Rindu

46 2 0
                                        

Mimin's POV

Deza terbaring sakit di atas kasur, tidak masuk sekolah dan juga tidak akan masuk bekerja. Syukur manager Cafe memahami kondisinya.

Terlihat mama begitu khawatir kepadanya namun Deza menolak untuk ditemani, karena ia takut mama akan mendapatkan masalah di rumah sakit jika menemaninya di rumah. Lagi pula ia hanya merasakan demam dan butuh istirahat.

Mama menitipkan Deza ke tetangga depan rumah, karena takut terjadi apa-apa kepada Deza selama ia bekerja di rumah sakit.

Jujur mama masih sangat khawatir dengan Deza yang menangis memeluknya semalam. Ia tidak tahu masalah apa yang sedang anaknya hadapi karena Deza enggan bercerita.
Namun itu seperti sangat rumit mengingat Deza jarang menangis dengan sesegukan seperti semalam.

Dan pagi ini ia heran mendengar Deza mengigau memanggil nama Jojo, panggilannya kepada Joan saat mereka saat masih kecil. Namun kembali ia berpikir mungkin hanya berantem ringan dengan Joan dan akan akur kembali seperti sebelum-sebelumnya.

"Ini mah lo demam karena nggak ngabarin gue kalau lo udah sampai rumah" Ucap Junta memberikan gue minum.

"Maaf. Tapi lo beneran kan bakal masuk kerja habis ini?" Deza membuka mulut.

"Iya, lagian lebih penting masuk kerja lah dari pada jenguk lo, uang nomor satu" Ucap Junta santai. Sementara Deza diam tidak membalas.

"Becanda, gue denger dari manager kalau lo nggak masuk karena sakit. Gue mikirnya lo tambah sakit karena gue ajak nonton, masuk angin kena AC bioskop yang dingin. Nah sebelum kerja gue mampir jenguk lo sebagai tanggung jawab gue semalam, untung manager kasih alamat lo" Lanjutnya panjang menceritakan.

"Lebay ah"

"Ye, lebay pantat lo. Kalau lo semalam nggak pulang ya gue bakal lebih lebih merasa bersalah"

"Maaf" Jawab Deza singkat.

.

.

.

Masuk hari ke 3 Deza masih belum diizinkan mama untuk bersekolah padahal ia sudah merasa baikkan, demamnya sudah sembuh.

"Enak kan?" Junta menyuapi Deza. Padahal sudah ditolak oleh Deza, namun ia kekeuh dengan alasan untuk dokumentasi kirim ke grup Cafe.

"Malu, hapus nggak? "

"Di foto, lo cakep kok. Lagian kita itu udah kek keluarga. Lo nggak lihat rame di grup pada nanyain kondisi lo? "

"Lebay, lagian gue cuma demam"

"Pantat lo noh yang lebay semok, gue rela-rela pulang sekolah langsung ke sini, motor juga minjem, untung teman SMK gue baik" Junta menceritakan dengan ekspresi kesal. Membuat wajahnya terlihat lucu saat ini.

"Thanks" Ucap Deza tersenyum.

"Lo bisa senyum juga selain ke pelanggan, kan kayak gini kelihatan manis, lesung pipinya gemes" Ucap Junta menggoda membuat ekspresi Deza berubah masam menghentikan senyumnya.

.

.

.

Mama mengetuk pintu Deza, pemuda tersebut enggan berbicara dengan siapapun karena masih mencerna kejadian tadi. Syukur mamanya datang di saat yang tepat, jika tidak ia tidak bisa membayangkan bagaimana Joan akan menggila menyerang Junta aecata membabibuta. Junta pun ia suruh pulang dan berterima kasih karena telah menjenguknya.

"Deza, sayang? " Belum tidak ada jawaban dari dalam kamar, hanya terdengar suara tangisan.

Mama ingin menelpon Joan dan memintanya menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi namun ia enggan, karena ini masalah anak remaja, takutnya akan tambah parah jika orang dewasa ikut campur.

(BL/BxB) Kita Ini Apa? What Are We?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang