"Maukah kau menikah denganku?"
Pertanyaan itu terus bergema di dalam kepalanya seolah Wriothesley mengatakannya berulang-ulang. Oh, Archon! Apa yang Duke Wriothesley katakan? Apa baru saja dia melamarnya lagi? Sekarang?
"Maafkan saya, Yang Mulia," kata [Name] pelan. "Keputusan saya masih sama, jawabannya tidak."
"Kenapa?"
"Kenapa?" [Name] mendengus. "Saya yang harusnya bertanya demikian, kenapa Anda melamar saya?"
Sekarang Wriothesley seolah-olah terlihat sedang disambar kegilaan. Namun untuk banyak alasan, dia tetap bersikap tenang. "Bagaimana menurutmu?" Tanya sang Duke kemudian.
"Oh, entahlah. Saya terlalu tua untuk memikirkan hal semacam itu sekarang."
Wriothesley mendengus dengan tidak sabaran. "Kau tidak—"
"Anda masih muda, Yang Mulia," kata [Name] dengan suara rendah, sarat akan permohonan. "Tidak seharusnya Anda menghabiskan waktu seumur hidup Anda dengan wanita seperti saya."
Itu adalah belas kasihan, [Name] bisa merasakannya. Hanya itu. Dia sudah melamarnya dua kali—tiga kali jika dia menghitung kedatangan sang Duke yang tiba-tiba kala itu—dan [Name] sudah menolaknya dengan cara yang paling lembut dan paling terhormat yang bisa ia lakukan agar tidak menyakiti pria ini apalagi menodai kehormatannya.
Wriothesley tidak mencintainya, begitu pun dengannya. Dan wanita itu, [Name], tidak membutuhkan belas kasihan atau pun pernikahan. Tidak seharusnya wanita itu dikasihani, dia pun tak perlu dikagumi.
Hanya… biarkan dia sendiri.
"Ada banyak wanita muda yang sepadan dengan Anda," kata [Name] lagi, intonasinya tidak berubah. "… dan setidaknya, pasti ada seseorang yang bisa Anda cintai dengan tulus dan bukan saya. Saya merasa apa yang Anda lakukan sekarang terasa seperti mengasihani saya."
"Aku tidak mengasihanimu."
"Mungkin, tapi Anda tidak mencintai saya."
Wriothesley mendongak, tatapannya berubah tajam seakan siap menerkam [Name] saat ini juga. "Kau ingin aku mencintaimu?"
"Oh, astaga, apa?" [Name] mendesah dengan keras, kerutan di wajahnya bertambah. "Tidak, tentu tidak!"
Duke Wriothesley menatap [Name] dengan sorot mata yang penuh pertanyaan, mencoba memahami maksud dari kata-kata yang baru saja diucapkan.
"Tapi apa masalahnya?" tanya Wriothesley dengan tekanan.
"Karena—" [Name] mendesah dengan keras, menyadari bahwa dirinya mendadak tidak terkontrol. "Pokoknya, saya tidak bisa menerima lamaran Anda."
"Kau bisa."
"Seorang pria terhormat akan menerima penolakan dari seorang wanita dengan penuh martabat," kata [Name] sengit.
Wriothesley membalas, "dan seorang wanita akan mempertimbangkan lamaran tersebut sebelum mengambil keputusan akhirnya, tidak menolaknya mentah-mentah."
"Saya sudah mengatakan semuanya pada Anda."
"Ya, aku juga sudah berkata kalau aku tidak mengasihanimu."
Dalam bursa kata yang tajam dan emosi yang mendidih, keduanya berhadapan satu sama lain, mempertahankan jawaban mereka masing-masing dengan kekuatan yang tak tergoyahkan.
Dan detik itu pula [Name] sadar, Wriothesley tidak akan menyerah atau bahkan menerima penolakannya begitu saja. Sebenarnya, apa alasan Wriothesley seperti ini? Jika dia membutuhkan seorang istri, dia dapat menunjuk semua gadis muda di Fontaine yang tidak mungkin akan menolaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
⏱️ [21+] The Reluctant Marchioness | Wriothesley x Reader
FanficSang Duke dari Benteng Meropide membutuhkan seorang Duchess... Sebagai penguasa benteng bawah laut Fontaine, Wriothesley selalu menempuh langkah di jalan yang dia buat sendiri. Selama ini dia selalu tinggal sendiri dan tidak punya waktu---atau minat...