1

310 20 0
                                    

Dentingan besi yang saling beradu, membuat siapapun yang mendengar terasa sesak dan pusing. Namun tidak bagi mereka yang terbiasa, dan menjadikannya sebagai makanan sehari-hari. Pabrik penempa perak, yang terletak tepat di pusat kota Kesultanan Mataram.

Siapa yang tak tau kota ini, kota yang pernah menjadi ibu kota Mataram Islam pada masa pemerintahan Panembahan Senapati. Daerah yang terkenal akan pengrajin perak nya, menciptakan adat kebiasaan akan pengrajin perak yang terus lahir dari masa ke masa. Pandean, menjadi daerah tempat tinggal para pengrajin besi. Pabrik-pabrik besar berdiri memperkerjakan penduduk setempat untuk saling menguntungkan satu sama lain.

Mulai detik ini, pabrik perak bernama Martadipura akan menjadi sorotan. Pabrik kecil yang hampir bangkrut karna tak diminati oleh para pemesannya. Pabrik yang hanya memiliki tiga penempa perak, mereka adalah Gumara dan Tejo, termasuk sang pemilik pabrik bernama Karyono.

Mari berkenalan dengan Gumara lebih dulu, sosok yang memiliki perawakan tinggi, bahu lebar, tubuh yang sempurna bagi seorang pria, wajah tampan, namun redup akan senyumnya. Pemuda yang hanya memakai jarik sepanjang pusar hingga lututnya, tanpa ikat kepala atau alas kaki yang ia kenakan. Gumara, datang dengan sendirinya ke pabrik Martadipura. Menghadap pada Pakdhe Karyono untuk meminta pekerjaan. Hanya Pakdhe Karyono, yang pernah mendengar suara Gumara berkumandang.

Sedangkan Tejo, ia adalah sosok yang bekerja lebih dulu bersama Pakdhe Karyono sebelum Gumara datang. Sosok yang cerewet, mudah marah, dan suka menjual Gumara untuk mendapatkan pujian dari Pakdhe Karyono.

Lalu yang terakhir si pemilik pabrik, Pakdhe Karyono dan Budhe Ambar. Sepasang suami-istri yang menjadikan pabrik sebagai satu-satunya sumber pencaharian mereka. Pakdhe Karyono hanya bisa bergantung pada Tejo, bukan pada Gumara yang dianggap tak mampu untuk memajukan pabrik. Bukan karna kepiawaiannya Gumara diterima bekerja di pabrik milik Karyono, namun karna pemuda itu yang mau di gaji paling sedikit dari pada Tejo. Gumara tak sepandai Tejo dalam menciptakan barang-barang dari perak. Komunikasinya pun dibilang tak se cerewet Tejo dalam keseharian, sehingga komunikasi antara konsumen dan pabrik dibilang tak memiliki ketertarikan selain pada Tejo yang memegang segala pekerjaan yang ada.

Meski begitu, Gumara adalah sosok yang cukup tampan. Tubuhnya memiliki bahu yang lebar dengan bentuk tubuh yang sempurna bagi seorang laki-laki. Namun keredupan tercetak jelas dalam raut wajahnya, tak pernah secercah senyum diterbitkan oleh pemuda itu.

Diam dan diam, tak sekalipun ia pernah berucap kata yang tak bermakna.

Brakkk

Baru saja diceritakan, Gumara menciptakan masalah baru yang berhasil membuat Tejo menepuk dahinya kesal. Mentahan perak yang dibawa oleh Gumara, jatuh berserakan menjamah bumi. Bahkan wadah yang dipakai pun pecah berkeping-keping, akibat asalnya yang terbuat dari tanah liat. Tak ada kalimat maaf yang terucap, hanya ada pergerakan cepat yang dilakukan oleh Gumara dengan mengumpulkan kembali mentahan perak yang tercecer di pantai.

"Ealah Gum! Apasih yang kamu bisa disini? Bawa mentahan saja ga becus!" Maki Tejo yang menghampiri Gumara dengan menahan amarah.

Namun Gumara, hanya diam tak menghiraukan apapun yang Tejo ucapkan untuknya. Pemuda itu hanya diam dan terus memungut mentahan perak dalam genggaman tangannya. Setelah itu, Gumara beranjak dan melewati Tejo begitu saja setelah ia memungut mentahan perak yang ia jatuhkan dalam genggaman tangannya. Membawa mentahan itu ke tempat dimana peleburan perak akan dilangsungkan. Beginilah suasana pabrik Martadipura dalam se hari-harinya, hanya berisikan emosi yang dilimpahkan Tejo untuk Gumara.

Setelah terang berubah menjadi gelap, pekerjaan di pabrik segera dihentikan. Masa istirahat dan makan malam mulai dilaksanakan oleh Pakdhe Karyono untuk para pekerjanya. Dibantu oleh sang istri yang menyuguhkan jagung rebus dari kebun Pakdhe Karyono sendiri. Di masa inilah, Tejo akan mengicaukan kalimat yang akan menyudutkan Gumara dengan segala masalah yang pemuda itu lakukan di pabrik.

JARAHAN MANUSIA GILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang