02. Sihir Kegelapan

120 14 2
                                    

Sepanjang perjalanan Sakura terus memikirkan pertanyaan yang Ino ajukan.

Bukan tanpa alasan Sakura memikirkan nya. Di dalam novel seharusnya tidak ada adegan seperti itu. Karena jika Ino sampai bertanya hal semacam itu pada Sakura yang asli, sudah pasti dia akan mengadu pada ayah dan ibu nya.

"Tapi kenapa dia berani bertanya seperti itu padaku? Aku yakin tidak pernah bersikap baik di depan nya."

Sedari awal Sakura tidak pernah sedikitpun berniat untuk merubah cerita yang ada di novel, setidak nya sampai Ino berhasil di adopsi Grand Duke Oengus. Tapi dia juga tidak tega jika harus menyiksa Ino seperti yang dilakukan orang-orang di rumah itu. Jadi yang Sakura bisa lakukan adalah bersikap dingin dan acuh tak acuh, berharap agar Ino berpikir kalau dia juga membencinya, sama seperti yang lain.

Terlepas dari itu. Sakura cukup kagum dengan perubahan yang ada pada Ino. Dulu dia selalu menunduk dan gemetar, tidak berani menatap lawan bicara nya. Sekarang walaupun terlihat ragu, dia berani menatap lawannya saat berbicara.

Melihat perubahan nya yang seperti itu, artinya kekuatan nya benar-benar sudah bangkit. Kekuatan berupa sihir kegelapan. Sihir yang seharusnya sakura dapatkan, malah tidak sengaja didapatkan Ino.

Di kekaisaran Bhaltair ini kekuatan sihir dibagi menjadi 3, yaitu sihir magis, sihir cahaya, dan sihir kegelapan.

Sihir kegelapan adalah sihir yang didapat dari dewa kegelapan melalui ritual pengorbanan.

Keluarga Haruno Munroe, merupakan keluarga yang memiliki memiliki sejarah panjang. Sejak generasi pertama, ritual pengorbanan ini sudah dilakukan demi membangkitkan kekuatan kegelapan pada setiap anak sulung mereka di setiap generasinya.

Ritual dilakukan tanpa sepengetahuan masyarakat dan pihak kekaisaran. Orang-orang hanya tau kalau setiap anak kedua dan ketiga keluarga Haruno Munroe selalu terlahir lemah dan berakhir mati pada usia muda. Ritual pengorbanan yang dilakukan demi mendapatkan sihir kegelapan hanya diketahui oleh setiap keturunannya saja.

Akan tetapi sudah 200 tahun berlalu ritual itu tidak pernah dilakukan lagi dan pengguna sihir kegelapan tidak pernah muncul lagi di keluarga Haruno Munroe.

Hal ini terjadi karena, terdapat syarat saat mengadakan ritual itu. Syarat nya adalah, bahwa seseorang yang berhak menerima sihir kegelapan adalah anak yang memiliki warna mata emerald, sedangkan seseorang dijadikan tumbal haruslah anak yang memiliki rambut pirang pucat.

Sudah 200 tahun tidak ada yang memenuhi kriteria itu. Dan baru generasi sekarang lah yang dapat melanjutkan ritual itu. Karena Sakura memiliki mata berwarna emerald sebagai penerima kekuatan kegelapan, dan Ino memiliki rambut pirang pucat sebagai tumbal nya.

Itulah yang dipercaya dan turun-temurun diketahui oleh Marquiss, setidaknya untuk saat ini. Tapi mungkin dia akan segera mengetahui kalau Ino. Anak yang seharusnya dijadikan tumbal malah memiliki sihir kegelapan yang besar.

Aku tidak tau detailnya seperti apa. Yang jelas di dalam novel diceritakan bahwa, setiap anak kedua atau ketiga yang dilemparkan kedalam api hitam akan memiliki sihir kegelapan. Tapi sebelum mereka bisa menggunakan kekuatan itu, mereka sudah mati terbakar terlebih dulu dan sihir itu otomatis akan berpindah pada anak pertama

Jadi intinya, karena saat ritual kemarin tubuh Ino haya terbakar sedikit dan tidak sampai membuatnya mati dia jadi memiliki sihir kegelapan.

"Aku masih tidak paham dengan konsepnya. Bagaimana mungkin seseorang harus meregang nyawa agar mendapatkan kekuatan yang besar!"

Tapi setidaknya dengan begitu Ino biasa memanfaatkan kekuatan nya untuk membuat kontrak dengan Grand Duke Oengus sebagai putri adopsi.

"Kita sudah sampai nona."

Suara kusir mengalihkan pikiran Sakura, dia baru sadar jika kereta sudah berhenti.

Diluar sudah ada pelayan yang menunggu kehadiran nya.

"Selamat datang lady Munroe, Yang Mulia sudah menunggu anda."

Pelayan itu mengantarkan Sakura ke sebuah ruangan, di dalam nya terdapat sebuah meja bundar dengan dua buah kursi. Di atas meja itu sudah terdapat berbagai makanan penutup. Seseorang yang telah menunggunya, duduk di salah satu kursi dengan cangkir teh di tangan nya.

Raut wajah nya yang angkuh terlihat sangat jelas. Mata biru dan rambut pirang keemasan menjadi ciri dari keluarga kekaisaran.

"Yang Mulia Putra Mahkota" Sakura membungkuk saat memberi salam.

"Kau terlambat."

"Mohon maaf Yang Mulia, tapi saya sudah memberi kabar dari 5 hari yang lalu untuk mengundur pertemuan ini pada sire hari"

Lidah nya mendecak. Terlihat tidak suka dengan jawaban nya.

"Duduk."

"Terimakasih Yang Mulia."

Menma Namikaze Bhaltair merupakan pangeran pertama sekaligus Putra Mahkota Kekaisaran Bhaltair. Sifat angkuh dan sombong nya itu sudah ada dari kecil. Mungkin karena sudah sering di iming-imingi akan menjadi pewaris selanjutnya saat kecil, dia sangat sering memandang rendah orang lain.

Sejujur nya aku sudah mulai sangat muak dengan sifat orang yang duduk di depan nya ini. Sifat arogan nya ini sangat menjengkelkan, dia benar-benar tidak mau dibantah sama sekali.

Padahal dari lima hari yang lalu aku sudah mengirimnya surat untung mengundur waktu pertemuan mereka menjadi sore hari. karena aku tahu kereta kuda yang seharusnya sudah disiapkan dari pagi untukku dipakai untuk Edme pergi ke Kuil Suci.

"Aku tidak akan mau menerima jika lain kali kau mengundur jam pertemuan secara mendadak lagi."

Lihat? aku dari tadi sedang membicarakan perihal pesta yang akan diadakan 3 bulan lagi. Bukan nya menanggapi ucapan ku, dia malah mengatakan hal lain. Lalu, apa tadi katanya? Mendadak? aku sudah mengatakannya dari satu minggu yang lalu. Dia saja yang memang tidak pernah mendengarkan.

"Mohon maaf Yang Mulia. karena memang ada hal yang harus saya kerjakan pagi ini."

"Kau pikir aku tidak punya pekerjaan? makanya kau mengundur waktu sesuka hati!" Menma melipat tangan nya di depan dada, matanya menatapku remeh. " lagipula, memangnya apa pekerjaanmu itu? yang bisa kau lakukan kan hanya bermain dan berbelanja."

Tolong berkaca sialan, kau juga sama. Yang bisa kau lakukan itu hanya bermain dengan perempuan dan menghamburkan anggaran kekaisaran. lagipula aku juga tidak pernah melihatmu mengerjakan pekerjaan Putra Mahkota dengan benar.

Ah benar-benar orang ini sangat menjengkelkan.

"Tapi Yang Mulia. Saya sudah mengatakan untung mengundur waktu nya dari satu minggu yang lalu saat pertemuan kita terakhir kali."

Menma terlihat terkejut, mukanya memerah karena malu. Mungkin dia tidak ingat, atau lebih tepatnya dia memang tidak pernah mendengarkanku bicara dan sepertinya tidak mengira kalau aku berani menjawab perkataan nya.

Brak!

"Jadi kau menyalah kan ku hah?!" Menma berteriak dengan nada tinggi.

Hah. Seperti biasa, dia akan berteriak marah jika sudah merasa kalah. Semoga saja ini pertemuan terakhirku dengan orang ini.

"Tidak Yang Mulia. Mohon maafkan saya."

"Bagus, jangan banyak membantah! Kau harus nya tau aku tidak suka di bantah!"

"Baik Yang Mulia saya mengerti."

Ya.. mungkin ini akan menjadi terakhir kalinya aku menuruti ucapanmu. Karena setelah semua ini selesai, aku bukan lagi tunangan mu. Aku berharap pihak kekaisaran segera memberikan surat pembatalan pertunangan dan akan dengan senang hati aku akan menyetujui nya.

Karena setelah keluarga Marquiss Haruno Munroe hancur, tentu saja pihak Kekaisaran terutama Permaisuri tidak akan mau memiliki menantu atau Putri Mahkota dari keluarga yang hancur.



TBC.

Jangan lupa Vote🌟 nya 🥰

The Heroine's Villainous SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang