Chapter 1

4 1 0
                                    

"Kayaknya udah mau hujan nih, kita pulang aja gak sih? syutingnya lanjut besok aja."

Pria yang sedaritadi hanya menatap script tebal itu langsung mendongak dan melihat keadaan langit yang saat ini memang sudah gelap. Sepertinya memang akan turun hujan deras. Pria itu lalu menoleh sekelilingnya di mana semua orang tengah membereskan barang mereka masing-masing. Padahal syuting hari ini tinggal sedikit lagi selesai, sangat tanggung jika berhenti. Namun teman-temannya itu mental emak-emak komplek sekali, alias takut hujan.

"Nanggung banget Desta, dikit lagi padahal. Lagian biar aja hujan biar efek dramatis alaminya dapet." ucap pria itu. Pria yang dipanggil Desta itu merotasikan matanya malas.

"Andri... Gak biasanya lo ambis ngerjain tugas, biasanya juga paling semangat cepat pulang." ujar Desta sembari memasukkan kamera miliknya ke dalam tas khusus. Andri hanya terdiam lalu kembali mendongak menyaksikan bagaimana awan hitam itu terus merapat.

"Mau ngegalau lagi? Ck ck ck, lupain Aini, dia udah bahagia sama yang lain. Kali-kali terima si Rio. Kasian capek banget dia ngejar-ngejar lo." ujar Desta asal membuat Andri langsung saja memukul kepala Desta menggunakan kertas script yang tebal itu.

"Najis, gue gak belok ya." tepis Andri lalu bersiap memakai ranselnya lalu pergi dari sana.

"Halah bacot, bentar lagi lo juga belok!" teriak Desta membuat orang di sekitarnya langsung menoleh menatapnya aneh.

***

Andri sampai di unitnya bertepatan dengan hujan yang turun dengan deras. Setelah menyalakan lampu unitnya, seperti biasa Andri melihat pemandangan yang sudah seperti kapal pecah. Sampah berserakan, pakaian yang berceceran serta perabotan yang tidak rapih. Andri sangat malas untuk membereskan itu semua, baginya membereskan unit adalah membuang tenaga. Toh siapa juga yang akan bertamu ke unitnya. Paling hanya Desta, itupun Desta bukanlah ratu inggris yang harus disambut dengan penuh kerapihan bukan?

Sebenarnya Andri dulunya tidak seberantakan ini. Namun setelah ditinggalkan oleh orang yang ia cintai, hidupnya berubah seratus delapan puluh derajat. Cengeng memang, Andri mengakui ia masih belum melupakan cinta pertamanya. Itulah yang membuat hidupnya jadi tak tertata lagi sekarang.

Andri menghela nafasnya ketika melihat pakaiannya yang terkena hujan di luar balkon. Lantas pria itu langsung menuju balkonnya untuk mengambil pakaiannya yang sudah basah itu. Namun langkahnya terhenti ketika ia akan membawa bajunya masuk ke dalam unit. Ada seekor kucing kecil berwarna hitam yang tampak basah tengah berteduh. Kucing itu terlihat kedinginan, matanya sayu ketika menoleh ke arah Andri. Kasihan sekali.

Andri meletakkan pakaiannya di ember lalu segera membawa kucing hitam itu ke dalam unitnya dan langsung menggulung kucing itu di dalam handuk miliknya setelah mengunci pintu balkon. Andri duduk di sofa miliknya lalu mulai mengusap bulu basah kucing hitam itu dengan lembut dan hati-hati. Bagaimanapun kucing itu masih kecil, jadi harus diperlakukan dengan lembut. Kucing itu hanya diam menurut menatap Andri dengan mata tembaganya yang berkilauan seolah terpanah dengan Andri.

"Kamu kok sendirian di balkon? induk mu mana hm?" tanya Andri, padahal bertanya dengan seekor binatang dengan bahasa manusia tentu akan membuat binatang itu bingung.

"Meong~" Andri terkejut sebentar ketika ucapannya dijawab oleh si kucing kecil, seolah si kucing paham apa yang Andri katakan.

"Kamu jangan pakai bahasa kucing dong, pakai bahasa manusia aja." Ujar Andri sambil terkekeh.

"Meong~" kucing itu kembali mengeong membuat Andri jadi gemas sendiri, melupakan perasaan melownya tadi.

"Kamu mau makan gak? aku punya ikan kaleng loh." Andri meletakkan kucing hitam itu di atas sofa membiarkannya untuk duduk. Kucing itu tentu duduk dengan tegap menatap Andri dengan wajah polos menggemaskannya membuat Andri sendiri jadi menahan diri untuk tidak melahap kucing kecil di hadapannya.

"Oke aku bikinin makan dulu ya, kamu tunggu di sini aja." ujar Andri lalu berjalan menuju pantry. Namun kucing itu tampak melompat dari sofa lalu mengikuti Andri dengan kaki kecilnya.

"Loh kenapa malah ngikutin aku? kan aku bilang tunggu di sofa." Ujar Andri membuat kucing itu berhenti melangkah lalu tampak menunduk membuat Andri mengernyit. Sepertinya kucing itu tahu kalau ia sedang dimarahi.

"Haduh terlalu imut ini sih!"

Paw in My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang