⚠️
Seluruh alur cerita merupakan imajinasi penulis, tidak ada maksud merugikan pihak manapun. Dari judul, alur, tokoh, dan penokohan merupakan murni hasil pemikiran penulis. Bila ada kesamaan dengan cerita lain itu merupakan ketidak sengajaan semata. Mohon kebijaksanaan dalam membaca dan menghargai sebuah karya
⚠️----
Selang waktu lima detik alarm berbunyi kelopak mata Sam langsung terbuka secara otomatis. Tangannya meraih jam digital di atas nakas dan langsung mematikannya.
Sam mengedarkan pandangannya ke arah plafon kamar yang berhiaskan lampu tidur berwarna biru. Masih memikirkan apakah dia sudah benar benar tertidur semenjak pulang dini hari tadi. Tapi mau bagaimana lagi inilah jalan hidupnya. Merangkap satu profesi dengan dua teknis berbeda ternyata sangatlah mengagumkan sekaligus melelahkan.
Perlahan dia bangkit dari posisi tidur abstraknya dan langsung memperhatikan pantulan dirinya dari kaca, "Gila, gue aja belum lepas kaca mata."
Kira kira seperti itulah keterkejutan yang terus dialami Sam selama dua tahun terakhir semenjak resmi menjadi dokter di sebuah rumah sakit ternama di kota. Tertidur tanpa membersihkan diri sama sekali. Padahal dia adalah sosok perfeksionis, hingga terkadang sifatnya satu itu membuatnya frustasi. Apalagi Sam menanamkan pada diri sendiri untuk selalu berpenampilan rapi, wangi, bersih, berwibawa, dan tampan. Bahkan jika ada sedikit saja lingkaran hitam di bawah matanya, sudah dipastikan Sam akan kalang kabut mencari timun untuk mengatasi penampilannya itu.
Sebab motto hidup seorang Dokter Sam, "Tetap jadi Dokter profesional, tanpa ikutan jadi zombie massal."
Merasa cukup untuk mengumpulkan energi alam yang dia butuhkan, akhirnya Sam bangkit mempersiapkan diri untuk beralih menjadi Dokter Spesialis Dalam karena semalam dia sudah menyelesaikan perannya sebagai Dokter Umum.
--
Jam belum menunjukkan waktu untuk semua pekerja rumah sakit bekerja namun Mia sudah sibuk di meja kerjanya. Dini hari dia terpaksa kembali ke rumah sakit karena merasa ada yang janggal dengan pekerjaan nya sehingga membuatnya gelisah dan tidak bisa tidur tenang. Baru ketika dia menyalakan komputer untuk mengecek semua pekerjaan barulah Mia menyadari dimana letak kesalahannya.
"Aduh! Jadwal praktek Dokter Sam kebanyakan, mana waktunya mepet banget lagi. Keburu ngga ya ngabarin Dokter Sam? Ck! Benerin dulu deh. Baru nanti koordinasi sama Dokter Sam," monolog Mia sembari sibuk menggeser mouse.
Seorang satpam paruh baya yang sering dipanggil Pak Bass masuk kantor staff admin dan menghampiri Mia dengan secangkir teh. Subuh tadi beliau yang membukakan kantor—dengan sangat terpaksa—untuk Mia. Padahal Pak Bass sudah menyuruh Mia untuk menunggu hingga pagi tiba namun wanita itu lebih mementingkan pekerjaannya daripada kesehatannya. Jadilah Pak Bass yang prihatin berinisiatif membuatkan teh sekaligus memberikan roti untuk Mia.
"Bu Mia, ini ada teh sama roti. Teh nya masih anget, diminum dulu biar rileks," ucap Pak Bass.
Mia menoleh dan langsung melempar senyuman, "Waduh Pak ngrepotin jadinya. Makasih ya Pak," akhirnya Mia menyeruput sedikit tehnya.
"Mantep Pak, sekali lagi terima kasih ya Pak. Bapak gih sarapan, habis ini pergantian shift sama yang lain, hati hati di jalan pulang ya Pak."
Pak Bass menggeleng heran, "Ibu Mia ini loh, sempat sempatnya perhatian sama saya. Padahal Bu Mia yang harusnya perhatian sama diri Bu Mia sendiri," ucap Pak Bass dengan logat medok.
Mia meringis, "Hehe iya pak aman aman."
"Ya sudah saya pamit dulu Bu Mia."
"Siap Pak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unrelatable
General FictionKetika takdir telah mencatatkan bahwa kedua insan akan berjodoh, sesuatu yang tidak bisa dihubungkan sekalipun akan menemukan jalan untuk bersatu. ---- Mia adalah seorang admin rumah sakit ternama di kota. Setiap harinya dia selalu disibukkan dengan...