Déjà vu

233 13 0
                                    

Inspired by : Déjà vu - TXT

Tanah yang mereka pijak terus bergetar, banyak darah yang tertumpah dimana mana, anak anak dan orang dewasa menangis.

Perang yang terus terjadi menyebabkan banyak orang yang mati dan banyak keluarga yang ditinggalkan.

Para kepala keluarga yang masih hidup harus berkorban untuk mempertahankan tanah mereka dan merelakan untuk meninggalkan anak dan istrinya.

Termasuk mereka, pasangan yang pernikahannya baru seumur jagung ini terpaksa terpisah. Mau tidak mau mereka harus terpisah. Miris bukan?

"Pergilah sayang... Jaga dirimu baik baik. Jika aku tidak kembali, aku... hanya ingin kau tetap mengingatku. Katakanlah aku egois, namun aku tak ingin kau mencintai pria lain..."

"Apa yang kau katakan hah?! Kau pasti akan kembali! Apa kau tega meninggalkan ku sendirian?" Ucapnya dengan tangisan terseduh seduh.

"Tidak ada yang tahu Yeonjun... Jika kita adalah takdir, maka kau dan aku akan tetap bertemu. Entah dimanapun itu." Dia tersenyum dan mengecup kepala istrinya.

"Aku berjanji Yeonjun. Kita berjanji, akan ada suatu masa saat kau dan aku akan bahagia tanpa masalah apapun. Hanya kau, dan aku. Ingat pesan ku, jaga dirimu baik baik ya? Aku mencintaimu..." Dan Soobin mencium Yeonjun untuk yang terakhir kalinya dibawah langit malam yang penuh bintang. Karena diapun tidak yakin jika bisa kembali.

"Hiks! Apa maksudmu Soobin?! Soobin! Hiks! Jangan tinggalkan aku kumohon! Jangan pergi sayang! Soobin!" Yeonjun meraung raung dan meronta dari orang orang yang berusaha menenangkan nya.

Dan setelah tenang Yeonjun pun termenung meratapi hidupnya. "Ya... Aku berjanji Soobin. "

Dan juga... Itulah terakhir kali dia melihat sang kekasih.

.

.

.

Sudah dua hari dirinya pergi meninggalkan sang kekasih. Rasa takut, cemas, marah dan sedih semuanya menyatu.

Lebih baik dia meninggalkannya daripada harus melihat kekasihnya di eksekusi mati tepat didepan matanya sendiri, lebih baik ia yang mati. Ia terlalu takut.

Tanpa tahu pasangan hidupnya terus menunggu tanpa kenal waktu. Berharap akan ada keajaiban mendatanginya.

Namun semua itu nihil.

Katakanlah dia pengecut, dia terlalu takut.

Dan disinilah dia, menatap kosong tanah yang dia duduki. Jiwanya terasa kosong, dan sekarang dia tengah digeret dengan paksa oleh salah satu prajurit musuh.

'Yeonjun... Yeonjun... Maafkan aku...'

"Bajingan! Lepaskan aku! Aku ingin bersama kekasihku! Lepaskan aku kumohon! Yeonjun! Hiks- aku ingin memeluk Yeonjun! Yeonjun! " Dia meronta bagaikan hewan liar yang akan disembelih. Memanggil nama kekasihnya berharap sang kekasih akan datang lalu memeluknya, meskipun untuk terakhir kali.

Dia merasakan lehernya mati rasa, lalu kepalanya pening dan sakit tak tertahankan. Kuping nya berdengung dan semuanya menjadi gelap.

.

.

.

Semua pekerjaan kantor ini membuat dirinya stress, ia ingin bersantai sejenak dengan meminum kopi dan memakan beberapa kue.

Dengan diantar supir pribadinya ia mampir ke sebuah cafe kecil di pinggir jalan. Tidak terlalu besar, tapi rapi dan nyaman.

Saat masuk ia disambut dengan aroma kue yang begitu wangi, duduk lalu memesan.

SOOBJUN UNIVERSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang