01: SI ANAK BARU

137 18 17
                                    

Waktu berlalu dengan cepat. Kini kedua pria itu tengah menghadap ke bangunan yang luas dan besar. Reaksi mereka berbanding terbalik, satunya dengan tatapan datar sedangkan satunya dengan tatapan kagum.

"Ini rumah yang bakalan gua tempati nanti? Cok! Gua gak percaya!" Seru si surai Lavender dengan keras. Temannya yang mendengar itu hanya menghela napas. Kemudian kepalanya ditoleh ke kanan dan ke kiri entah mencari apa.

Dan terlihat seseorang berbadan ramping yang sedang menyiram tanaman dengan sebuah gembor besar di tangannya. Sosok bersurai putih yang bergradiasi 'Apricot' yang tertutupi dengan topi berkebun yang sangat dirinya kenal. Lantas pria itu menghampirinya, "Bang Fel!"

"Eh? Vin, kapan balik?" Tanya pria itu dengan tatapan yang masih kaget atas panggilan tiba-tiba.

"Baru-baru aja sih, Bang Fel. Habis jemput teman gua yang gua ceritain pernah."

"Temanmu? Yang namanya Alvin, kan?"

"Iya, bang."

Segera pria dengan netra 'Merigold' tersebut meletakkan gembor besar itu ke tanah. Tangannya yang kotor dicuci di keran air terdekat. Setelah itu dia pun menghampiri pria bernama 'Alvin' itu. Tangannya terulurkan kepadanya.

"Perkenalkan aku Rafel, salah satu penghuni rumah ini." Ucapnya lalu diakhiri senyuman yang hangat.

Alvin pun membalas uluran itu untuk berjabat tangan. "Perkenalkan aku Alvin, penghuni baru hehehe...."

"Aku sudah tahu, kok. Teman kamu cerita banyak soal kamu." Alvin pun mengangguk mendengar ucapan Rafel lalu menatap si surai Wood yang berada di belakang Rafel.

"Kamu itu kenapa gak ajak dia buat lihat-lihat sekitar sih, Vin?"

"Gua sebenarnya mau, bang. Tapi gua pikir, 'kenalin dulu kali yah, Alvin sama bang Rafel'."

"Ya udah, kalian lihat-lihat dulu. Itu barang-barangnya, kan?" Jari telunjuk dari Rafel pun menunjuk ke kardus-kardus dan koper yang terletak di tanah dan tak jauh dari tempat awal Nevin dan Alvin berada. Nevin, nama si surai wood tersebut, mengangguk kemudian dibalas oleh Rafel, "Aku aja yang bawain barangnya. Kamu bawa dia lihat-lihat dulu, Vin."

Alvin yang mendengar itu segera menolak. Menurutnya sangat tidak sopan untuk membiarkan orang lain, terutama penghuni lama mengangkut masuk barangnya sedangkan dirinya hanya berlihai-lihai saja. "Gak papa kok, Vin. Bang Rafel memang gitu, udah kita masuk dulu. Aku serahin semuanya ke kamu yah, bang Rafel!"

"Iya, Vin!" Balas pria itu lalu kembali menyiram dengan gembor besar tadi.

"Yok, Vin! Monggo, nggak usah sungkan." Kini perhatian Alvin tertuang kepada Nevin yang tengah membuka pintu masuk rumah tersebut. Dari sorot matanya, Alvin bisa tahu bahwa pria itu sedang bercanda dengan bersikap layaknya 'gentleman'.

Dengan tatapan mencemoohnya, Alvin pun menghampiri Nevin. "Lu jangan sok-sok begitu, jir. Lu gak cocok." Ucap Alvin sebelum memasuki rumah tersebut.

...

"ANJRIT!?! KEREN KALI, COK!?" Seketika suara pekikan terdengar keras setelah dia masuk. Nevin yang memang mengharapkan reaksi seperti itu hanyalah terkekeh sebelum menyusulinya masuk.

"Lu kenapa sih? Teriak-teriak kek orang gila."

"ANJING, VIN!? LU BETULAN TINGGAL DI SINI, COK!?!"

"Iya, lu kenapa dah?"

"ANJING!? SEKETIKA JIWA KEMISKINAN GUA MERONTA-RONTA MELIHAT INI SEMUA!?"

"Kampungan bet dah lu. Udah, lu tenangin diri dulu. Nanti kita jelajahi ini rumah setelah gua kembali. Gua mau pergi minum dulu."

TINGGAL SEATAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang