ia berikan kepada Maira benar adanya. 

Siapa yang tidak merindukan Maira dan Arka, ia amat sangat rindu. 

Sejenak melihat wallpaper handphonenya, Gema tampak menahan air mata yang hendak keluar. 

Ia tidak bisa terus begini. 

Dengan segera membuka lockscreen, ia menelpon Maira. 

“Mai..”

“Pulang Gema, aku kangen.”

“Aku juga kangen banget, tungguin ya?” 

“Aku tunggu,”

“Jangan nangis..” ucap Gema bergetar, Maira terisak lebih keras lagi. 

“Aku udah nangis daritadi, kangen kamu. Mumpung Arka udah tidur.” 

Gema tersenyum sambil mengusap air matanya,

Titik Rindu ; Mina x MingyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang