Sejak awal aku memang sudah kalah, aku tidak mampu untuk mengambil seutuhnya darinya. Posisinya tidak bisa digantikan oleh siapa pun, termasuk aku. Tempatnya terlalu dalam untuk aku menyelam.
Salahnya, aku enggan untuk beranjak dan masih setia di tempat ini. Terlalu nyaman sekaligus menyesakkan. Ntah ilusi apa yang lagi - lagi kamu ciptakan sampai aku terhipnotis dengan dunia yang aku ciptakan sendiri.
Haruskah aku beranjak dengan dopamin yang masih memuncak, ini? Atau, haruskah aku membiarkan semuanya berjalan seolah aku tidak tahu apa - apa dan merasa semuanya baik - baik saja?
Apa aku akan menjadi buruk ketika aku meninggalkannya secara tiba - tiba dengan beribu pertanyaan yang menyerang saraf otakmu tanpa kejelasan, ini? Ataukah, kamu bersikap justru seolah memang sudah saatnya kita berakhir?
KAMU SEDANG MEMBACA
Diksi
PoetryUntaian kata saling bersahutan layaknya frasa yang menjadi ungkapan isi hati.