Sepertinya, malam ini langit kembali marah, terbukti dengan gemuruh petir yang terus menerus sahut menyahut satu sama lain, dengan hujan yang tak kunjung usai, gadis kecil yang kinih berdiri di depan gerbang rumah itu menatap langit mencari sesuatu yang bisa menghiburnya tapi nihil yang dia temukan hanya kilatan petir yang menyeramkan, gadis itu berjongkok memeluk dirinya sediri suara tawa dari rumah di depanya mebuat gadis kecil itu meneteskan air matanya,kapan dia seperti mereka tidak sendirian dan tidak kesepian, gadis kecil itu menatap kerah jalanan menunggu seseorang yang sedari tadi dia tunggu datang,tapi sampai hujan mulai redah apa yang gadis kecil itu tunggu tak kunjung datang, mebuat gadis kecil yang sudah menggigil itu membenamkan wajahnya di lututnya.
Suara langkah kaki yang mendekat mebuat gadis kecil yang sedari tadi menuduk itu mengangkat kepalanya, seorang anak laki-laki telihat menatap gadis itu dari atas sampai bawah,anak laki-laki kecil itu menerka-nerka siapa gerangan gadis kecil asing itu, mengapa dia baru melihatnya? otak kecil bocah itu berpikir keras mukanya kinih muali pucat saat memperhatikan gadis kecil itu lekas.
"K-kamu buakan hantukan?,"tanya anak laki-laki itu gugup, melihat penampilan gadis kecil di hadapannya mebuat anak laki-laki itu berpikir yang tidak-tidak, sebab kinih gadis kecil itu telihat berantakan rambut panjangnya yang terurai itu kinih basah,baju putihnya yang dia kenakan kotor dapat tecium bau tanah basah dari badan gadis itu karena saking banyaknya tanah yang menempel di dress putih panjang milik gadis itu apalagi bajunya telihat basah persisi seperti apa yang di ceritakan kakanya.
"Nomi bukan hantu!,"gadis kecil itu berkata jutek, mebuat anak laki-laki itu cemberut, tadinya anak itu akan membatu gadis kecil di hadapannya, tapi mendengar nada bicaranya yang jutek mebuat dia urang membantu.
"Tadinya, aku mau ngajak kamu masuk, kerumah aku tapi kamu jutek jadi aku nggak jadi nolongin kamu deh."anak laki-laki itu berniat pergi tapi tarikan di bajunya membuatnya urung,anak laki-laki itu menoleh kerah nomi mata gadis kecil itu berkaca-kaca, mebuat anak laki-laki itu tidak tega, akhirnya setelah memikirkan dengan singkat anak laki-laki itu memutuskan menoleh gadis malang di hadapannya itu.
Anak laki-laki berbaju tidur itu menjulurkan tangannya kehadapan nomi, gadis kecil itu dengan malu-malu menggenggam tangan bocah laki-laki itu.
"Ayo masuk kerumah aku,"tangan kecil mereka bergandengan menujuh rumah tepat di depan rumah yang sedari tadi nomi singgahi.
Di sela-sela perjalanan mereka,anak laki-laki itu berbisik pelan di telinga nomi.
"Aku adam, mulai sekarang aku bakal lindungi kamu."nomi menunduk malu, baru kali ini ada seseorang yang berjanji akan melindunginya, senyum di bibir nomi mengambang.
"Terimakasih "gumang nomi pelan.
"Gue udah berapa kali bilang sama lo nom, jangan main hujan-hujanan!."sebuah omelan dan handuk yang di layangkan oleh adam mebuat nomi memutarkan kedua bola matanya jengah, ayolah siapa juga yang mau main hujan-hujanan,orang nomi di cegat hujan saat pulang sekolah,salah adam juga yang malah pacaran buakn mengantarkan nomi pulang.
"Ini semua salah lo yah dam, udah tau komplek kita susah ojek sama angkot lo malah ninagalin gua,buat pacaran sama ulet keket itu."nomi menggosok handuk ke rambutnya sembari cemebrut,nomi tidak Masalah Adam pacar dengan siapapun tapi jangan sama ulet keket yang selalu gangu nomi lah kaya nggak ada modelan lain aja.
"Iya sorry,besok gue putusin si ulet keket tukang goda cowok itu."nomi melebarkan matanya saat mendengar rostingan Adam pada kekasihnya sendiri,adam mendudukkan dirinya di samping nomi, laki-laki yang masih lengkap mengunakan baju koko dan sarung itu mengupas kuaci di meja, semabari memainkan ponselnya mebiarkan nomi yang kinih sedang berpikir.
"Lo tau si keket itu suka godain cowok orang?."
"Tau lah dari lama malah"kinih adam menaruh ponselnya dan menatap kerah nomi dengan julid.
"Lo tau nggak sih nom.... Adam bergidik ngeri mebuat nomi menepuk pundak adam supaya cepat bercerita kepadanya kinih mereka semakin rapat duduknya dan kepala mereka semakin mendekat.
"Si keket itu, hampir gerepe-gerepe gua."lanjut adam mebuat nomi menutup mulutnya terkejut semabari menepuk pundak adam beberapa kali saking tidak habis pikirnya, ayolah biasanya nomi selalu lihat adam yang suka gaguin anak orang gomablin anak orang tapi kenapa sekarang Adam yang mau di gerepe-gerepe sama anak orang.
"Gua hampir nggak suci lagih,untuk gua muridnya Naruto jadi bisa lari secepat kilat kuning."adam menepuk dadanya bangga mebuat nomi mengeleng kepalanya tak habis pikir, setelah itu mereka berdua tertawa bersama karena perdebatan mereka yang tak kunjung usia kinih Sudah menemukan titik terangnya.
"Dam, kayaknya gue bakal setuju buat ngebolehin keluarga bokap tinggal di rumah deh, itung-itung gue nolongin fakir miskin aja ."Adam terdiam sesaat, saat mendengar penuturan sedikit sombong dari nomi, tapi saat Adam melihat kearah mata nomi pancaran di mata nomi bukan pancaran kesombongan di sanah,tapi kesedihan dan ketakutan, Adam mengegam tangan nomi,jari adam mengusap lembut punggung tangan nomi,adam tersenyum manis kerah nomi.
"Gua selalu di sinih, jika perlu apapun datang kerumah gua, pintu rumah gue selalu terbuka buat lo nom."hibur adam nomi tersenyum manis, begitu beruntungnya nomi mempunyai teman sebaik adam dan sepengerian adam, terkadang nomi ingin mereka lebih dari teman tapi apa bisa? mereka begitu berbeda, seperti rumah yang berpenghuni huni dan rumah yang sudah lama tidak berpenghuni.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anggap Aku Rumah
Teen Fiction"egois gak sih, kalau gue suka sama temen gue sendiri? Sedangkan dia sendiri ngangap gue adeknya."