00: PROLOG

212 18 3
                                    

Tetesan demi tetesan hujan pun turun secara deras. Membasahi setiap sudut di kota besar itu. Orang-orang berlindung dengan berbagai cara, ada yang menggunakan bangunan dan ada juga yang menggunakan payung.

Tapi tak sedikit pula ada yang menerjang hujan deras itu. Hal itu dilakukan demi kepentingan masing-masing.

Walaupun suasana yang hujan tapi keadaan kota sangat damai. Tak ada sebuah pertengkaran, suara sirene ataupun sebuah alarm terdengar. Keadaan yang sangat langka sekali di kota itu.

Samar-samar terlihat sosok yang bertudung. Tudung dari hoodie hitamnya menyembunyikan bagian atas wajahnya. Tak hanya itu, masker yang terpakai di wajahnya pun ikut menutup bagian bawah wajahnya. Sangat tersembunyi penampilannya bagi orang lain.

Sosok itu berjalan pelan menuju ke sebuah tiang. Tiang yang telah ditempelkan sebuah poster.

'ORANG HILANG'

Dari judul saja tentu saja telah diketahui tujuan dari poster itu. Turun ke bawah judul terdapat sebuah foto dari seorang pria. Rambut cokelat dan mata hijau.

Usai meneliti foto itu dia pun berbalik. Dia pun menuju ke halte taksi yang terdekat. Dia pun berdiri dalam kesendirian, tak ada orang sama sekali di sekitarnya. Tangannya merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah benda yang seukuran tangannya.

'23:47'

Tak mengherankan baginya. Jam telah menunjukkan pukul begitu, semua orang pastinya telah kembali ke tempat masing-masing. Sosok itu pun mengotak-atik handphonenya sembari menunggu sebuah taksi yang akan datang untuk mengangkutnya.

Tak lama kemudian sebuah mobil berwarna kuning dengan sebuah papan di atas atapnya yang bertuliskan 'Taksi' pun tiba. Tangannya meraih kenop pintu mobil untuk membukanya lalu memasuki kendaraan beroda empat itu.

"Mau kemana, pak?"

"Bisa antar saya ke sini?"

Handphonenya pun diberikan kepada sopir itu. Terlihat bahwa dia telah membuka peta di handphonenya. "Oh, bisa pak!" Seru sopir itu lalu mengembalikan benda kecil itu ke pemiliknya. Sopir itu pun menyalakan mobil itu dan kemudian mobil itu pun bergerak membawa dua orang di dalamnya.

Selama perjalanan tak ada percakapan sama sekali. Sang sopir terlarut dalam fokusnya mengendarai mobil, sedangkan sosok itu berkutik di handphonenya.

Keheningan itu berlangsung hingga mereka sampai ke tujuan.

----

Keadaan stasiun sangat ramai. Banyak orang yang keluar dari sebuah kereta lalu dibarengi dengan sebagai orang yang memasuki kereta baru. Itu merupakan hal normal bagi stasiun yang berada di kota besar.

Suara kereta yang bergerak dan keramaian oleh suara orang samar-samar terdengar olehnya. Dia telah berada di luar stasiun tapi keadaan masih bisa dirinya dengar. Segera dia memakaikan headset ke telinganya untuk menyumbat segala suara dari dunia itu untuk mendengarkan lagu.

Setelah beberapa hari dari kelulusannya, dia telah memutuskan untuk pindah dari kota asalnya. Dirinya sudah tak mempunyai apa-apa, kecuali uang yang ditinggalkan oleh orang tuanya sebelum meninggalkannya.

Dari uang itu ia gunakan menghidupi dirinya untuk sementara dan membeli tiket stasiun. Uangnya masih tersisa cukup banyak, tapi dia memutuskan untuk menyimpannya dahulu.

Dia telah berada di tanah orang. Semuanya terasa sangat asing, tapi tentu saja dia ke tempat itu mempunyai alasan. Tangannya pun kembali ke handphonenya. Dirinya pun memasuki Private Chat antara dia dengan seseorang.

---- ---- ----

Lu udah dimana?

---- ---- ----

TINGGAL SEATAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang