Chapter 11 - Masa Lampau 3

15 8 0
                                    

Estu x Carol Past 3

Peristiwa itu adalah permulaan kedekatan Estu dan Karol. Mereka mulai bercengkrama. Kini Estu sudah tidak bergaul dengan "orang - orang itu" tetapi Estu tidak dapat menghilangkan sifat begajulannya, sepertinya itu sudah mendarah daging dalam dirinya . Seperti saat ini, Estu sedang menghabiskan waktu istirahat dengan berkaraoke ria dengan teman - temannya menggunakan alat kebersihan kelas. Tak segan, mereka naik - naik dikursi. Karol ? Gadis itu tetap tenang dikursinya. Estu yang sudah kelar bermain - main kembali kebangku mereka.

"Ihh lo baca buku mulu, ngobrol apa ngobrol" ganggu Estu sambil mengoyangkan lengan baju Karol.

"Ish kamu diem dong, ganggu tau ga" kejahilan Estu ditepis Karol dengan wajah kesal.

"Dasar, sini bukunya, kita main ini dulu" Estu menyita buku Karol, lalu mengeluarkan buku mewarnai lengkap dengan pewarna dari tasnya.

"Sekali - kali main ini, lo punya banyak waktu buat baca buku memusingkan itu" terang Estu menjawab muka tak suka Karol. Meski tak rela, ia pun mulai mewarnai bersama dengan Estu. Sesekali, Estu akan menyoret pewarna itu ketangan Karol yang dibalas juga oleh Karol. Estu terkadang juga memberikan warna aneh yang menyinggung prinsip estetika Karol, tetapi entah mengapa Karol merasa itu mengasikkan.

Seperti itulah mereka menghabiskan waktu bersama, kedekatan mereka berlangsung seperti rutinitas. Bahkan keduanya sering bermain kerumah satu sama lain. Contohnya, saat mendekati minggu ujian. Karol akan menyeret Estu kerumahnya untuk belajar.

"Kamu ngga boleh dapet nilai jelek" ucap Karol pada Estu yang saat ini cemberut karena dihadapkan dengan buku.

"Aduh Karol, gue tuh ga temenan ama belajar, jangan buang - buang waktu lo buat kayak ginian deh" Estu menolak dengan maksimal

"Aku ga maksa kamu mendadak jadi pinter kok, aku cuma bilang kamu harus lulus, biar ga repot. Kalau kamu gamau banget yaudah kamu disitu aja aku belajar" ucap Kalor menghadapi protes Estu yang tiada habisnya, selalu seperti itu ketika sudah berhubungan dengan belajar.

Estu awalnya sibuk dengan semua mainan yang ada disana, tetapi akhirnya melihat Karol terus menerus belajar. Dia pun tergerak untuk belajar . Sekali - kali jadi orang bener pikirnya.

"Liat Karol gue dapet 100 hehehe" pamer Estu saat hasil ujian mereka dibagikan. Karol bertepuk tangan melihatnya, ia ikut senang Estu mendapat nilai yang baik karena meski mengeluh sepanjang waktu, Estu memang bisa serius dan cepat menangkap.

"Ya, demikianlah hasil ujian kalian. Ibu sedikit heran kenapa Estu yang mendapat nilai tertinggi, kamu nyontek Karol kah atau kamu nyuri kunci jawaban. Kamu dapet nilai bagus aja aneh apalagi dapat nilai tertinggi" Curiga guru itu, membuat Karol mengernyit.

"Engga bu, saya ngerjain dengan jujur" Estu tentunya mengelak. Ia benar - benar jujur.

"Masa sih. Karol coba ngaku , kamu sebangku sama dia pasti lihat kalau dia macem - macem. Ibu tau kamu anak baik. Kamu ngga usah takut kalaupun dia ngancem kamu, ibu akan bantu" kata guru itu lagi menuai bisik - bisik dikelasnya

"Saya yakin Estu ngerjain sendiri Bu dan tidak curang. Lagipula Bu, mohon maaf jika sekiranya menyinggung,  yang aku tau kita ujian diawasin kan sama guru - guru. Masa ibu gak percaya sama hasilnya Estu, kalau misalnya Estu nyontek harusnya guru - guru lain tau dong pas ngawasin lalu langsung bertindak.. Kalau ibu curiga sekarang berarti pas ujian guru - guru ngawasinnya ga bener dong" dengan nada bertanya - tanya Karol mematahkan dugaan guru tersebut. Sejujurnya ia kesal, kenapa Estu dicurigai seperti itu.

"Kamu ga sopan ya sekarang. Apa karena sekarang main sama Estu kamu jadi begitu" sarkas guru itu lagi tak terima dengan perkataan Karol

"Menurut saya, saya sudah berusaha untuk sesopan mungkin Bu. Tidak mempercayai dan mengapresiasi hasil murid juga ga sopan. kalaupun saya tidak sopan menuruf ibu berarti salah ibu saya seperti ini karena tempat duduk ibu yang atur" tanpa takut Karol mematahkan argumen guru itu lagi . Guru yang kesal itu langsung mengakhiri kelas dan tidak lagi melanjutkan dugaan tak bertuannya.

Semenjak tuduhan yang dilontarkan gurunya, Estu menjadi lesu. Semangatnya yang biasa menggebu - gebu hilang entah kemana. Bahkan, ketika Karol dan dirinya sedang dalam perjalan pulang. Estu tampak tak niat berjalan. Langsung saja, Karol menepuk punggungnya.

"Jangan nyerah gitu dong, biarin orang mau bilang apa yang penting kamu buktiin. Ini aku kasih permen" Karol menyemangati sosok yang kehilangan semangat itu.

"Tapi gue sebel, gue udah berusaha. Giliran dapet malah dicurigai" keluh Estu pada Karol sambil mulai memakan permen itu.

"Kalau kamu kalah sekarang ibunya nanti seneng, jangan biarin dia seneng ngetawain kamu. Kita buat dia nyesel pernah bilang gitu" ujar Karol lagi yang didapati anggukan meski belum pulih akhirnya Estu mau melanjutkan perjalanan pulang.

You're My YellowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang