" Seekor Elang tidak akan pernah melepaskan buruannya dan akan mencengkramnya erat hingga tidak ada cela untuk melarikan diri. "
~🦅🐈~
..
.
5 Mei 2024, Chiang Mai.
Udara di malam hari terasa menusuk hingga ke tulang. Jalanan terlihat lenggang, hanya ada beberapa pengendara yg melintas. Suasana jalan yg sunyi dan remang-remang karena hanya diterangi beberapa lampu jalan, sama sekali tidak melunturkan rawut ceria pemuda bernama Ayan Rattanakitpaisarnt. Jemarinya terlihat lincah menghitung beberapa lembar uang kertas hasil jerih payahnya setelah seharian bekerja di Bar.
" ....19, 20. 20000 bath?! Terima kasih, Tuhan. Ini adalah pendapatan terbesarku sejauh ini. Mengambil jam kerja ekstra ternyata tidak buruk juga. Ah, aku harus segera pulang. Ibu pasti sudah menunggu," Ayan segera memasukkan amplop berisi uang itu ke dalam tas berukuran kecil yg selalu dibawanya saat bekerja. Meski jalanan terlihat sepi, siapa yg tahu kejahatan akan datang kapan saja.
Ayan kembali melanjutkan langkahnya, sesekali dia menyandungkan lagu untuk menemaninya selama perjalanan. Jarak antar 'SunRay Club' dan rumahnya kurang dari dua kikometer. Biasanya Ayan akan pulang menumpang dengan teman kerjanya ataupun dengan bus umum. Sayangnya, malam ini dia harus pulang telat karena mengambil jam kerja ekstra. Teman-temannya sudah pulang sejak 2 jam yg lalu, bus terakhir datang pukul 11 malam. Sementara Ayan baru pulang pukul 1 dini hari.
Udara dingin yg berhembus membuat Ayan semakin mengeratkan jaketnya. Kini dia sedikit menyesal telah menolak tawaran pulang bersama Nick, bosnya.
'Tolong ampuni saya, Tuan!'
Langkah kaki Ayan refleks berhenti saat indra pendengarannya menangkap suara janggal dari arah gang gelap yg akan dilewatinya. Ayan menoleh ke arah gang yg terlihat remang-remang dan sunyi. Tapi, Ayan yakin mendengar suara seseorang dari arah gang itu.
'TOLONG! Akh!, ' Kali ini suara terdengar semakin jelas, sepertinya seseorang itu sedang dalam masalah.Ayan masih berdiri terpaku di tempatnya. Pikiran dan perasaannya sedang berdebat. Namun pada akhirnya Ayan tidak bisa menghentikan kakinya yg kini justru melangkah dengan berani masuk ke dalam gang itu. Padahal tangannya sudah gemetaran. Bukan lagi karena hawa dingin, tapi karena rasa takut yang tiba-tiba menyelimutinya. Oh ayolah, kemana keberaniannya tadi.
Setelah melangkah cukup jauh ke dalam gang yg hanya diterangi lampu jakan yg remang-remang. Langkah Ayan terhenti setelah pandangannya mulai menangkap sosok yg sejak tadi berteriak minta tolong, tampak bersantar lemas di tembok pembatas dengan kondiai memprihatinkan. Dengan sisa keberaniannya yg tinggal seupil, Ayan memutuskan untuk menghampirinya. Namun, baru saja akan melangkah, tiba-tiba saja sosok lain muncul dari balik kegelapan hingga membuat Ayan nyaris berteriak karena terkejut.
'T-tolong, Ampuni saya, Khun Kha-,'
Dorrr!
Suara letusan senjata api dengan peluru yg bersarang tepat di kening sosok sekarat itu membuat tubuh Ayan lemas seketika. Bahkan dia sampai lupa bernafas untuk sesaat. Ayan tidak percaya, dia baru saja menyaksikan adegan pembunuhan secara nyata bukan hanya adegan di film saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
KHUN
FanfictionKehidupan tenang Ayan Rattanakitpaisarn berubah setelah pertemuannya dengan sosok pria misterius yang langsung membuatnya trauma. Pria berdarah dingin dengan wajah tampan yg memikat, namun mematikan. Sosok pria yg menjadikan Ayan sebagai target buru...