Sunyi.
Kata itu pas untuk keadaan didalam ruang tamu apartemen renza.
Tidak ada yang salah, hanya saja renza terdiam mendengar perkataan Joan. his words are not wrong, melawan Marvel adalah ide yang buruk.
"Sekarang lo mau gimana? Tetap berada di dalam kekuasaan Marvel? Come on, Jo, where were you?" Dapat renza lihat wajah lelah sang sahabat, dia ingin membantu tapi..She is also trapped with 2 men yang sialnya sama persis dengan Marvel, sama-sama bejat.
Joan hanya mampu mengangguk lesu, kemudian dia tersenyum kearah renza."This is my destiny, ren."
Renza berdesis geram, tangannya yang mungil kini terkepal erat.
"YOU STUPID FUCK!"bentak renza menggema di ruangan itu, setelah itu renza memilih menarik tangan joan keluar dari apartemennya.
Tebak, renza dan Joan kemana?
Markas geng Marvel yang tentunya.
Brak.
Pintu kayu yang tadinya utuh kini sudah jatuh kelantai, semua orang yang ada didalam tercengang melihat itu, terlebih lagi melihat pelakunya
Sosok pemuda mungil, menendang pintu yang tingginya melebihi pria ini? Hei, yang benar saja?
"MARVEL, KELUAR LO ANJING!"renza kini memasukin ruangan khusus anak-anak geng itu, mengacak semua barang Yang ada disana
"Hei, darl. Kamu kenapa?"ucap salah satu anggota geng ini, sebut saja. Hedgar, sosok pria berkulit gelap, oh bukan, sedikit gelap mungkin? Itu menurut pria kecil yang tengah mengamuk ini.
"TUTUP MULUT SIALAN LO, BRENGSEK!"
"turunkan nada bicara mu, renza."
Ruangan yang tadinya berisik kini terlihat sunyi, ruangan ini kini terasa mencekam karena tatapan dan nada tegas sosok pemuda berzodiak Leo.
Kini pandangan renza menajam menatap manik pemuda Leo itu, sinar kebencian yang begitu nyata seolah tak memiliki ujung penenang.
Joan yang hanya diam didepan pintu masuk kini memilih mendekati renza, menarik tangannya agar berhenti.
"Stop, ren." Gumam Joan yang tengah menatap manik rubah si pria mungil ini.
"They need to be taught a lesson, Jo."balas renza dengan nada menggebu-gebu
Kini ruangan itu dipenuhi tawa nyaring, semua pasang mata kini menatap kearah tangga, menatap sosok pria angkuh yang tengah menuruni tangga menuju renza dan Joan.
Memilih menatap remeh sosok mungil yang tengah berada di samping sang pujaan hati, siapa lagi orang angkuh ini?
Marvel,
"Kenapa, darl? Kamu merindukanku?"ia menatap Joan yang kini sudah berani menatap dirinya dengan nyalang, uh keberanian yang cukup menakjubkan.
"Berhenti mar, berhenti menekan Joan. You don't have a heart!"
Marvel kini menatap renza dengan senyum miringnya, lalu menampakkan wajah sedih "oh ya? I'm sorry, za."
Renza menggeram mendengar perkataan Marvel yang di barengi tawaan nya dan para anggotanya
"Huuuuu, lo kayanya belum puas di Insert two penises ya?"marvel bisa lihat wajah memerah menahan malu dan um? Emosi?
Joan menggeram tertahan, cukup. Marvel sungguh keterlaluan
Joan menarik kerah Marvel lalu memukul rahang tegas Marvel dengan penuh emosi
"LO BOLEH JATUHIN GW, VEL. TAPI BUKAN BERARTI LO BOLEH JATUHIN HARGA DIRI SAHABAT GW!"
Marvel menatap Joan dengan tatap sulit diartikan, tersenyum remeh lalu bangkit dan mendekati Joan
Berdesis menahan ngilu, berbisik di telinga Joan "Lia ada di kamar gw, Jo. Lo tinggal pilih, mengangkang di bawah gw atau melihat Lia mengangkang untuk anggota gw?"
Terdiam, ini sulit. Lia atau keselamatan dirinya?
Joan ingin egois untuk saat ini, tapi pilihannya begitu sulit,
"Gw mohon vel, jangan sentuh Lia"ia memilih sujut dibawah kaki Marvel, Joan sudah pasrah. Ia tak sanggup melihat pujaan hatinya disiksa oleh pria bejat ini.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
..
.
.
.
.
.
.
..
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.See you soon.
KAMU SEDANG MEMBACA
kapten vs berandalan
Teen FictionSosok remaja yang bernama joandra harus terpaksa menuruti seseorang yang bersifat arogan seperti Marvel.