Cerita hanya fiksi
***
"Pak kayanya saya lebih suka minuman bapak deh, lebih enak rasanya dari pada yang saya hehe," ucap gadis itu menyengir.
Pria itu hanya tersenyum lembut mendengar ucapan gadis kecilnya, "ambillah punya saya kalau begitu," ucapnya sambil terus memfokuskan pandangan ke kemudinya.
"Betul pak? Bapak ga marah?" tanya gadis itu hanya untuk basa basi padahal dalam hatinya sudah sangat gembira.
"Betul sayang, apasih yang kamu mau lagi semua akan saya berikan," ucap pria itu yakin.
"Baiklah, kalau begitu saya ingin menjadi satu satunya istri bapak," ucap gadis itu.
Cittttt..
Spontan pedal rem di injak mentok oleh pria itu. Ia kaget bukan main, gadis itu mengucapkan kalimat yang sangat ambigu.
"Bapak kenapa? Saya salah bicara ya?" tanya gadis itu khawatir, dalam hatinya sudah menggerutu diri sendiri, takut takut kalau pria di sampingnya ini marah karena ucapannya yang begitu sembrono.
Pria itu menarik napas panjang, ia menstabilkan emosi dan langsung menancap pedal gas lagi. Untung saja jalanan di malam itu sedang sepi, jadi walaupun rem mendadak tadi tidak mengganggu pengguna jalan lain.
"Bapak?" panggil gadis itu sekali lagi.
"Tidak, saya tidak apa apa, hanya reflek kaget setelah mendengar ucapan mu," jawab pria itu yang tampak tenang lagi.
"Maafkan saya pak, saya tidak bermaksud bicara seperti itu, itu hanya ungkapan hati kecil saya dan tidak begitu serius kok pak tidak usah dipikirkan," jelasnya panjang kali lebar.
"Sekali lagi saya minta maaf pak,"
Hening. Pria itu memilih untuk tidak menjawab ucapan gadis kecilnya.
15 menit kesunyian telah usai. Dua insan itu sudah sampai disebuah apartment. "Sayang, masuk duluan ya saya ingin mengabari Sintya dulu," titah pria itu.
Gadis itu tak bicara, hanya mengangguk denga senyuman kecil dibibirnya. Gadis itu berjalan dengan lesu menuju lift, pikirannya sedang mengawang entah kemana. Ia memikirkan seribu kemungkinan yang bisa terjadi pada hubungannya dan pria yang ia cintai itu, untuk beberapa waktu ke depannya.
***
Selesai mandi. Gadis itu langsung berbenah memakai piyama tidur dan keluar kamar. Ia menemukan pria yang ia cinta sedang duduk fokus menatap layar ponsel genggamnya.
"Bapak nungguin saya buat makan?" tanya gadis itu memecah keheningan.
"Iyaa sayang, saya ga selera untuk makan kalau tidak ada kamu," ucap pria itu lembut sekali, sampai sampai bisa dibuat terbang gadis itu karena ucapan manis prianya.
"Bapak gombal," ledek gadis itu dan membuat kekehan geli dari pria itu.
"Enak ga rasanya?" tanya pria itu sambil memperhatikan gadisnya mencicipi nasi goreng yang mereka beli saat perjalanan pulang tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Berlin!
Romance"Mungkin ini jawaban dari doa doaku, mungkin saat inilah akhirnya aku bisa memilikimu, mungkin inilah takdir Tuhan yang sebenarnya, biarkan kali ini aku memilikimu.." "Will you be my wife? Be the last and forever" "Kahfi.." Terisak-tak kuat menahan...