Jayan tertawa garing setelah sadar status miskinnya sekarang. Mereka berdua dilarang masuk karena belum cukup umur. Ditambah lelaki itu kesal akibat tidak bisa menyuap.
"Bukannya ini tempat kerjamu? Kenapa kau tidak bisa masuk juga?"
"Sudah kubilang ini bukan jadwalku." Sing dengan wajah lempengnya membuat Jayan menginjak sepatu lelaki itu.
Sing meringis. Berniat membalas tapi Jayan sudah melarikan diri duluan.
"Aku bosan! Aku ingin mabuk!" Jayan berteriak, mengundang tatapan penuh tanya orang-orang di sepanjang jalan.
Sedangkan Sing mendahului lelaki itu, bertingkah layaknya tidak kenal.
"Sing! Mau ke mana kau?!" Jayan menatap tak percaya. Sing sekarang berlari kencang meninggalkannya.
Napas Jayan memburu. Lelaki itu angkat tangan tidak bisa menyamakan langkah dengan gapura itu.
Cukup nekat mereka berdua pulang ke apartemen sambil berlari. Tidak ada pilihan lain. Bus umum sudah tak ada lagi di tengah malam ini.
"Tunggu, bodoh!"
Sing semakin menekan tombol lift agar Jayan tidak sempat masuk. Jayan yang melihat sudah mengabsen seluruh nama hewan untuk memaki lelaki itu.
"Apa kau mau aku terjepit di sana?!" Jayan berhasil masuk dengan tubuh sempoyongan. Keringatnya mengucur membasahi habis wajah.
Sing berdecak, membuang pandangan. Lewat pantulan cermin di dalam lift, lelaki itu melihat Jayan yang sedang menatapnya dari bawah.
"Apa?!" Sing dengan wajah tidak santai membuat Jayan terkejut.
"Bagaimana cara kita mabuk? Aku ingin sekali mabuk hari ini." Jayan merengek, berayun pada kaki panjang Sing.
Sing memijat pangkal hidungnya pusing. Belum mabuk saja tingkah Jayan seperti ini. Pintu lift terbuka, Sing bergerak keluar dari sana.
Jayan tetap lengket berpegangan pada kakinya. Sing harus menyeret langkahnya sedikit kesulitan.
"Lepas atau kutendang kau sekarang?"
Mendengar itu, Jayan segera patuh melepas jeratannya. Ia berusaha menampilkan wajah memelas seperti Kucing. Sing malah merasa wajah Jayan mirip Hiena.
"Ikuti aku." Sing akhirnya mengalah. Seingatnya masih ada beberapa persediaan minuman milik Pamannya.
Jayan yang sepertinya paham segera membuntuti masuk unit 231 itu senang hati.
Untuk ukuran seorang lelaki bergaya urakan, unit apartemennya sangat rapi. Jauh berbeda dari tempatnya.
Jayan minder masuk sini. Langsung merasa dirinya paling jorok sedunia. Ia memperhatikan Sing yang sedang menggeledah lemari pendinginnya.
Sing meletakkan tujuh kaleng minuman soda dengan merek berbeda. Meja di ruang tengah sudah tersusun dua gelas besar. Mata Jayan semakin berbinar. Ditambah Sing yang mengambil beberapa botol soju.
"Campurkan semuanya dan kau akan mabuk."
Jayan tidak pernah mabuk dengan cara oplosan seperti ini. Lelaki itu terbiasa minum anggur impor dengan masa fermentasi bertahun-tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Musim Semi
FanfictionBXB BL ®17+ Anak manja ketergantungan harta itu harus menerima nasib buruk akibat kelalaiannya. Jayan harus belajar mandiri ditambah pertikaiannya dengan seorang lelaki misterius yang selalu punya luka di wajahnya. (SINGxZAYYAN) ...