Bab 41. Amnesia Pasca Trauma

3.4K 179 16
                                    

Ambulance tiba di rumah sakit, segera Fitiara di larikan ke ruang IGD. Di mana Abram dan lainnya menunggu tak tenang.

"Bagaimana mi keadaannya Fitiara?" tanya Rosana sesaat tiba bersama Amir dan Mirna.

"Masih di tangani dokter mak?" sahut Abram meluruhkan air mata mertuanya. Kembali tangis pecah.

Tak lamanya dokter keluar dari ruang IGD.

"Bagaimana keadaan istri saya dok?" tanya Abram cemas

"Syukurlah keadaan pasien tidak begitu parah, bagian yang mungkin cukup serius itu pada lututnya, dan beberapa luka dan lebam lain tidak  terlalu mengkhawatirkan, tapi kami tetap akan melakukan pemeriksaan lebih intensif lagi setelah pasien sadar"

Semuanya membuang nafas lega. Meski begitu belum sepenuhnya tenang sebelum Fitiara tersadar.

Fitiara di pindahkan ke ruang perawatan VIP. Tak sedetikpun Abram meninggalkan sisi istrinya, menolak berjaga bergantian.

Siang telah berganti sore. Cukup lama Fitiara tak sadarkan diri.

"Mak..."

Semua yang berjaga mengedarkan pandangan pada Fitiara yang kini tersadar.

"Iye nak, ini mamak" Rosana kembali menangis, hampir kedua netra wanita paruh baya itu tak pernah kering melihat anak bungsunya terbaring di ranjang perawatan untuk yang ke tiga kalinya. Dia mengusap rambut anaknya itu, dan mengecup dahinya.

"Mak.." lagi panggil Fitiara parau

"Iye nak, kenapa? Ada yang sakit? Yang mana?"

"Sakit kepalaku" keluh Fitiara lirih, menyentuh kepalanya yang di perban.

Dokter tiba mengambil alih memeriksakan keadaan Fitiara. Dokter mengatakan jika keadaan pasien sejauh ini baik-baik saja, kecuali yang tadi di jelaskan, tapi tetap butuh penanganan. Saat dokter meninggalkan ruangan, mereka kembali menemui Fitiara.

"Bagaimana keadaan mu nak?" tanya Parman

"Kepala ku sakit pak"

"Bagaimana tidak sakit, besi pergi mu seruduk" celoteh Mirna membuang suasana cemas.

Parman menoleh mencari keberadaan menantunya yang belum mendekat. Dia mendapati pria itu berusaha menahan tangis hingga menengadah.

"Abram" panggil beliau, semua yang ada di dalam ruang perawatan menoleh pada suami dari Fitiara.

"Iya" sahutnya, mengusap air matanya.

"Sini"

Abram mendekat seraya tersenyum haru, tapi kedua keningnya bertaut iba melihat keadaan istrinya seperti sekarang ini.

"Bagaimana keadaan mu sayang?"

Dahi Fitiara mengkerut hebat, sedikit memalingkan wajah karena heran.

"Kenapa bapak memanggil saya sayang?"

Abram sedikit terkejut mengapa istrinya bertanya seperti itu.

"Aku suami mu sayang"

Fitiara menggeleng menolak ucapan itu, tatapannya heran juga bingung menatap Abram.

"Mak, dia siapa?"

Semuanya saling memandang khawatir melihat keadaan Fitiara. Dia terlihat kacau dan tak ingin menerima jika Abram suaminya.

"Dia suami mu nak" seru Rosana lagi
Fitiara menggeleng hebat bertambah kacau.

Segera dokter kembali di panggil untuk memeriksa keadaannya. Yang lainnya di minta menunggu di luar.

Di Kejar Cinta Bos PamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang