Chapter 1

303 59 17
                                    

Kantor Duke dari Benteng Meropide berada posisi sentral dalam benteng. Meski pintunya sering kali tertutup rapat, sang Duke selalu tahu apa pun yang terjadi di dalam dan luar Benteng Meropide. Ya, dia selalu punya cara untuk melakukan itu.

Namun karena seperti itulah, tidak sedikit orang yang terkadang datang untuk membicarakan apa pun karena tahu apa yang mereka bicarakan tidak akan keluar dari kantor sang Duke. Kali ini berbeda, kedua orang di depan Wriothesley jelas sedang berusaha untuk menahan tawanya.

"Oh, Yang Mulia...." Navia mendesah keras dan tersenyum, tak sanggup jika ia harus menahan dirinya lagi. "Jelas Marchioness Dowager pasti akan menolakmu."

"Tiba-tiba kau datang ke kediamannya, lalu melamarnya," sambung Clorinde. "Kalian bahkan tidak pernah bertemu atau melakukan kontak langsung."

Ya, itu tidak salah. Sebelum kematian mendiang suaminya, orang yang mengurus perbukuan dan kerjasama Benteng Meropide dengan keluarganya adalah suaminya; dan setelah suaminya meninggal, semua itu diurus oleh orang dari pihak administrasinya atau kepala pelayannya.

Tapi Wriothesley harus menolak kata-kata Clorinde yang berkata mereka tidak pernah bertemu, karena Wriothesley pernah bertemu dengannya—oh, tentu selain di pemakaman dan dia ingin membanggakan itu.

Namun itu akan menjadi cerita yang lain dan dia tidak berniat mengatakannya sekarang.

"Selain itu," ucap Navia lagi. "Aku yakin kau sudah tahu kalau belum lama ini Marchioness Dowager selesai dari masa perkabungannya, benar?"

"Ini sudah 3 tahun kematian suaminya," Clorinde menyambung lagi. "Dan ia baru melepas pakaian berkabungnya sekarang. Kau yakin ini waktu yang tepat untuk melamarnya seperti itu?"

"Aku...." Wriothesley mengalihkan pandangannya, dengan agak cemas melanjutkan, "... tidak yakin."

Memang sepertinya Wriothesley terlalu terburu-buru, tapi ini sudah 3 tahun sejak kematian suaminya. Lantas apa masalahnya?

Jika mempertimbangkan hal praktis, Marchioness Dowager—[Name]—sangat membutuhkan pernikahan dan sokongan seseorang untuk tetap mempertahankan dirinya dalam masyarakat di mana pernikahan sering kali menjadi sarana untuk mengamankan aliansi, harta benda, dan ahli waris—Wriothesley memanfaatkan hal itu dan berpikir tidak mungkin kalau [Name] akan menolak lamarannya.

Namun wanita itu menolaknya mentah-mentah? Kenapa? Apa alasannya?

Dia tidak memiliki suami untuk mendukungnya, tidak memiliki seorang anak yang akan menjamin dirinya di masa depan untuk bertahan di keluarga itu, dan nafkah baru—tidak, mendiang suaminya meninggalkan seluruh kekayaan keluarganya pada wanita itu.

Namun tetap saja itu tidak dapat menjadi alasan [Name] menolaknya. Jadi kenapa?

Sebentar... dia bilang kalau dia tidak tertarik padaku sama sekali, bukan? Pikirnya. Benarkah karena itu?

"Navia, Clorinde," panggil sang Duke. Dia menoleh dan berekspresi serius. "Apa aku sejelek itu untuk memikatnya?"

Clorinde terdiam dengan ekspresi tidak percaya. "Kau sudah gila, ya?"

"Aku serius." Wriothesley tersenyum pada dirinya sendiri. Dia berkata, "bentukanku memang Fontaine tulen, dan kurasa wajahku tidak sejelek itu. Apa ini belum cukup?"

"Navia, ayo kita kembali. Dia sudah gila rupanya."

"Kalian ini...."

Meski terdengar gila, mungkin kali ini Wriothesley benar-benar akan berendam di dalam Lautan Primordial.

"Tapi kalau aku boleh mengatakannya dengan jujur," ucap Navia, dia menoleh pada Wriothesley setelah menegus teh di dalam gelasnya. "Kau tidak sejelek itu, Yang Mulia. Dan latar belakangmu... kita kesampingkan itu, posisimu sangatlah penting."

⏱️ [21+] The Reluctant Marchioness | Wriothesley x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang