04. Sebuah Rencana

130 17 4
                                    

Rencana Marquiss untuk menarik perhatian Ino tidak berjalan dengan baik. Walaupun sudah mengerahkan semua pekerja untuk berlaku baik pada Ino dan selalu menyapanya setiap bertemu, tidak membuat Ino menurunkan kewaspadaan nya.

Marquiss sangat gigih untuk menggaet hati Ino. Dia bahkan sampai mengambil salah satu gaun ku secara diam-diam, aku baru tau saat Ayame mengatakan ada salah satu gaun yang hilang di lemari pakaian ku.

Gaun itu pasti diambil nenny atas perintah Marquiss untuk diberikan pada Ino. Tapi aku ragu Ino akan menggunakan nya, aku pernah merobek gaun yang sudah kekecilan di depan matanya langsung. Pasti Ino akan berpikir, tidak mungkin kakak nya memberikan gaun padahal dengan terang-terangan dia merobek gaun yang sudah tidak dipakai di depan matanya sendiri.

Tidak hanya sampai disitu, sepertinya Marquiss juga dengan sengaja mengundang Ino untuk hadir pada makan malam kali ini.

Saat masuk ke ruang makan, aku langsung dapat melihat Ino sudah ada di sana. Duduk di kursi...yang...biasa...ku duduki?

Okey. Ini memang hanya masalah sepele,masih banyak kursi kosong disana. Tapi akan terlihat aneh jika aku diam saja saat kursi itu digunakan tanpa seizin ku bukan?

Sakura mulai mengerutkan dahinya untuk mengatur ekspresi "Apa yang kau lakukan disana? Menyingkir itu tempatku!"

Ino sedikit terkejut saat mendengar suaraku, tapi dia tetap tidak bergerak dari tempat duduknya.

"Menyingkir atau ku seret dari sana?!"

"Sakura!"

Tepat sebelum aku mendekati Ino, Marquiss muncul. Suaranya lebih tinggi dari biasanya saat berbicara dengan ku.

"Apa yang ingin kamu lakukan pada adikmu?" Masih dengan nada yang tinggi, Marquiss bertindak seakan memarahi anak nya yang berbuat salah.

Ohh lihat, dia bahkan orang yang terlibat langsung dalam penganiayaan pada Ino dan sekarang dia bertindak seolah seorang ayah yang tidak terima anak nya diusik?

Raut bingung tercetak jelas di wajah Ino. Dia mungkin terkejut karena untuk pertama kalinya Marquiss membelanya dan untuk pertama kalinya juga Marquiss berteriak dan marah pada Sakura.

"Ayah, orang ini duduk di tempat ku! Bagaimana mungkin aku diam saja saat tempat ku ditempati tanpa izin!?"

"Hanya karena hal itu kamu mengancam adik mu? Ayah kecewa padamu Sakura!"

Aku mendengus dalam hati. Oh ya bagus. Kau kecewa padaku? Lalu memangnya selama ini, apa yang sudah kau lakukan?

"Ino, putriku tercinta! apa kamu tidur dengan nyenyak semalam?" Marquiss mendekati Ino dengan senyum ramah yang dipaksakan. "Tapi kenapa kamu tidak memakai gaun nya? Ayah sengaja memilihkan gaun yang sesuai dengan warna matamu... Apa kamu tidak suka? kalau begitu ayah akan membelikan banyak gaun yang lebih cantik lagi."

Benar kan? Dia yang mengambil gaunku. Lagipula, dia ini bodoh atau apa? kalaupun Ino menerima gaun nya, gaun itu akan terlihat sangat kebesaran di tubuh Ino yang kecil itu.

"Sa, sayang?" Marchioness muncul dengan wajah terkejut. "Ka, kau memberikan gaun Sakura pada anak itu? Kau harusnya tau seberapa berharga gaun itu untuk Sakura!"

Baiklah, itu agak berlebihan. Aku bahkan tidak tahu gaun mana yang diambil. Ayame hanya memberitahu kalau ada gaun yang hilang di lemariku.

"Apa yang kau bicarakan!? Sakura adalah seorang kakak. Bagaimana bisa seorang kakak merasa sayang memberikan barangnya kepada adiknya?! Lihat lemarinya! Berapa ratus gaun yang menumpuk disana!" Marquiss mulai memarahi orang yang ada di ruang makan. Bertingkah seolah bukan karena dia Ino mendapat perlakuan buruk. "Aku juga kecewa padamu, lihat putri kita! Bahkan anak yang belum berusia 9 tahun ini sangat kurus, Bagaimana bisa kamu tidak memperhatikan nya!"

The Heroine's Villainous SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang