Chapter 4: a Devil with an Angel's Heart

127 17 9
                                    


.


.

.

🦅🐈

          " AYAN!!!, "

           Suara teriakan Alan mengagetkan dua orang yang sedang bersitegang. Rahang Alan mengeras dengan tatapan yang menajam, saat mendapati Ayan dalam keadaan dipojokkan ke dinding dan berusaha melepaskan cengkraman pria tua yang berniat melecehkannya.

Alan menggeram marah begitu melihat wajah mulus lelakinya kini dihiasi memar dengan luka sobek di sudut bibirnya.

" Bajingan!, " teriak Alan marah, ia melangkah cepat untuk menarik kemeja pria tua itu dan menghempaskannya ke lantai. Ayan yang kaget dengan gerakan tiba-tiba dari Alan refleks melangkah mundur dengan rawut wajah ketakutan.

Bug! Bug! Krak!

Alan melayangkan pukulan bertubi-tubi pada pria tua itu. Gilanya lagi Alan mematahkan kedua pergelangan tangan pria tua itu sebagai balasan karena sudah lancang menyentuh miliknya.

Ayan yang ketakutan hanya bisa bersembunyi di sudut ruangan dengan kedua tangan menutupi telinganya. Tubuhnya nampak gemetaran, dadanya terasa sesak hingga membuat nafasnya tidak teratur.

'Tolong, jangan sekarang', batinnya meracau. Panicattacknya sepertinya kambuh. Sialnya dia lupa membawa obatnya.

Di sisi lain Alan terus saja menghajar pria tua itu dengan membabi buta, bahkan ia tak peduli dengan lawannya yang sudah tergeletak tak berdaya dengan luka memar dan sobekan di beberapa area wajah dan tubuhnya. Jangan lupakan darah segar yg terus keluar dari hidungnya yang mungkin sudah patah akibat pukulan Alan yang tidak main-main.

" Si-siapa kamu? Saya...ukh...tidak ada urusan...ukh...denganmu, " ucap pria tua itu dengan menahan sakit.

Alan tersenyum culas.

" Malaikat mautmu! Sudah siap bertemu penghuni neraka lainnya, bastard, " ucap Alan yang terdengar mengerikan.

Tanpa belas kasihan Alan menekan leher pria itu dengan kakinya, hingga membuatnya kesulitan bernafas. Alan sepertinya masih belum puas, jiwa psikopatnya sudah mulai mengendalikan dirinya.

" J-jangan, " suara bernada lirih itu membuat tubuh Alan seketika menegang.

'Sial, aku kelepasan!,' rutuknya dalam hati. Saking asiknya menyiksa mangsanya, Alan sampai lupa dengan keberadaan Ayan yang mungkin saja menyaksikan kegilaan sisi dirinya yang lain.

Alan seketika menoleh ke arah Ayan yang nampak meracau dengan tangan yang terus memukul dadanya. Rawut wajah Alan seketika berubah menjadi panik.

Alan segera menghampiri Ayan, tanpa memperdulikan mangsanya yang sudah tergeletak tak sadarkan diri. Entah masih sekarat atau sudah pindah alam. Alan yang berjongkok dengan sebelah kaki menyentuh lantai, berhadapan dengan Ayan yang tampak meracau. Sebelah tangannya terulur untuk menyentuh pundak yang lebih muda namun langsung di tepis oleh Ayan.

" Jangan sentuh! Pergi! Tolong, jangan sakiti Aye!, " racau Ayan, pipinya sudah basah dengan air mata yang tak berhenti mengalir.

" Hei, ini saya. Saya tidak akan menyakiti kamu, " ucap Alan lembut, ia berusah menghentikan gerakan serampangan Ayan yang memberontak saat Alan memegangi tangannya.

" Aye bilang pergi! Mæ̀ , tolong Aye! Hiks...hiks, " racau Ayan.

Bagaimana pun Ayan tentunya kalah tenaga. Pukulannya pada Alan pun semakin melemah, namun isakannya masih sama kerasnya.
Entah kenapa Alan ikut merasakan sesak. Melihat lelaki yang dicintainya sekacau ini membuat rasa penyesalan di hatinya bertambah. Ia menyalahkan dirinya sendiri. Andai ia tidak lengah dan datang lebih cepat, Ayan sudah pasti tidak akan berakhir seperti ini.

KHUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang