Bab 2. Selera ku dan Kamu

2 1 0
                                    

"An, Pasti kamu tidak akan menyangka jika yang dilakukan Alan itu benar," ucap Iza menjajari langkah kaki Anna.
"Tapi aku tidak suka caranya," jawab Anna masih terus berjalan dengan cepat.
"Dia membela mu dari orang yang melihatmu," jelas Iza.
"Maksud kamu apa membelaku? Bukankah itu akan mempermalukan aku?" tanya Anna berhenti dan menatap lekat ke arah Iza yang juga menatapnya.
"Tapi kau harus dengarkan penjelasan dia dulu," ucap Iza lagi.
"Sudahlah, Za. Aku tidak ingin berdebat denganmu untuk masalah Alan," ucap Anna pergi masuk ke dalam kelasnya dengan kaki yang sedikit ia hentakan.

Aliana yang melihat Anna masuk ke kelas dengan wajah marah semakin penasaran. Anna menidurkan kepalanya di meja dengan ditutupi hoodie miliknya.
Iza masuk dan cemberut, beralih ia berjalan menuju meja Al yang masih melihat Anna.

"Ini salahku," ucap Iza tiba-tiba duduk di samping Aliana.
"Apa yang terjadi?," ucap Aliana.
"Tadi saat di ruang balet, Anna latihan sendiri. Lalu, beberapa kakak kelas kita yang terkenal akan kenakalannya mencoba mengintip dan masuk kesana. Entah apa yang ada di pikiran Anna, membiarkan mereka masuk. Mereka bertepuk tangan untuk gerakan eksotisnya Anna. Aku, Alan dan Mal mencoba untuk menyuruh mereka keluar. Tapi Anna malah mencegahnya, mungkin dia pikir kakak-kakak kelas itu suka akan bakatnya," ucap Iza berhenti, mengusap wajahnya kasar.

"Aku setuju dengan tindakanmu, tapi mungkin itu membuat Anna tersinggung. Dia tidak tahu menahu tentang keburukan kakak kelas kita, bahkan Anna kemungkinan besar tidak tau siapa mereka," ucap Aliana mengusap bahu Iza untuk tetap sabar dan tenang. "Lalu, dimana Alan dan Mal?," tanya Aliana ke Iza.

"Ku rasa Alan pergi ke tempat biasa untuk menenangkan diri. Biarkan dia bolos jam kedua ini, Al. Soalnya aku melihat betapa marahnya Anna ke Alan," ucap Iza memasang wajah melas ke Aliana. Karena Aliana adalah ketua kelasnya dan guru akan percaya apapun yang dikatakan Aliana.

"Baiklah, tapi dimana Mal?," tanya Aliana lagi.

"Padahal tad dia ada di belakangku loh," ucap Iza merogoh sakunya dan mencoba menghubungi Mal.

Iza mencoba membuat pesan untuk dikirimkan ke Mal.

'cepat kembali ke kelas atau Al akan marah ke lu!,'. 

'bentar dulu, masih nyari Alan''

'gak usah dicari, Aliana udah ngizinin dia kok. Biarin aja dia'

'enak banget dia bolos'

'lu, mau bolos juga? Al marah besar nih.'

"Dia dimana katanya?,"

"Bentar lagi, dia sampai ke kelas kok," ucap Iza tersenyum puas. Alian mengangguk dan melanjutkan bermain ponselnya.

Beberapa menit kemudian, Mal datang dengan napas yang ngos-ngosan. Keringat cukup membasahi seragamnya. Dia tergeletak dilantai, tepat di samping meja Aliana.

"Kamu dari mana?," ucap Aliana menyodorkan botol minumnya ke Mal. Dengan cepat Mal meraih botol minum itu dan meneguk setengah dari air milik Aliana.

"Um, itu a-anu.. abis dari kantin," ucap Mal mencari alasan, Mal mengembalikan botol minum Aliana.

"Aku kira kamu mau ikutan bolos,"

"Kemarin aku sudah di hukum sama kamu karena aku bolos, aku trauma sama hukuman kamu. Gak lagi deh," ucap Mal. "Kamu marah, Al?"

"Kenapa aku marah?," ucap Aliana menatap ke arah Mal dengan kening yang mengkerut. Mal hanya tersenyum dan menggeleng.

Mal melihat ke arah Iza dengan wajah yang menyebalkan. Bahkan Iza berpura-pura tidak mengetahui apapun, dengan sengaja Iza menjukurkan lidahnya mengejek Mal.

True Relationship (Friends or Bestie)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang