Adnan melingkarkan kedua tangannya pada perut rata Kanaya. "Saya cinta kamu Kanaya."
Kanaya terkekeh kecil. "Pak, berhenti bicara omong kosong."
Adnan menyenderkan dagunya pada pundak Kanaya. "Perasaan saya ini nyata Kanaya."
"Kalau begitu buang perasaan itu pak, saya tidak ingin membuat istri Anda marah karena anda mencintai wanita yang bukan dirinya."
"Jangan pikirkan dia."
"Kenapa? dia istri anda."
"Pikirkan saja saya dan kamu, Kanaya. Hanya kita."
Kanaya melonggarkan pelukan Adnan dari perutnya, lalu berbalik menghadap pria tinggi itu. "Saya heran pada orang seperti anda, kenapa tidak bersyukur memiliki istri cantik yang kaya?"
Kanaya menatap mata Adnan dengan penuh tanya, ia ingin tahu apa alasan pria itu.
Adnan mengembangkan senyumnya, laki-laki itu menggenggam jemari lentik Kanaya yang indah, lalu menghirup aromanya dengan pelan agar merasakan harumnya. "Kanaya... Saya tidak keberatan kalau kamu menyebut atau menganggap saya sebagai pria bajingan, karena memang itulah saya, dan pria bajingan ini bersedia menjadi milikmu."
"Saya tidak menginginkan anda pak, permisi."
Kanaya menarik tangannya dari genggaman Adnan, namun segera digenggam kembali oleh pria itu lebih erat. "Pak, dalam kesepakatan kita tidak boleh ada paksaan."
"Saya menginginkan kamu, jadi saya bisa melakukan paksaan jika memang diperlukan."
Perempuan itu memandang marah Adnan, namun nyatanya Adnan melihat seperti anak kucing yang mencoba memberontak, terlihat menggemaskan dimatanya. "Kamu lucu, saya menginginkan bayi yang mirip seperti kamu My love."
Kanaya menghentakkan tangannya agar terlepas dari genggaman tangan Adnan namun sekali lagi ia gagal melakukannya. "Anda pemaksa! semua perempuan tidak akan menyukai pria seperti anda!"
Adnan melonggarkan genggamannya pada pergelangan tangan Kanaya, lalu mengusapnya pelan. "Saya menyakitimu? maaf..."
Kanaya menarik lengannya, lalu duduk pada tempatnya sebagai sekretaris. "Menyebalkan," gerutunya.
Adnan mengikuti Kanaya. "Kanaya, saya sudah bilang minta maaf."
"Bukankah hak saya akan memaafkannya atau tidak?"
Cup. Satu kecupan melayang pada bibir Kanaya dari Adnan.
"Melihat kamu seperti ini membuat saya ingin melakukannya."
"Melakukan apa?"
"S ex."
"Anda benar-benar mesum, sekarang saya harus bekerja."
"Saya ingin melakukannya Kanaya."
Kanaya gagal fokus saat melihat celana Adnan yang menggembung besar, ia menggaruk kepala yang tidak gatal karena malu melihatnya.
"Ayo Kanaya." Adnan menarik lengan Kanaya dan mendudukkannya di atas meja kerja.
"Kyaaaaahhh..."
Adnan melumat bibir manis Kanaya, sedangkan tangannya membuka kemeja yang dikenakan perempuan itu. "Kanaya kamu cantik..."
"Ughhh pak akhhh anda memegang pay, udara saya terlalu kuat aghh...."
"Ini lembut dan besar, saya selalu menyukainya Kanaya ngghhh."
"Akhh kalau begitu hi sap pak ahh aahh his ap dada saya yang gatal ini akhhh shhhh..."
Adnan mengh sap dada besar Kanaya, dan kedua tangannya bermain pada pan, tat sekal Kanaya yang tak kalah seksinya. "Oughhh shhh mpphhh aaahh ssshh..."