~Rumah tak selalu menjadi tempat yang indah bagi beristirahat, tapi rumah lah yang membuatku selalu merasa lelah~
°°°°°°
Diary ku~
Hari demi hari sudah kulewatin dengan kesedihan , entah kapan ada kebahagiaan yang akan datang kepadaku.
Aku hanya ingin hidup bahagia dengan ayah dan bundaku , jika di tanya apakah aku merasa iri dengan teman temanku yang memiliki keluarga yang begitu harmonis , maka jawabanku 'ya'
Mangapa aku harus di lahirkan jika harus seperti ini, menjadi anak yang tidak di inginkan dalam keluargaku , menjadi anak yang selalu di sebut sebagai anak pembawa sial.
Apakah aku memang pembawa sial? Lantas mengapa aku harus terlahirkan?
Hanya dengan menulis di buku diary Charilyn bisa menumpahkan segala kesedihan nya, mungkin jika tidak ada buku diary nya ia tidak bisa untuk mencurahkan isi hati nya. Karena Charilyn tidak mau membagikan ceritanya kepada siapapun bahkan kepada sahabatnya, ia tidak mau menambah kan beban kepada orang lain, lebih baik ia memendamnya sendiri dan hanya dia yang merasakannya.
Hari ini, hari yang melelahkan yang akan Charilyn lewati dengan seorang diri, sebenarnya ia tidak ingin berangkat ke sekolah karena merasa tidak enak badan tapi ia takut jika ayah nya akan marah jika ia tidak sekolah.
Hari ini Charilyn sudah siap dengan seragam nya ia melihat tubuhnya di pantulan kaca dan melihat dirinya sendiri.
"Semangat untuk hari ini" ucap Charilyn menyemangati dirinya sendiri di cermin.
Ia bergegas menuruni tangga menghampiri kedua orang tua nya yang sudah duduk dengan sarapan di depannya.
"Halo bunda ayah" ucap Charilyn yang tidak di sahuti oleh orangtuanya.
Charilyn sudah terbiasa dengan hal ini, tapi entah kenapa ia selalu merasakan sakit di hatinya ketika ayah dan bundanya selalu menghiraukan nya.
Charilyn menduduki kursi yang kosong di depan ayahnya, ia akan mengambil nasi yang ada di depan nya tapi belum juga ia menyentuhnya ayahnya sudah melarang nya untuk tidak mengambil nasi.
"LANCANG SEKALI KAMU, JANGAN HARAP KAMU BISA MAKAN HARI INI, PERGI KAMU SAYA SUDAH MUAK DENGAN ANAK PEMBAWA SIAL SEPERTI KAMU!!" teriak Dani kepada Charilyn.
"Tapi ayah Charilyn lapar" lirih Charilyn
"Itu bukan urusan saya"
"Cepat kamu pergi dari hadapan saya"
Charilyn menundukkan kepalanya, kapan ia bisa merasakan hangatnya pagi hari bersama keluarga ia sangat ingin melakukan sarapan pagi bersama ayah dan bundanya tapi nyatanya ia hanya bisa merasakan kebencian yang keluar dari mulut sang ayah.
"A-aku pergi dulu ya, assalamualaikum" pamit Charilyn
bahkan untuk menjawab salam nya saja mereka tidak menyahutinya bahkan tidak sama sekali melirik Charilyn, mereka sibuk dengan urusannya masing-masing dan tidak mempedulikan Charilyn yang sedang berdiam diri di ambang pintu.
Charilyn menggela nafas nya kemudian ia keluar dari rumah nya menuju ke sekolahnya menggunakan sepeda, ya memang Charilyn selalu berangkat ke sekolah menggunakan sepeda ia tidak pernah di antar oleh ayah ataupun bundanya jika di tanya mengapa tidak menesan ojek online atau taksi ia tidak memiliki uang untuk membayarnya, karena ia hanya diberi uang yang pas untuk membeli makanan di kanti saja, bahkan ia pernah tidak di beri uang saku sama sekali oleh kedua orang tua nya.
Charilyn terus mengayuhkan kakinya ia melihat ke sekitar jalanan banyak anak sekolah yang di antar oleh ayah dan ibunya, jujur saja ia sangat menginginkan momen seperti itu meskipun hanya sekali saja dalam hidupnya.
Charilyn sudah sampai di depan gerbang sekolahnya lalu memarkirkan sepedanya di tempat yang sudah di sediakan. Saat ia akan memasuki sekolah ia melihat seorang siswa yang baru saja di antarkan oleh sang ibu mereka bagitu dekat, Charilyn melihat hal itu, ia melihat bagaimana seorang ibu menyayangi anaknya dan memeluknya lalu memberikan semangat kepada anaknya yang akan bersekolah.
"Dor!" Ucap Nayeshya teman satu-satunya Charilyn yang ia miliki.
"Eh,kaget aku"
"Lo kenapa ngelamun" ucap Nayeshya, tapi Charilyn tidak menjawabnya Nayeshya melihat arah mata temannya ini, ternyata karena itu Charilyn termenung.
Nayeshya tau bahwa Charilyn memiliki keluarga yang begitu jauh dari kata baik, ia mengetahuinya dari luka yang ada di tubuh Charilyn tiap harinya yang selalu muncul dengan luka baru. Sebenarnya ia sudah memaksa Charilyn agar menceritakan masalahnya kepada dirinya agar Charilyn tidak menanggung nya sendiri. Tapi setiap kali ia menanyakannya Charilyn selalu mengalihkan pembicaraan nya, jadi ia tidak mau memaksa Charilyn.
"Udah ga usah di liatin ayo masuk" ajak Nayeshya
"Eh iya ayo"
Sesampainya di kelas Charilyn mengeluarkan buku diary nya yang selalu ia bawa kapanpun dan di manapun. Sedangkan Nayeshya dia sedang ada kumpulan OSIS jadi dia tidak bisa menemani Charilyn di kelas. Charilyn memulai menuliskan isi hatinya di buku itu.
My diary
Di saat semua orang merasakan hangatnya keluarga mengapa hanya aku yang tidak merasakan nya
Sekali saja aku ingin egois, aku ingin ayah dan bundaku menyayangi ku meskipun itu hanya di dalam mimpi ku
Jika itu terjadi maka aku tidak akan terbangun dari tidurkuOh tuhan mengapa ini harus terjadi, mengapa harus aku yang merasakan nya, aku ingin seperti teman-teman ku yang di sayangi oleh orangtuanya
Apa dengan aku hilang semua akan sayang kepadaku jika itu memang benar maka aku rela untuk hilang dari bumi ini
Aku rindu kasih sayang ayahhh~
Aku rindu kasih sayang bundaa~
Aku rindu kasih sayang yang kalian berikan kepadakuAku harap akan ada hari di mana kalian bisa menerima ku sebagai anak kesayangan kalian dan bukan sebagai anak pembawa sial.
12 mei 2024, Charilyn
Tanpa di sadari air mata mulai membasahi pipinya, Charilyn menutup buku diary nya lalu menyimpannya di dalam tas lalu ia menghapus air matanya agar Nayeshya tidak mengetahui nya bahwa ia menangis.
'aku berharap akan ada hari di mana aku bisa memiliki kebahagiaan merkipun entah kapan aku harus menunggunya' gumam Charilyn
°°°°°°°°
KAMU SEDANG MEMBACA
CHARILYN
Short Story~rumah bukan lagi tempat yang nyaman, bukan juga tempat pemberi cinta dan kebahagiaan, melainkan rumah ialah tempat di mana semua air mata berasal~ CHARILYN FIONA RETTA seorang gadis yang lelah akan hidupnya. Gadis yang tidak pernah merasakan hangat...