Oath of a knight

31 6 2
                                    


Kejadian itu cukup mengejutkan banyak orang, bahkan sang raja yang tidak menyangka putrinya yang sangat menolak itu benar-benar melakukannya, sang Nanny pun terkejut, tidak menyangka nona-nya akan benar-benar memilih seorang kesatria. Begitu pula pada orang yang terpilih itu, dia kaget bukan main.

Ia maju ke hadapan banyak orang dengan langkah kakinya yang terasa sangat berat, menuju ke hadapan putri yang sebentar lagi ia ikrarkan sumpah kesatria miliknya. Ketika melihat wajah yang tersenyum itu, entah kenapa rasanya ia tau itu di tujukan untuk mengejek dirinya.

Dia menjatuhkan lutut kirinya, bertemu dengan karpet merah, tertunduk di hadapan sang putri.

'Kau sudah gila Shinonome Akito!'

An sedikit terkejut dengan gestur itu. Seorang pengawal berjalan ke arahnya, membawa sebuah pedang persembahan untuk melangsungkan sumpah itu. "Ah benar...jadi pada akhirnya aku melakukannya, memilih kesatria-ku sendiri."

"Kau, siapa namamu, Wahai kesatria?"

"Shinonome Akito menghadap anda, Yang mulia."

"Apa kau sadar akan alasanmu berada di hadapanku sekarang?"

"Dengan segala hormat, sebagai kesatria yang dipilih langsung oleh Anda, saya berada disini, saat ini, untuk memberikan sumpah kesatria saya."

Sungguh, dia ingin membuang nafasnya sebelum memulai, tapi itu akan dihitung sebagai tindakan kurang ajar terhadap keluarga kerajaan, dia menahannya sebisa mungkin.

"Saya telah mengabdikan jiwa dan raga kepada negara ini 3 tahun yang lalu, sekarang saatnya mengabdikan jiwa dan raga saya kepada bulan muda kerajaan, hidup dan mati saya bersama dengan Anda, Putri Mahkota."

An mengangkat sang pedang, meletakkannya di bahu kiri sang kesatria yang berlutut di hadapannya.

"Shinonome Akito, dengan ini dan mulai hari ini, kau adalah Kesatria-ku."

Segera setelah An meletakkan kembali pedang persembahan itu, pergelangan tangannya diraih oleh sang Kesatria, tahap akhir. Sebuah kecupan halus mendarat di bahu tangannya, balasan dari sang kesatria. "Saya adalah milik Anda."

An tahu upacaranya memang seperti ini, tapi mengalaminya secara langsung, tetap membuat ia merasa terpesona. Sungguh, menurutnya menjadi seorang kesatria itu sangat menakjubkan.

Dengan itu berakhir lah penyeleksian kesatria pribadi bagi sang putri, pesta pun dilanjutkan.
Sebagai keluarga kerajaan yang sudah resmi akan mewarisi tahta, An cukup di sibukkan dengan para-para bangsawan dan menteri yang akan mendukungnya, mereka sudah mulai bertanya-tanya tentang rancangan kedepannya, sungguh merepotkan. Oh, tapi tunggu, An pintar mengelak, ia segera berkata...

"Yang benar saja? apakah menurut kalian raja kalian yang sekarang tidak akan berumur panjang? atau jangan-jangan kalian merencanakan sesuatu di belakang? Pergilah, jangan bicarakan soal ini denganku sekarang."

di sisi lain, Akito berada bersama dengan teman kesatrianya, mereka semua bersulang untuk Akito, tentu, tidak ada yang menyangkanya. Bahkan saat ini, wajah Akito terlihat masam, terlebih seniornya tidak henti-hentinya memukuli punggungnya sambil tertawa terbahak-bahak.

"AHAHAHAHA, bagaimana rasanya memberikan hidupmu pada putri cengeng, Akitoo?!!"

"Hentikan, senior. Kau telah melakukan ini daritadi, bukankah kau harus menemani Nona-mu yang cerewet?"

"Hey! sudah berapa kali kubilang, kau itu tidak sopan terhadap Nona-ku!!" balasnya sambil menoyor Akito.

"Permisiiii tuan-tuan kesatria, apakah kalian melihat Kesatria pribadiku yang terhormat?" ada sedikit nada mengejek disana. Itu sungguh mengejutkan, Putri Mahkota tiba-tiba saja berada disini.

"Benar juga, kau sekarang adalah kesatrianya, terus berada di sampingnya sebisa mungkin, Akito!" bisik seniornya.

'Apa? yang benar saja?'

"Ah sepertinya itu kau ya, aku sungguh minta maaf tapi aku ingin membawanya pergi." ucap An di hadapan kesatria yang lain.

"Tentunya, Kesatria anda harus selalu bersama dengan Anda, Putri." balas Tsukasa dengan senyum ramahnya.

Tsukasa segera mendorong juniornya itu, Akito segera berjalan ke arahnya dengan kesal, mengikuti. Setelah banyak langkah yang ia habiskan, ternyata mereka tiba di balkon. An terlihat santai menikmati pemandangan dan merasakan hilir sejuk angin malam disana.

"Mohon maaf, Yang mulia, bukankah saat ini seharusnya para bangsawan sedang mencari anda?"

"Haha, terimakasih padamu, aku bisa menambah alasanku menolak dengan bilang ingin pergi mengenal kesatria-ku." Tatapan An tentu terlihat seperti tatapan licik yang merasa menang akan sesuatu sekarang.

'sungguh putri yang merepotkan, benar-benar seorang putri yang manja.' Begitulah pikir Akito.

Hening, mereka berdua sama-sama disana menikmati angin malam dan suasana yang jauh dari keramaian. Tak lama dari itu..

"Tuan kesatria, jangan berpikir aku memilihmu secara kebetulan." Kini An menoleh ke arah Akito.

Akito balas menatapnya dengan serius, berusaha mendengarkan alasan apa yang ada dibalik perlakuan putri yang semena-mena ini.

"Besok pagi, temui aku di paviliun milikku. Tempat latihan."

An melepas satu sarung tangannya, dan melemparkannya ke arah Akito. Itu diterima dengan baik oleh target.

'Apa-apaan, apakah dia tahu maksud dari tindakannya ini?'

"Itu benar, ayo duel denganku, Tuan kesatria."

"Maaf?

"Akan ku tunjukkkan padamu, bagaimana putri yang cengeng ini memegang pedang."

.
.
.
.
.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Oath of a Knight. [Akian]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang