"Terimah kasih pak." Ucap Jaemin kepada sopir yang mengantarnya sekolah hari ini.
Sebelum memulai hari yang tidak akan mungkin tenang, Jaemin menghembuskan nafas pelan. Ia percaya hari ini akan cukup berat baginya, mengingat kejadian kemarin yang sungguh diluar kata berjalan normal. Hembusan berat tersebut diakhiri Jaemin setelah 3 kali ia menghembuskan nafas pelan, kemudian ia perlihatkan senyuman di wajah tampannya. Sangat indah dan tampan. Visual Jaemin memang perpaduan wajah Yuta dan Winwin.
Langkahan kakinya segera menuju pintu masuk sekolah, ketika langkahnya masih sampai di taman, Jaemin menatap para murid dengan wajah bingung. Semua murid yang ada disana memasang wajah aneh untuknya.
Jaemin mengernyit, bahkan ia mendengar bisikan-bisikan manja itu menyebut namanya. Apakah kejadian kemarin sangat berdampak sampai saat ini?
Jaemin berusaha untuk tidak menghiraukannya, walaupun ia mendapat tatapan tajam dan mematikan dari para murid yang melihat dirinya tetapi tak apalah, semua itu sudah menjadi asupan Jaemin setelah mengenal sosok Haechan Seo.
Namun sesuatu terjadi secara tiba-tiba.
Ketika ia berada di lobi utama, seseorang menabraknya kuat, Jaemin tak dapat menahan tubuhnya dan terjatuh terduduk di lantai. Bahkan anak yang menabrak Jaemin segera meninju wajah Jaemin. Sang korban terkejut. Ia memberontak.
Jaemin membela diri, ketika murid itu ingin memukul Jaemin kembali, tangan sigapnya menahannya dan mendorong murid tersebut sehingga membuatnya terjatuh terlentang.
Jeno yang ada disana segera menghampiri Jaemin, ia membantu Jaemin berdiri.
"Kau ingin menunjukkan kehebatan meninjumu Changbin?" Tanya Jeno geram.
"Apa? Tidak terima sahabatmu aku lukai? Kau liat, bukan hanya dia saja yang terluka!" jawab Pria pemilik rambut hitam lekatnya. Kedua temannya membantunya berdiri. Beberapa murid yang ada disana sudah siap menjadi penonton dadakan.
"Kau hanya putra dari seorang tukang laundry berani melawan Haechan? Punya apa kau sampai mempunyai sifat percaya diri yang tinggi?" bentak Changbin.
Jaemin terkejut. Ia memelototkan kedua matanya. Dengan cepat pandangannya menatap Jeno. Mereka saling mempertemukan pandangannya.
Jaemin memasang wajah seolah bertanya dan Jeno memasang wajah sendunya.
"Sebaiknya kau segera menjauh dari anak miskin ini Jen. Kau berpihak pada siapa saat ini?" tanya Karina ikut maju mendekati Jeno.
Karina mengarahkan kedua tangannya di bahu Jeno. Mengelusnya pelan. Dan pandangan mereka berdua bertemu.
"Kau tidak ingin mempertaruhkan semuanya hanya untuk Pria miskin ini bukan, pewaris Lee?" tanya Karina sekali lagi dengan wajah angkuhnya.
"Jauhkan tanganmu dariku." Suara dingin Jeno keluarkan, seketika membuat Karina reflek menurunkan tangannya. Kedua kakinya ia arahkan menuju Jaemin.
"Sejak awal memang aku cukup curiga padamu. Bagaimana sopir keluarga Huang bisa mengatar jemput pergi sekolahmu. Bahkan margamu tidak memakai nama Huang dimanapun, nama belakang ataupun depan. Kau tak punya apa-apa dan malah melawan Haechan. Membela pelacur sialan Ningning, menyinggung Haechan, dan mencoba mendekati keturunan Huang?! Sebegitu rendahnya dirimu sehingga kau menargetkan keluarga besar sekaligus?!" tanya Karina kembali memasang wajah angkuh.
"Jaga bicaramu Karina. Kau juga tidak ada apa-apanya disini. Popularitasmu tak akan terlihat dimanapun kamera menargetkamu." Balas Jaemin dingin.
"Jangan sok tahu Jaemin. Kau hanya makhluk kecil yang ketika Haechan menginginkan kau musnah maka pasti akan musnah. Kau salah mencari lawan dengannya." Geram karina.

KAMU SEDANG MEMBACA
Boys Between Flower
FanfictionNA JAEMIN LEE HAECHAN Hanya sebuah keindahan yang mampu membuat suatu penglihatan menjadi buram dengan sekali pandangan sehingga menyebabkan tidak dapat berkutik dan terkesan terpesona dengan sebuah bunga yang merupakan definisi dari sebuah puisi la...