38. menggetarkan 'arsy

851 43 0
                                    

يَا حُبَابَتِي يَا سَيِّدَتِي يَا فَاطِمَةً يَا بِنْتَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَاةُ اللَّهِ وَ سَلَامُهُ الْأَتَمَانِ الْأَكْمَلَانِ عَلَى أَبِيْكِ وَأُمَّكِ وَعَلَيْكِ وَعَلَى زَوْجِكِ وَعَلَى إِبْنَيْكِ وَعَلَى مَنْ وَالَاكُمْ لِلَّهِ
ya hubabati, ya sayyidati, ya fatimah, ya binta rasulillah, sholatullahi wasalamuhul atammanil akmalan,'ala abiyki wa ummaki wa'alaiki wa alazzawjiki wa 'ala ibnayki wa ala man wa kum Lillahi,

Sholawat pada sayyidah Fatimah Az-Zahra

Happy reading 🌷

Setelah membentangkan sajadah di karpet musholla, Zarah sempat diam kala matanya memanas, ia tahan air mata itu agar tak tumpah, biarlah air mata itu tumpah saat sujud terakhir.

Untuk kali ini, hatinya benar-benar hancur bahkan sholat tahajjud masih menyisakan sesak didadanya. Tangannya terangkat mengucap takbir.

Pada pukul 1 malam lewat ia melaksanakan tahajjud, dan pada pukul 3 pagi ini ia melaksanakan sholat taubat. Bahkan perginya Zarah dari masjid menuju kamar mandi putri untuk melakukan mandi taubat. Ia rela berlari sekuat tenaga menjemput baju salin di rumahnya.

Raka'at demi raka'at ia lakukan dengan tenang, tidak ada air mata yang jatuh sedikit pun, bahkan jejak berkaca-kaca dimatanya tidak ada sama sekali.

Namun setelah mulut nya berkata, "subha robbial 'a 'la wa bihamdih" yang ketiga kalinya disujud terakhir, meneteskan air matanya mengingat dosa-dosanya yang sudah banyak dan perilaku akhlak yang buruk sudah melampaui batas.

"Ampuni hamba mu yang hina ini ya Allah" lirihnya menadahkan tangan

"Hanya padamu hamba memohon, matikan hamba dalam keadaan husnul khotimah, jadikan hamba sebagai wanita yang berbaris dibarisan sayyidah Fatimah Az-Zahra, jadikan hamba sebagai umat Rasulullah yang mendapat syafa'at nya, dan jadikan hamba sebagai penghuni surga mu yang abadi." batinnya terdiam menatap tadahan tangan nya

"20 tahun yang penuh kepahitan ini sangat luar biasa, begitu kuatnya hati hamba engkau buat berkat mu ya Allah, begitu kokohnya, lapang kan dada ini agar mudah memaafkan orang, jadikan hamba menjadi orang yang lebih baik. Beri kesembuhan pada suami hamba, beri kami kemudahan dalam berumah tangga" batin Zarah dengan bahu yang bergetar.

"Bari pula kesembuhan pada Sahabat dekat hamba Fitri, beri ia kesempatan bahagia"

Zarah terdiam sejenak, lalu melanjutkan doanya, semua doa yang ia tau ia lafal kan, sampai diujung doa ia tersenyum lalu mengatakan 'aamiin'

Hatinya sedikit tenang, lama ia duduk di musholla berdiam diri seraya menatap niqob yang terhampar di samping sajadah.

Ia lepas cadar yang ia pakai, setelah hijab di sampingnya ia pakai barulah ia memasang niqob yang tergelatak dan berdiri membawa mukena serta sajadah milik Fitri kembali ke asrama.

Masih sama, diasrama hanya ada Shafiyyah seorang sendiri, "tidak ikut berdoa bersama Shafiyyah?" tanya Zarah.

Shafiyyah cukup terkejut saat dirinya diajak bicara oleh Zarah?

"Udzur" jawab Shafiyyah singkat.

Zarah mengangguk, ia berbalik saat sudah meletakkan mukena yang ia pinjam, "ikut saja, nanti berdoa bersama nya nggak di masjid kok, berdoa bersamanya di aula sekalian menunggu subuh" jelas Zarah.

"Saya duluan, assalamualaikum" pamit Zarah pergi.

Tubuh Shafiyyah masih diam mematung, begitu kaku dan canggung saat berbicara pada Zarah sahabat dulunya. Ah tunggu, sahabat dulu? Atau hanya baginya? Ia dengar dari Fitri Zarah masih menganggap nya sahabat.

Kebahagiaan, Untuk Zarah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang