💛 31

16.8K 2.1K 60
                                    

.
.
.

Happy Reading 💛💛

Kaylan meremas tangannya saat merasakan usapan lembut dari daddynya. Ia menatap sendu daddynya yang dibawahnya.

"Kenapa mereka merudungmu?" Tanya dingin Alexander sambil mengobati luka Kaylan pelan. Hatinya sakit melihat luka itu.

Kaylan hanya diam. Saat ini mereka berada ditaman rumah sakit. Duduk ditaman rumah sakit tersebut.

Alexander menghela nafas, kemudian menatap Kaylan.

"Kay, apakah kau bisa memberi daddy kesempatan lagi?" tanya Alexander pelan sambil menatap lembut anaknya.

Kaylan yang mendengar ucapan tersebut langsung menatap daddynya sebentar. Kemudian mengalihkan pandangannya lagi. Mata bulatnya berembun kembali. Kaylan menahan air matanya agar tidak terjatuh.

"Baiklah, daddy tidak akan memaksamu," ucap
Alexander pelan. Ia mengikuti arah pandang Kaylan yang sedari tadi terus menatap kearah tersebut. Ia menatap tempat duduk yang tidak jauh dari mereka. Seorang anak yang sedang bermain bola dengan ayahnya? Dan ada seorang wanita yang duduk sambil tertawa melihat anak dan suaminya. Apakah jika ia mengajak Kaylan bermain bola ia akan sedikit luluh padanya?

Alexander tersenyum tipis, ia langsung mengambil ponselnya. Lalu menyuruh asistennya untuk membeli bola secepat mungkin. Akan tetapi, bukankah kakinya sedikit bermasalah? Bagaimana ia akan bermain?

Alexander menghela nafas. Baiklah, ia akan menahannya untuk hari ini. Rasa sakit dikakinya tidak seberapa dengan apa yang dirasakan Kaylan selama ini.

"Tuan besar," tiba-tiba Carlos datang terburu-buru dengan bola ditangannya.

Alexander berdiri, kemudian mengambil bola tersebut.

Carlos yang melihat itu menatap sedih tuannya, bagaimana cara tuannya memainkannya? sedangkan kaki tuannya saja belum sembuh total seperti itu. Carlos menghela nafas.

"Biarkan saya yang bermain dengan tuan kecil tuan," ucap Calros mendekati ayah dan anak itu. Ia sedikit terharu melihat usaha tuan besarnya.

Alexander yang mendengar itu langsung menatap dingin asistennya.

"Pergilah, carikan buah strawberry segar dan juga cemilan yang lain. Aku tidak menerima bantuanmu Carlos__" ucap Alexander tajam.

Carlos menundukkan wajahnya, tuannya ini selalu saja menolak bantuannya.

"Baik tuan," ucap Carlos patuh, kemudian pergi dari taman tersebut. Ia tidak ingin mengganggu moment tersebut. Walaupun ada sedikit khawatir pada tuan besarnya itu.

Kaylan yang mendengar obrolan orang dewasa didekatnya hanya mendengarkan. Ia menatap daddynya dan juga bola ditangan daddynya itu.

"Bagaiman? Kau ingin memainkannya?" tanya Alexander lembut sambil menyodorkan bola kehadapan Kaylan.

Kaylan menatap bola dihadapannya. Kemudian mengusapnya perlahan. Sedari dulu Kaylan memang ingin memainkan bola. Akan tetapi, dirinya selalu sibuk dengan jualannya. Bahkan waktu bermain saja tidak ada, hanya bekerja dan bekerja setiap harinya.

"Boleh?" tanya Kaylan pelan tanpa sadar. Saat menyadari ucapannya barusan, Kaylan langsung menutup mulutnya. Diakan akan menjauhi daddynya ini.

Alexander terkekeh melihat tingkah lucu anaknya. Ia mengusap surai lembutnya.

"Hm, sangat boleh." ucap Alexànder tersenyum hangat.

Angin berhembus pelan, matahari yang tertutup awan mendung muncul kembali. Suasana hari ini terasa menghangatkan.

Remove Wounds Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang