Sudah terhitung 3 hari Jaemin beristirahat di rumah. Dan saat ini, terdapat seorang Pria muda yang sedang memandang sebuah cermin dengan lekat. Ia kagum pada bayangan yang terdapat di cermin tersebut.
Jaemin kagum pada dirinya sendiri, sungguh ia terpesona. Bagaimana tidak, saat ini Jaemin telah memakai sebuah seragam khas Neo School.
Neo Culture School, merupakan sebuah sekolah yang terpandang dan terkenal. Hanya keturunan darah biru dan orang kaya saja yang dapat merasakan bagaimana sesi bersekolah tersebut. Seo Yunsoo, Huang Hyunjoo, Liu Yeri, dan Zhong Weigu yang membangun sebuah sekolah elit tersebut.
Mungkin karena kerja sama 4 keluarga besar tersebut sehingga membuat sekolah yang awalnya biasa berubah menjadi luar biasa. Siapa yang tidak ingin bersekolah disana, seseorang yang pintar pun belum tentu dapat bersekolah disana. Memang benar beasiswa di Neo School terdapat 25% banding 100% disana. Walaupun ada sistem beasiswa, namun yang dapat merasakannya tetaplah keluarga besar dan mempunyai status tersebut. Jadi buanglah semua mimpi seorang anak dari keluarga biasa dapat menginjakkan kakinya di sekolah kerajaan moderm ini.
Jaemin sangat mengagumi sekolah barunya itu. Walaupun ia tak pernah menginjakkan kakinya atau memandangnya langsung tetapi dia juga tak melupakan sebuah berita di media sosial tentang Neo School, calon sekolahnya. Sebuah sekolah yang memiliki 3 tingkatan tersebut, dengan tempat yang di sendirikan. JHS SHS dan Universitas. Oh rasanya Jaemin ingin tetap bersekolah disana sampai dirinya mendapatkan sebuah gelar sarjana, bahkan doktor.
Tok tok tok
Sebuah suara membuyarkan lamunannya. Ia menoleh ke belakang. Menatap Jihan yang sama memakai seragam untuk segera berangkat ke sekolahnya. Tidak. Jihan tidak bersekolah di Neo School juga.Seharusnya Hyunjoo sudah menawarkan, namun Jihan menolaknya dahulu lantaran dia sudah kelas tengah di JHS. Ia takut tidak dapat mengikuti pelajaran tersebut dengan cepat. Jihan tahu, ia tidak sepandai sang Kakak, Jaemin pasti dapat mengikuti kurikulum pembelajaran yang berbeda dengan sekolah lamanya itu. Sehingga ia akan menerima tawaran tersebut ketika ia telah naik dan sudah bersekolah SHS.
"Ayah dan Buna memanggilmu. Ayo segera kita sarapan Kakak." Ucap Jihan tersenyum.
Jaemin ikut tersenyum, kemudian berjalan ke arah sang Adik, lalu dengan asal mengacak rambut depan sang Adik. Menyebabkan sedikit rasa amarah terpencar di wajah manis sang Adik.
Jaemin tertawa. Ia melingkarkan tangan kirinya di leher belakang Jihan, lalu membawanya di ruang makan keluarganya tersebut. Disertai Jihan yang membenarkan rambutnya."Apa kalian sehari saja bisa tidak ada suara teriakan?" Buna tersenyum sembari menyiapkan piring di meja.
"Kakak mengangguku Buna." Gerutu Jihan dengan tawa Jaemin masih terdengar.
"Sudah, sebanyaiknya kalian segera makan. Jaemin, Kakek Hyunjoo akan menyuruh sopirnya untuk menjemputmu sembari mengajakmu kerumahnya untuk menyapanya sebentar sebelum berangkat ke sekolah." Kata Yuta sudah mengambil lauk pauk dihadapannya.
"Tentu Ayah."
Jaemin, Jihan, beserta Winwin mulai duduk dan memakan makanan yang sudah dimasakkan oleh Winwin.
●●●
Sebuah mobil hitam mulai memasuki pagar besi tinggi tersebut. Jaemin terkagum-kagum melihat semua yang ada dihadapannya. Apakah semua ini mimpi? Keberuntungan atau hoki mendadak baginya? Sehingga dalam hidupnya ia bisa menatap pemandangan tak terduga itu.
Sejak keberangkatannya di rumah Huang, Jaemin sudah menduga pasti mobil yang ia tunggangi ini pasti sangatlah mahal. Bahkan rumah yang ia tempati ketika ia jual tidak akan bisa membeli mobil ini. Selanjutnya Jaemin juga terpesona dengan pemandangan mansion Huang itu. Dari jauh saja mansion tersebut sudah terlihat megah, bagaimana dengan keadaan di dalamnya?
![](https://img.wattpad.com/cover/358135429-288-k465080.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Boys Between Flower
FanficNA JAEMIN LEE HAECHAN Hanya sebuah keindahan yang mampu membuat suatu penglihatan menjadi buram dengan sekali pandangan sehingga menyebabkan tidak dapat berkutik dan terkesan terpesona dengan sebuah bunga yang merupakan definisi dari sebuah puisi la...