11

4.2K 398 5
                                        

11. Penyimpangan Yang Mengejutkan

"Bagaimana aku bisa tahu?"

Julian mengulangi pertanyaan yang sama sambil menatap sang empu dengan dahi berkerut.

"Tentu saja karena kau sendiri yang mengatakannya padaku," susulnya lagi.

"... Kapan?" balas Edith, setengah linglung.

"Dua bulan lalu, kan?" jawab Julian, retoris. "Ketika kau meminta cerai padaku, kau mengakui kalau salah satu alasannya adalah karena pria itu. Apa kau tidak ingat?"

"...."

Ah, benar. Edith baru ingat sekarang.

Sekelebat memori pun kini mulai merayap masuk ke kepala Edith, dan ia akhirnya kembali mengingat semua perkataannya pada Julian malam itu, termasuk pengakuannya mengenai kepemilikan kekasih gelap.

'Sial! Kenapa aku mengatakan itu sih? Dan, kenapa pula Julian mengungkitnya sekarang? Kalau begini, kan, dosaku jadi terkesan bertambah banyak!' gerutunya di dalam hati, jengkel.

Julian memandangi Edith sembari mengernyit, merasakan sebuah kejanggalan.

Memangnya pengakuan semacam itu bisa dengan mudah dilupakan ya?

Julian tidak berpikir demikian sehingga rasanya aneh kala melihat reaksi istrinya kelimpungan.

"Kau benar-benar tidak ingat?" tanya Julian, ingin memastikan sekali lagi.

Untungnya jawaban Edith kali ini berbeda.

"... Tidak, aku sudah ingat sekarang."

Edith mencicit pelan seraya menundukkan kepala—malu, bak telah kehilangan muka.

Edith pun menghela napas panjang sebelum akhirnya kembali berujar.

"Perihal itu ... maafkan aku juga," cicitnya lagi. "Aku berjanji, tidak akan pernah menemuinya lagi. Aku akan mengakhiri semuanya."

Lagi pula, pria yang menjadi kekasih rahasianya itu bukanlah pria yang baik. Jadi, Edith tidak akan merasa rugi jika melepaskan pria busuk seperti itu dari genggamannya.

"Apa kau bersungguh-sungguh atas ucapanmu itu?"

Meski sebenarnya apa yang Edith katakan sebelumnya sudah cukup terdengar meyakinkan, tetapi Julian masih ingin memastikan kesungguhan Edith lebih dalam lagi.

Edith pun mengangguk kukuh.

"Iya," jawabnya tegas.

Berhasil mendapat afirmasi yang dirinya inginkan, Julian pun mengangguk-angguk dengan gerak konstan.

"Itu bagus," ucapnya, cukup puas.

Selama ini, Edith selalu bersikap keras kepala dan hanya menjunjung tinggi egonya sendiri sepanjang waktu.

Julian sudah paham betul tabiatnya itu.

Karena itu, melihatnya kini memilih untuk melepas semua keegoisannya semata-mata karena ingin memperbaiki hubungan pernikahan mereka, Julian jadi merasa lega.

Kini, akhirnya Edith berhenti bersikap kekanak-kanakan dan mulai bisa berpikir dewasa.

Tak ayal, Julian pun merasa bangga karena perubahan itu.

Karena berpikir Julian bisa saja kembali membahas dosa-dosa yang telah dirinya lupakan seperti sebelumnya, Edith pun bermaksud segera menutup pokok pembicaraan dan mengalihkannya dengan topik yang baru.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 6 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Won't Get Divorce!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang