02

80 18 1
                                    

ɮιттєʀѕωєєт

♥︎♥︎♥︎

Chandra duduk di meja dekat balkon di cafe tempat langganannya dengan Jeny bertemu. Sembari menunggu Jeny, ia kembali menghisap sebatang rokoknya. Cafe ini berada di depan sebrang kantor Chandra. Chandra mengajak Jeny untuk dinner berdua, sebelumnya Chandra menawarkan diri hendak menjemput Jeny di rumahnya, namun Jeny menolak dan memilih bertemu langsung disana.

Jeny datang menghampiri Chandra yang tengah duduk di meja luar tempat area bebas merokok yang sudah Chandra beritahu tadi melalui pesan chat. Jeny langsung duduk dan menyapa Chandra singkat.

Seperti biasa Chandra akan terpesona dengan wajah cantik dan penampilan Jeny yang selalu membuatnya terpukau. Namun, Chandra sedikit kesal karena lagi-lagi Jeny membantah perkataannya. Membuat Chandra ingin memarahinya.

Tak lama pelayan datang untuk mencatat pesanan mereka. Hingga pesanan itu tiba dan mereka menyantap sampai habis makanan mereka.

Jeny tidak tau maksud Chandra mengajak mereka makan malam. Sedari tadi Chandra hanya diam, tanpa membuka obrolan sama sekali. Apa pria itu hanya memang ingin di temani makan atau bagaimana, Jeny tidak tahu. Jeny juga semakin binggung dengan perkembangan hubungan mereka yang makin tidak jelas.

Setelah itu Chandra mengajaknya pulang, tapi sebelum itu Chandra membayar pesanan mereka terlebih dahulu. Chandra hanya diam sampai mereka keluar dari kafe.

Ketika mereka berjalan beriringan menuju parkiran mobil, barulah Chandra memanggilnya.

"Hem?" jawab Jeny sembari menatap Chandra yang berjalan di sampingnya.

"Kamu bego, dongo atau tolol, sih?" kata Chandra tidak tega, tapi dia tidak tahu harus menunjukkan empati dengan cara seperti apa.

Sejak kecil, Chandra tak pernah diajari cara berkomunikasi yang baik.

Jeny mengernyit ketika Chandra tiba-tiba mengatakan kalimat sarkas itu untuknya.

"Kamu kenapa mau aja sih, disuruh pakai baju kayak gitu. Kamu kayak pelacur tau ngak?!" Chandra melanjutkan perkataannya, menilai penampilan Jeny.

Ya, Jeny memakai baju dress warna hitam berbahan satin. Menunjukkan belahan dadanya dalam balutan dress ketat itu, serta bawahannya hanya menutupi setengah pahanya dan memperlihatkan kakinya yang jenjang nan mulus serta tampak belakang dress itu menampilkan punggung indahnya yang cantik.

Tak disangka, Jeny pun membalas kalimat sarkas Chandra. "Terus kenapa kamu selalu minta aku ngajakin ketemu? Kenapa kamu tetep mau nikahin pelacur ini?" Jeny berani bertanya.

Ya, Jeny memang sengaja membantah perkataan Chandra. Semua ia lakukan agar Chandra menghentikan perjodohan sialan yang dilakukan Bunda. Nampaknya malam ini Chandra akan marah dan akan membatalkan perjodohan ini. Jeny yakin itu. Mungkin Chandra sudah muak dengannya.

Chandra membiarkan kepulan asap mengudara melalui bibir tipisnya. Chandra seolah melihat cerminan dirinya sendiri melalui Jeny –sangat defensif dan keras.

Bersikap tidak peduli padahal aslinya sakit hati.

"Karena saya ingin punya anak." jawab Chanyeol sembari melepaskan jaket jeansnya yang membalut tubuhnya.

Jeny mengernyit mendengar jawaban Chandra. Anak? Ya, Jeny tau Chandra seoranh pria yang sudah menata masa depannya sedemikian rapi dan matang.  Tapi kenapa pria itu sangat sabar sekali menghadapinya, kenapa pria itu tidak jenggah dengan sikapnya yang kekanakan.

Tidak tahukan jawaban Chandra itu sangat memberatkan untuknya. Jeny bukannya membenci Chandra, ia hanya merasa tak pantas untuk pria sebaik Chandra. Sudah Jeny katakan, bahwa ia punya masa lalu yang kelam dan bahkan sampai sekarang ia selalu di ikuti bayangan jahat itu yang membuat dirinya ingin segera lenyap dari muka bumi ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ɮιттєʀѕωєєтTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang