BAB 4 (PAMIT)

32 4 0
                                    

Jam dinding telah menunjukkan pukul 8 malam. Keluarga Ranaya dan keluarga ndalem tengah menikmati makan malam bersama.Keheningan terpecah saat terdengar suara Rendra "daritadi saya gak lihat Alga. Apa dia belum pulang dari Turki?".  "Alga sudah lama lulus dari Universitas Turki, sekarang dia sedang ada tugas di bandung". Jawab kyai Hassan. "Sekarang Alga sudah mulai mengajar di universitas yang ada di bandung jadi dia jarang pulang kerumah". Tambah Nyai zizah menanggapi. Rendra hanya mangut mangut menanggapi. Disisi lain Ranaya terlihat masih sibuk dengan Makanan nya , perhatiannya terganggu saat terdengar alina menyebut namanya. "Ranaya mulai besok kamu akan jadi santri disini, tolong kamu jaga sikap dan diri kamu ya nak". Perkataan itu sontak membuat ekspresi Ranaya berubah menjadi sendu. " Iya ma" jawab singkat ranaya. Setelah selesai makan malam bersama, kini Ranaya tengah tertidur pulas di kamar tamu yang disediakan untuknya.

ALLAHUAKBAR ALLAHUAKBAR.....

Tidur Ranaya terusik oleh suara adzan subuh yang berkumandang. Ranaya mengucek matanya guna menyesuaikan pencahayaan di kamar tamunya. "Emhhh... Haus banget anjir, kok disini dingin banget ya".Ranaya bangun dari tempat tidur kemudian melangkah keluar kamar, ketika pintu kamar terbuka nampak jelas papa Rendra yang tengah bermain ponsel di ruang makan. "Ranaya pakai kerudung nya nay!". Titah sang papa ketika mendapati Ranaya keluar dari kamar tanpa penutup kepala. "lah kenapa pa? kan nay cuman mau minum". Sangkal ranaya. "Tapi nay disini ada lelaki yang bukan muhrim kamu, juga kadang ada mas pondok yang jadi abdi ndalem disini nay".Nasehat Rendra atas sangkalan ranaya. "Ck, iya iya" ranaya lalu kembali masuk ke kamar guna memakai kerudung nya. Kemudian ia kembali keluar kamar menuju dapur kemudian mengambil segelas air putih dan meneguknya hingga kandas. "Hahh lega juga". "Alhamdulillah". Ranaya terkejut ketika mendapati nyai zizah sudah berada di samping nya ,Ranaya terkekeh kikuk dibuatnya. "Hehe iya nyai maap nay lupa". Ucap Ranaya sembari mengusap tengkuk nya. "Naya orang tua mu katanya mau pulang siang nanti". Kabar nyai zizah. "Iya Bu nyai mama udah bilang sama nay tadi malem". Balas Ranaya , kemudian zizah menyuruh Ranaya shalat subuh yang ditanggapi dengan anggukan oleh Ranaya.
Selepas melaksanakan shalat subuh ranaya membersihkan dirinya dan mulai membantu mama lina menyiapkan barang yang akan dibawa pulang.setelah itu mereka berkumpul di ruang tamu guna mengobrol ringan.
Hingga tak terasa waktu telah menunjukan pukul 12.00 siang dan adzan  Dzuhur mulai berkumandang. Mereka pun mulai menunaikan shalat Dzuhur berjamaah di ndalem. Setelah  selesai  melaksanakan shalat berjamaah dan makan siang bersama, tepat pukul 14.00 orang tua Ranaya pamit untuk pulang. "Nay mama pulang dulu ya, kamu baik baik disini , jangan nakal, kamu harus bisa membanggakan mama sama papa dengan perubahan sifat kamu yang lebih baik, oke sayang". Pamit Alina sembari memeluk sang putri kesayangan. Tak terasa cairan bening membasahi pipi Alina, ia tidak bisa membendung kesedihan nya karna harus berpisah dengan sang putri. Isakan yang terdengar jelas oleh telinga ranaya membuat hati ranaya terasa nyeri, ia tidak bisa menahan air matanya, Ranaya menangis di pelukan sang mama, Ranaya berharap tidak akan kehilangan kehangatan ini, namun nyatanya ranaya harus berpisah dengan orang tua nya walaupun hanya 6 bulan, MUNGKIN..?. Rendra yang melihat itupun hanya bisa menutupi kesedihannya dengan menepuk pelan puncak kepala ranaya dan pundak sang istri. "Sudah sudah , jangan nangis ini semua demi kebaikan ranaya".Ucap Rendra sembari mengecup sayang kepala sang istri dan ranaya secara bergantian.Setelah mereka tenang kini Alina mulai melepas dekapan Ranaya dengan pelan. Senyum manis nan sendu terukir di wajah Alina ketika melihat wajah cantik Ranaya yang dibasahi air mata. "Sudah sayang, kalo gitu mama sama papa pamit pulang ya nanti keburu sore." Ucap Alina sembari menghapus jejak air mata di pipi mulus sang putri, lalu lina dan Rendra mencium kening Ranaya secara bergantian. Setelah berpamitan, kini Rendra dan Alina sudah memasuki mobil, mesin mobil mulai dinyalakan , Rendra kemudian mulai menjalankan mobil sambil sekali mengklakson sebagai sapaan terakhir, Alina tampak melambaikan tangan dari dalam mobil yang kacanya terbuka. Yang dibalas anggukan oleh Nyai zizah dan Kya Hassan, Ranaya melambaikan tangan juga untuk menjawab sapaan sang mama.Laju mobil mulai cepat ketika sudah keluar dari gerbang pesantren, kini wujud mobil itu sudah tidak nampak oleh pandangan Ranaya.

RANAYA ALGAZHEIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang