Chapter 2 - Yang Hilang Ditelan Masa

13 8 0
                                    

Selang beberapa hari, Karol kembali pada rutinitas perkuliahannya,  berkutat dengan tugas - tugas yang tiada henti berdatangan. Suatu momen langka, demi merampungkan tugas yang ada, ia menuju perpustakaan universitasnya karena biasanya ia mendekam diperpustakan fakultas. Karol bersama temannya yang bernama Gia mengarahkan langkah kakinya keperpustakaan yang letaknya cukup jauh dari gedung perkuliahannya.

"Eh rame banget lapangan basketnya. Lagi event olahraga dari fakultas mana ya ?" Tanya Gia melihat kerumunan didekat jalan yang akan mereka lewati. Memang letak perpustakaan yang mereka tuju, berdampingan langsung dengan lapangan basket.

"Gatau juga, duh susah ni lewatnya" keluh Karol melihat banyaknya kerumunan yang ada. Sempat terbesit dibenaknya untuk mengurungkan niat kesana. Namun, Gia menyeretnya. Mereka melewati belakang bangku pemain untuk masuk ke dalam perpustakaan karena itulah satu - satunya jalan.

"Oi Karol, sombong lu sapa dong" sebuah teriakan memasuki telinganya, ia mencari - cari sumber suara yang menyinggung namanya itu. Tempat pemain memang cenderung sepi, tetapi tetap saja menarik perhatian terlebih hanya Karol dan Gia yang bergender perempuan disana.

Karol memincingkan mata ketika mendapati ada pemuda yang melambaikan tangannya. Sayangnya mata karol yang bermasalah dan tanpa bantuan kacamata itu tidak mampu mengenalinya. Karol menengok pada Gia meminta bantuan. "Sumpah gakenal"bisik Gia padanya. Ia akhirnya terpaksa merogoh kacamatanya. Pandangannya yang sekarang terbantu mengenali pemuda itu sebagai Estu.

Meski enggan, Karol pun membalas dan melambaikan tangannya juga. Mendapat sambutan, Estu pun berlari mengampirinya.

"Gue pikir lo sombong sekarang. Ternyata mata lo serabun itu." Estu mulai bercengkrama membuat Karol berada dalam posisi yang agak awkward karena menarik banyak perhatian. Terlebih seperti keterangan ayahnya, Estu sekarang tinggi bahkan melebih karol ditambah wajahnya yang lebih dewasa. Tentunya perwakannya kini menarik para wanita. Belum lagi, dalam waktu yang panjang mereka tak pernah bertukar kata. Tiba - tiba seperti ini, Karol sedikit tak nyaman.

"Hehehe iya gue males pake kacamata soalnya, lo tanding sekarang ?" Karol meneruskan percakapan itu.

"Iya nih, ini antar fakultas tau, lo ga nonton fakultas lo ? Kalau gasalah nanti bakal lawan fakultas gue sore hari" terang Estu padanya.

"Sorry banget ga tertarik" Karol mengakui keenganannya

"Dih bisa gitu. Lo mau ke perpus kah ?" Tanya Estu pada Karol

"Iya ni mau cari buku" jawab Karol

"Habis nyari buku, kalau lo mau, nonton gue dong. Kapan lagi ya kan ? " Tawarnya pada Karol.

"Terima kasih banget buat undangannya cuma habis ini gue masih ada kelas" Karol harus menolak ajakan tersebut, selain ia tidak gemar menonton pertandingan, siapa dia tiba - tiba mendukung Estu disana. Mereka memang dekat dulu, kalau sekarang beda lagi ceritanya.

"Yah yaudah deh semangat kelasnya. Btw, foto bareng dong. Bokap gue nanyain lo mulu" Pinta Estu. Karol tidak menganggap ada yang mencurigakan dari permintaan tersebut sehingga ia mengiyakan. Dengan meminta bantuan Gia yang daritadi menjadi patung, Karol dan Estu memotret pertemuan mereka itu. Setelah itu Karol dan Gia kembali melanjutkan agenda mereka, sementara Estu kembali pada timnya. Karol tak lupa meminta maaf pada Gia karena membuatnya menunggu lama.

You're My YellowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang