01

106 22 3
                                    

ɮιттєʀѕωєєт

Surabaya, 11 Januari 2018

Chandra Natanael Bramantyo. Lelaki dengan postur tubuh tinggi nan ideal, berparas sangat tampan bak pangeran memiliki sepasang alis tebal, sepasang mata bulat yang tajam, hidung mancung yang sempurna, tulang pipinya yang tinggi dengan garis rahang tegas, dan bibir tebal yang seksi serta sepasang telinganya yang menjadi ciri khas. Membuat sosok itu semakin sempurna dan menjadi idaman para perempuan. Chandra kembali ingatan masa lalunya yang begitu kelam.

Saat itu Chandra berusia empat belas tahun pernah mengalami kelebihan berat badan, sehingga semua orang selalu menghakimi dan mengatakan ;

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat itu Chandra berusia empat belas tahun pernah mengalami kelebihan berat badan, sehingga semua orang selalu menghakimi dan mengatakan ;

"Sayang loh kamu gemuk. Kalau kurus pasti ganteng. Lihat, hidung kamu mendelep ke dalam gara-gara lemak. Kurusin aja badan kamu. Banyakin olahraga, jangan makan muluk."

Meski sudah menguruskan badan, Chandra tidak bisa menghilangkan memori di mana semua orang mengatainya gendut. Chandra selalu merasa gemuk meski sekarang tubuhnya sudah lebih dari ideal. Lingkungan membentuknya sedemikian rupa sampai rasanya Chandra mau mati saja.

"Kamu kok selalu peringkat dua, sih? Peringkat satu lah sesekali, biar dapat beasiswa." Omnya yang bernama Dhimas selalu menghakimi seperti itu.

Sewaktu kecil, Chandra yang berusia lima tahun pernah ditelantarkan oleh sosok Ibu yang begitu Chandra sayangi meninggalkannya di rumah Om Dhimas dan Tante Yuna dengan janji akan dijemput lagi. Tapi setelah bertahun-tahun, Ibu tidak kembali. Membiarkan Chandra menderita di rumah saudara sepupu yang juga tengah mengalami kesulitan finansial.

Chandra dirawat tanpa kasih sayang, karena dia juga bukan siapa-siapa di rumah itu. Chandra selalu menjadi sasaran kemarahan pamannya. Entah dicecar kelebihan berat badan, tidak pintar, tidak bisa melakukan apapun, dan tidak berguna.

Salah satu alasan kenaikan berat badannya juga akibat stimulus yang kelewat jahat dari lingkungan tempat tinggalnya.

Chandra selalu dipaksa mengerahkan seluruh kelebihan tanpa boleh beristirahat barang sedetik. Selalu dituntut menjadi sempurna sesuai dengan rupanya yang menawan. Chandra punya kekurangan, tapi tidak diperbolehkan menunjukkan sedikit pun.

"Memang kenapa?" Chandra akhirnya berani menyahut ketika dia berusia tujuh belas tahun. "Om sendiri kenapa dari dulu sampai sekarang kerja di bengkel? Kenapa nggak bisa kerja di kantor seperti orang tua teman saya?"

"Heh, babi! Berani kamu ngomong gitu?!" seru Om Dhimas tidak terima.

Kenapa manusia selalu suka menghakimi, tapi tidak mau dihakimi kembali?

Chandra selalu berusaha menjadi pribadi yang baik, tapi kenapa begitu susah? Alhasil, Chandra selalu hidup di bawah tekanan —menunjukkan sisi kerasnya agar tidak ada yang berani melawan dirinya.

ɮιттєʀѕωєєтTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang