~03~

11 3 0
                                    

"segitu inginnya kamu kabur dari takdirmu, lihat sendiri dan hadapi mulai sekarang."

Kalimat tersebut terus berulang menghantui pikiran Amarie. Tapi, mulai dari titik itu hal aneh terjadi kepadanya. Tidak hanya aneh tapi mengerikan menurut sebgaian orang.

Amarie yang pulang dengan perasaan campur aduk berjalan dengan kebingungan yang membelenggu, ia tenggelam dalam pikirannya dengan mempertanyakan segalanya. Ia Menolak percaya akan semua omong kosong pada obrolannya di atap sekolahs sampi meragukan penilaiannya sendiri seolah sesuatu telah mempengaruhi dirinya.

"Jangan terlalu dipikirkan nak, jangan biarkan orang laini mempengaruhi dirimu," kalimat itu terucap oleh nenek yang sedang duduk di depan toko karpet yang searah dengan jalan pulang Amarie.

Amarie yang sedang melamun pun terdiam mendengar kalimat tersebut, setelah mengangguk ke arah nenek tersebut ia melanjutkan jalannya. Merasakan ada yang janggal karena ia merasa tidak enak hanya mengangguk tanpa mengucapkan sesuatu Amarie pun berbalik mengucapkan, "Terimakasih," tapi hanya jalan kosong yang ada di hadapannya.

Hal tersebut membuat Amarie berpikir mungkin nenek itu sibuk mengurus toko lalu pergi dari tempatnya tadi, Amarie yang tadinya terdiam pun bergegas pulang setelah pikirannya jernih kembali.

Di rumah tua yang ditinggalkan keluarganya, Amarie terus terbayang mimpinya sesaat sampai di rumah. Gelisah karena hal tersebut membuatnya kesulitan untuk tidur hingga badannya mengeluarkan keringat seperti sehabis berlari.

Tidak nyaman dengan perasaan gelisah yang dialaminya Amarie pun beranjak dari kasurnya mengambil air minum untuk diminumnya dan menyegarkan pikirannya kembali. Tapi entah mengapa suasana dapurnya terasa mencekam, terasa seperti ada seseorang selain dirinya. Amarie berusaha mengabaikan hal itu karena pikirannya yang sudah kacau.

Jam 2 dini hari, Amarie yang masih menenangkan diri dikagetkan dengan suara aneh yang terdengar dari kamarnya, yang anehnya suara itu terdengar seperti seseorang yang berbicara sendiri. Amarie yang sedang berada di dapur pada saat itu curiga akan hal itu. Ia berencana untuk menginvestigasinya, ia mulai membuka pintu secara perlahan yang menghasilkan suara seram pintu tua yang bergesekan dengan lantai. Seiring pintu terbuka, terlihat sosok berambut gelap berdiri didepan jendela dengan menatap ke luar. Amarie mulai mendekatinya dengan cara mengendap. Perlahan sosok tersebut pun menengok ke arah Amarie sembari diiringi petir yang menggelegar, "Hai" dengan mendengar kata tersebut Amarie pingsan.

Seminggu telah berlalu, Amarie duduk dengan tatapan kosong saat pelajaran berlangsung. Kantung matanya yang hitam dan membengkak menunjukan kalau ia tidak tidur selama hampir seminggu.

"Del, kamu abis apa? perang dimana?" Tanya Rania melihat sahabatnya duduk dengan tatapan yang tidak memiliki arah.

"Aku belum tidur selama 6 hari kebelakang, kukira cuma mimpi buruk tapi ternyata semua itu nyata," balas Amarie dengan nada lelahnya.

*manusia bisa tidak tidur selama beberapa hari, rekor dipegang selama 11 hari.

"Apanya yang nyata? kamu bisa cerita loh ke aku," rasa khawatir Rania terlihat setelah mendengar perkataan Amarie yang begitu putus asa.

Luca datang dengan mengatakan hal yang begitu ambigu, "akhirnya kamu sadar, itu yang kamu lupakan sampai saat itu, aku cuma melepas hasratmu yang membuatmu bisa berimajinasi lagi." 

"hah? hasrat? Luca melepas hasrat Amarie? HEH! Apa ini! Kalian berdua abis ngapain WOY!? Kamu gabisa tidur karena dia?" Rania bingung dan khawatir, pikirannya sudah dipastikan kemana-mana.

Satu kelas mendengar percakapan itu. Percakapan tersebut membuat keributan di dalam kelas. Semua orang membicarakan apa yang sedang terjadi. Ada yang berbisik, mengobrol terang-terangan, sampai ada yang langsung mengambil kesimpulan. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KARDIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang