Bagaimana kehidupan mu?
Bahagia tidak?
Ada yang ingin kamu ceritakan?
Bagaimana hari ini?
Sudah makan?
Hari ini mau kemana?Pertanyaan dasar itu tidak pernah aku jawab pada orang tuaku.
Tidak apa-apa hidup ku berantakan. Daripada mereka tidak selalu ada disisiku. Aku bisa merelakan itu. Tapi sialnya aku mendapat keduanya.
Aku sudah mencoba menjadi yang terbaik untuk mereka. Aku berikan semua yang aku punya. Walaupun keinginanku pada awalnya tidak pernah didukung.
Seiring berjalannya waktu perkataan aku mendukung mu, aku selalu mendoakan mu mulai aku dengar.
Namun aku tidak tahu apakah itu sungguhan.Hingga pada akhirnya itu hanya formalitas bagiku. Mereka tidak pernah sepenuh hati. Apakah semua orang dewasa bersikap seperti itu?
Aku disini mencoba bertahan hidup disaat aku menginginkan mati.
Aku tidak berdoa untuk berumur panjang. Aku harap aku bisa menutup mata dengan keren.
Entah aku sudah mencintai diriku sendiri atau belum. Yang jelas aku tidak merasakan apa-apa dalam diriku.
Saat kecil, aku menghabiskan waktu sendiri dan menjajali rumah perumah. Aku melihat beberapa kehangatan keluarga teman-temanku. Aku kerap tidur dirumah temanku, dan ikut merasakan keharmonisan rumah mereka.
Aku tidak membenci orang tuaku. Aku hanya tidak memiliki rasa apapun, sekarang. Bahkan denganku sendiri.
Akankah cinta mereka itu bohong.
Aku hanya menginginkan suatu apresiasi dan dukungan.
Aku memang menginginkan kebebasan. Namun, mereka membebaskan ku hingga lupa aku telah hilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Yang Dirasa
Poetrytentang apa yang dilihat oleh mata, yang dirasa oleh hati, dan dipikir oleh kepala.