BAB 2.

20 2 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Suasana dingin menyelimuti mereka, tanah yang mereka pijak bahkan masih basah. langit yang baru saja berhenti menangis itu seakan akan menyambut awal dari kegagalan mereka.

Terlambat. Semuanya sudah terlambat, gerbang sudah terkunci dan mereka tidak akan bisa keluar hingga lebih lanjut.

Kekesalan mereka salurkan dengan umpatan, tendangan ke gerbang, ada juga yang berusaha buat memanjat gerbang tetapi itu semua sia sia, karena setiap kali mereka ingin keluar dari atas gerbang, sirine akan berbunyi kencang.

Salah satu yang memanjat adalah Jeno. "Sepi banget jalanan, ga biasanya kaya gini." Jeno turun dari gerbang, dan melanjutkan ucapannya. "Biasanya ada beberapa kendaraan lewat, atau minimal ada lah aura aura kehidupan. ini engga ada sama sekali."

"Kita ada di alam lain kah?" bisik Winwin ke Minnie yang hanya di respon dengan saling pandang memandang.

Sekitar 10 menit mereka berada di sana. Bingung harus melakukan apa. Daripada berdiam diri di sana merutuki nasib, ketua kelas pun menyuruh mereka masuk kembali ke dalam kelas.

"Jadi tadi Mingyu gimana?" Seseorang akhirnya buka suara mengenai keadaan Mingyu.

"Halah pasti dia udah pulang duluan," balas Jungkook menjawab pertanyaan Haewon.

"Lo diam dulu bisa ga? Gua kan ga ngomong sama lo," gerutu Haewon.

Haewon dan Jungkook memang sering kali terlibat perdebatan, tapi tidak jarang juga saling bercanda.

"Benar. Gua gagal nahan dia buat pergi," ucap Heeseung dengan sedih.

"Gagal? Bukannya lebih baik pergi daripada harus bertahan disini?" Ni-ki merasa bahwa ucapan Heeseung adalah salah dan apa yang temannya lakukan sudah benar.

Belum sempat menjawab pernyataan Ni-ki, mereka sudah sampai di depan kelas dan membuka pintu untuk masuk. Seseorang yang berada di dalam kelas membuat mereka kaget dan terpaku.

"Wonyoung?"

"Kok lo ga ikut turun? Ga mau selamat?" sarkas Jeno.

"Lo ngapain dah?" tanya Karina, teman sebangku Wonyoung.

"Pouch gua ketinggalan tadi, jadi gua naik lagi," singkat Wonyoung namun ucapannya sedikit tergesa-gesa dan terkesan gugup.

Suasana tidak bisa kembali normal, setelah kejadian yang mereka alami. Mereka berusaha menghubungi orangtua, dan bahkan teman mereka. Tetapi, takdir berkata lain. Tidak ada jaringan yang dapat mereka akses.

"Mau main Pripayer pun gabisa." Ryujin dan Momo yang berniat mabar pun dihalangi oleh jaringan.

Suasana riyuh karena tidak ada sinyal, tiba tiba didiamkan dengan proyektor yang tiba tiba menyala, dan memberikan pesan.

24 HOURS.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang