11

9.3K 110 3
                                    

Setelah kejadian kemarin saat Samuel merebut paksa kepera wanan Rena, setelahnya Rena selalu menghindari Samuel. Samuel bingung, ia sudah datang ke rumah dan butik Rena, tapi ia tak bisa menemui wanita itu, untuk sekedar menghubungi lewat telepon pun Samuel tak bisa, Rena benar-benar sudah membencinya.

Samuel sangat lesu pulang dari kantor pada jam makan malam, setelah memasukkan mobilnya ke garasi, ia melihat satu mobil yang ia kenali. Mata Samuel melebar saat mengingat itu adalah mobil milik ayah Rena, jika memang perkiraannya benar, ada kemungkinan jika Rena ikut juga kemari. Samuel berlari masuk ke dalam rumah mewah milik keluarganya, berharap jika Rena memang mendatangi rumahnya saat ini, ia sangat-sangat frustrasi ingin meminta maaf pada Rena.

“Rena sama ayahnya disini?” tanya Samuel pada salah satu pelayan.

Pelayan itu mengangguk. “Mereka sedang makan malam bersama,” jawabnya.

Samuel melonggarkan dasi yang mengikat lehernya, lalu berjalan cepat menuju ruang makan.

“Rena sayang akhirnya kita ketemu juga, aku kangen banget sama kamu,” ucap Samuel sambil menghampiri Rena yang duduk di kursi.

“Sayang?” panggil Samuel pada Rena yang tak menoleh sedikitpun padanya, bahkan tubuh Rena tak bergerak meresponnya.

“Jangan sentuh aku,” ucap Rena dengan nada dingin.

“SAMUEL! DUDUK!” bentak sang kepala keluarga alias papa Samuel dan Abraham.

Samuel menatap tajam papanya, lalu duduk di kursi kosong.

“Di pertemuan keluarga ini, papa mau menyampaikan sesuatu. Pertama, pertunangan kamu dan Renata resmi putus dan selesai, dan kedua, Renata akan menikah dengan Abraham atas permintaan Abraham.”

Brak.

Samuel menggebrak meja dengan kekuatannya hingga meja yang terbuat dari kaca itu retak.

Samuel menatap tajam Abraham dan papanya. “Bangst semua,” desis Samuel.

“SAMUEL BERANI-BERANINYA KAMU BICARA KASAR BEGITU DI SINI!”

“Persetan! gue udah muak.”

Samuel berjalan mendekati Rena, ia menyentuh tangan Rena. “Ren… stay with me please,” pinta Samuel.

Pandangan Rena masih lurus ke depan, tak mau sedikitpun menengok ke samping menatap Samuel. “Jangan harap itu terjadi Samuel,” ujar Rena.

Perlahan Samuel melepaskan tangan Rena, ia memandang perempuan yang sangat dicintainya itu dengan penuh kekecewaan.

“Maaf Rena,” gumam Samuel.

“Papa baru ingat, ada satu hal lagi Samuel, sekarang perusahaan dipimpin oleh Abraham, jadi kamu harus bersyukur tugas kamu sudah selesai karena Abraham.”

Samuel tersenyum getir. “Ambil aja, gue ga butuh,” ujar Samuel lalu tertawa.

Samuel kembali duduk di kursinya semula. “Jadi kapan nikahnya?” tanya Samuel dengan enteng.

Abraham memicingkan matanya menatap Samuel yang berubah jadi lebih tenang. “Lusa, Rena bakal jadi istri gue.”

Samuel mengangguk. “Selamat deh, semoga kalian bahagia?” ucap Samuel.

Rena yang dari tadi tak mau menatap Samuel, kini menatap laki-laki itu dengan heran, kenapa bisa Samuel berubah dan jadi tak peduli?

Dalam hati Samuel ia senang karena akhirnya Rena menatapnya walau hanya sebentar.

'Kenapa? Kenapa ngga pertahanin aku Samuel?'

•••

Hari pernikahan Abraham dan Rena.

Rena duduk menatap pantulan dirinya dari cermin, wajahnya sudah dirias full dengan aksesoris yang indah seperti putri, namun raut wajahnya tak bisa bohong, Rena tak menginginkan pernikahan ini dan rasanya ia ingin berlari jauh dari tempat itu.

Ceklek.

Rena tersentak kaget, bukan karena pintu yang tiba-tiba dibuka, namun karena seseorang yang membuka pintunya adalah Samuel.

Rena melihat Samuel dari pantulan cermin sedang berjalan ke arahnya. “Ada apa? ga seharusnya kamu ada disini,” tanya Rena.

Samuel menunduk, lalu mencium pipi Rena. “Cantik, cantik banget.”

Entah kenapa Rena tak menghindari kecupan Samuel, padahal jika mau ia bisa mengalihkan mukanya ke arah lain.

“Keluar Samuel,” suruh Rena.

Rena menatap Samuel lewat cermin, ia melihat Samuel menyeringai. “Jangan nekat Samuel.”

“Sayang, kenapa kamu tega sama aku? kamu jahat pisahin aku dari anak aku,” ucap Samuel sambil mengusap perut rata Rena.

Rena melotot, ia baru menyadari sesuatu, bisa saja ia memang sedang mengandung anak Samuel.

“Kamu ngomong apa Samuel? aku ga hamil anak kamu,” sangkal Rena.

“Kenapa yakin banget? kamu belum periksa ke dokter loh.”

Rena berdiri, ia mendorong Samuel. “Pergi dari sini Samuel,” suruhnya.

Samuel menyingkap dress Rena, lalu meremas pn tat sintalnya kencang.

“Aakhhh.”

“Shhhh, jangan berisik sayang, nanti orang lain denger dan ganggu kita.“

“Samuel lepasin aku! aku bakal teriak supaya mereka bawa kamu pergi dari acara ini,” ancam Rena.

“Teriak aja, mereka bakal liat gimana calon pengantin yang akan menikah malah bersetubuh sama mantannya?”

Samuel menekan satu jarinya pada bawah Rena.

“aakhhh.”

“Samhhh aahhh jangan akhh janghaaan.”

Samuel langsung mengeluarkan ju nior besarnya, lalu mencelupkannya pada bawah Rena yang masih kering.

“Ookhh shhh.”

Samuel hanya memasukkan kepala bt, ang miliknya, lalu semakin dalam hingga memasukkan semuanya.

“Aaakhhh hahhh Elhh ahhhh shhh kamu gila akkkhh.”

“Aku gila karena kamu Ren akhhh nikmat sayang aahhh tubuh kamu menelan semua milik aku aaahhh enakh.”

“Akhhh aku mohon keluarin milik kamu El aahhh dressnya bisa kotor aakhhh shh.”

“Jangan khawatir, kita main bersih sayang,” balas Samuel.

“Aghhh ngga aanghh jangann, aku mau nikah El akhhh tolong jangan hina aku kaya gini ohhh okhhhh stoppp.”

Samuel tak mendengarkan rintihan Rena, ia terus menggo yangkan pinggulnya dan memasukkan miliknya sedalam mungkin, nikmat sekali rasanya dijepit dinding rahim Rena.

“Ohhh sayang aaahh enak Rena, mikik aku direm es tubuh kamu aakhh seret banget aahh sempitt jadi makin enakk.”

“Akhhhh brengsek aahh aaah gede banget aahhh udah stop ahhh jangan diterusin El aahhhh aku emhhh aakkkk gatel aaahh ahhh mau emhhh ooooohhh keluarrr.”

Tubuh Rena mengge linjang, ia memeluk Samuel karena kakinya tak sanggup berdiri.

“Oohhh ooohh Rena aahhh aahh gantian sekarang akuu cumm di dalam rahim kamu aaghhhh.”

“Ahhh ahh akkkhhhhh angethh aaahhh El penuhh.”

Samuel mengambil tisu, lalu mengelap kewanitaan Rena hingga bersih dan juga cairan mereka berdua yang terjatuh ke lantai.

Samuel mendudukkan Rena di kursi. “Rapiin lagi riasan kamu Ren,” suruh Samuel lalu meninggalkan Rena di ruangan.

Rena tak mengerti apa maksud Samuel, laki-laki itu hanya mempr ksanya tanpa ada niat untuk membatalkan pernikahan, begitu?

“Apa yang kamu pikirin El? brengsek.”

•••
Update seminggu sekali, baca duluan dikryakrsa(link dibio)

Follow juga akun cadangan Diatasumur7 ,soalnya sering kehapus

ObsessiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang