Part 4

118 5 0
                                    

"Gimana Lang?" tanya Ivan.

Elang memberi jawaban berupa gelengan kepala.

Saat ini mereka berempat berkumpul seperti biasanya di warung Bang Aden. Elang masih saja berkali-kali mengecek handphonenya, sekalipun ada notifikasi ternyata dari orang lain yang sedang mencari perhatiannya.

"Apa gue jadi cogil aja kali ya Van? Gak ada progress gini gue" ucap Elang.

"Widih Elang cogil era nih?" sindir Bagas.

"Datengin ajalah ke kelasnya Lang. Kan lo udah punya jadwal kuliahnya juga" saran Malik.

Ada benarnya juga, pikir Elang.

"Lo sengebet itu ya sama adek gue Lang?" tanya Ivan.

"Lah? Degemnya Elang itu adek lo Van?" saut Malik.

"Lah? Lo gak tau?" ucap Bagas menyauti pertanyaan Malik.

"Adek sepupu. Stop ributin ini. Saran gue Lang, pelan-pelan aja. Lo datengin kelasnya boleh tapi jangan pake mode cogil" saran Ivan

Elang mengangguk paham maksud Ivan lalu bangkit dari duduknya diikuti dengan Ivan yang juga bersiap-siap untuk pulang.

"Gue balik" pamit Ivan.
"Gue juga" pamit Elang juga.
"Tumben amat jam segini balik Lang?" Tanya Bagas.
"Biar bokap gak ngomel mulu. Dah gue cabut duluan" jawab Elang.

Elang tak bohong. Ia memang langsung pulang ke rumah. Bahkan mendapatkan acungan jempol sekali lagi dari sang papa karena pulang lebih awal tanpa harus disuruh. Namun didalam kamar, Elang sibuk memikirkan skenario dan kata-kata apa yang harus ia ucapkan saat bertemu dengan Biru nanti. Sesekali Elang terkekeh dalam lamunannya, biasanya ia dengan mudahnya melontarkan gombalan demi gombalan tapi kenapa dia jadi seculun ini saat berurusan dengan Biru?

Malam ini, Elang sekali lagi mencoba peruntungannya. Mengirimi Biru pesan, berharap mendapatkan balasan dari penerimanya, bahkan jika itu hanya sekedar tanda titik pun Elang akan sangat bahagia.

'Hai Biru,
Lo sehat kan?'

Lagi, tak ada jawaban. Tapi setidaknya malam ini Elang sedikit berbahagia karena warna centangnya berubah menjadi biru. Biru membacanya.

Elang memberanikan diri untuk menelepon Biru.

Dering pertama..

Dering kedua..

Dering ketiga..

Dering keempat..

Elang hendak memutuskan sambungan telepon tapi ia batalkan saat mendengar suara dari ponselnya.

'Halo?'

'Hai Biru, inget gue gak?'

'Siapa?'

'Elang, yang ketemu waktu demo dan bawa lo ke UKK'

'Oh iya. Kenapa?'

'Kok lo gak chat gue sama sekali?'

'Kan gue udah bilang makasih langsung waktu itu'

Betul juga, batin Elang.
Elang mencoba mencari topik baru. Suara Biru terdengar sopan sekali masuk telinganya, membuat Elang ingin terus mendengarkannya.

'Ya kan gue nungguin kabar lo juga'

Persetan dengan gengsi, Elang sudah bertekad mendekati Biru dengan ugal-ugalan.

'Ngapain nungguin kak?'

'Khawatir? Iya gue khawatir kalo luka lo parah. Besok gue boleh samperin lo?'

Blue and Grey {Taekook lokal AU}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang