Part 6

22 3 0
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Happy reading

Saat ini Daeva dan Alyn tengah berbaring di atas kasur tanpa saling berbicara, mereka tengah masuk ke pikiran masing-masing.

"Kak, kira-kira aku bagus ikut basket atau apa?"tanya Daeva tiba-tiba.

"Terserah kamu si tapi kalau bisa kamu ikut band juga, kan kamu jago gitar juga tu" Alyn memberikan sarannya.

"Yaudah deh aku join basket sama band aja lagian jadwal latihannya beda"ucap Daeva setelah memikirkan sejenak pilihannya.

"Humm, aku mau tidur, good night"ucap Daeva sambil menatap Alyn, ia kini berbaring menyamping menghadap Alyn.

"Good night"balas Alyn lalu ikut memejamkan matanya.

***

Pagi ini seperti biasa Daeva berangkat bersama Alyn, ia malas berkendara sendiri hingga memilih untuk menumpang pada Alyn, padahal ia tau Alyn terkadang harus rapat dan dia harus menunggunya jika tidak ada jemputan.

"Entar ke kantin sama temen kamukan?"tanya Alyn setelah mengantar Daeva sampai depan kelas.

"Hum, kakak nggak usah naik kesini, entar langsung ke kantin aja"ucap Daeva.

"Yaudah, belajar yang bener jangan tidur di kelas"ucap Alyn sambil mengusap rambut Daeva.

Daeva hanya mengangguk lalu segera masuk kedalam kelas, ia tidak ingin terlalu lama berinteraksi dengan Alyn di sekolah.

Baru saja berjalan masuk ia sudah mendapatkan tatapan sinis dari Kalea, ia sudah dapat memastikan bahwa gadis itu pasti cemburu padanya.

"Pagi dae"ucap Rea dan Giselle bersamaan.

"Pagi re, pagi gi"balas Daeva sambil mendudukkan dirinya di kursi sebelah Kalea.

"Dae, bentar lagi kan ada kemah buat anak-anak kelas sepuluh, lo mau ikut?" Tanya Giselle.

"Bukannya wajib ya, katanya yang ngga ikut ngga naik kelas" ucap Daeva bingung.

"Iya si, tapi pasti itu cuma gertakan" balas Giselle sambil menghendikkan bahunya.

"Ikut aja dae, gue sama Giselle juga ikut" ajak Rea.

"Aku pasti ikut si, lagipula aku juga belum pernah kemah, tapi aku ngga tau dibolehin atau engga" balas Daeva setelah berpikir sejenak

"Sipp" balas Rea dan Giselle bersamaan.

Tidak lama kemudian bell masuk berbunyi dan pembelajaran segera di mulai hingga pukul 09.45 WIB.

Waktu istirahat
Hari ini Daeva memilih untuk tidur di kelas daripada pergi ke kantin, ia merasa kurang enak badan, mungkin efek dari mutasi yang ada di tubuhnya sedang bereaksi sekarang.

"Arghh sial, kenapa sakit banget si" gerutu Daeva sambil mencengkram erat mejanya, beruntung kelas sedang kosong sekarang.

"Sial, sial, sial" gumam Daeva berulang sebelum tatapannya mengabur.

Dengan terburu-buru Daeva keluar dari kelas, ia ingin bolos sekarang sebelum lepas kendali karena rasa sakit yang ia rasakan.

Beberapa menit berlari, kini Daeva sudah berada di belakang sekolah, tempat itu sangat jarang di datangi karena terletak di ujung sekolah dan terdapat dua pohon beringin yang di percaya memiliki penunggu.

Kretak
Kretak
Kretak

Terdengar suara-suara aneh seperti patahan tulang. Suara itu berasal dari punggung Daeva yang kini terdapat sulur-sulur berwarna hijau dengan ujung berwarna ungu sebesar lengan orang dewasa.

"Tahan, please tahan" guman Daeva sambil mencengkram erat roknya.

"lima belas menit, ku mohon" gumannya sambil memejamkan matanya dengan erat.

"Dae?"

Suara seseorang itu membuat Daeva dengan terpaksa membuka matanya, ia dapat melihat 10 meter di depannya berdiri seorang siswi dengan almamater OSIS nya.

"Jangan mendekat kak" ucap Daeva dengan pelan tetapi masih dapat di dengar orang itu.

"Jangan ke sini ku mohon" gumam Daeva dengan mata berkaca-kaca.

"Apa ada yang bisa kakak bantu? Dae lihat aku, aku ngga takut sama kamu jadi biarin aku disini oke?" ucap Alyn sambil berjalan mendekat.

"Jangan mendekat!" Seru Daeva penuh peringatan.

Dor

Suara tembakan yang terdengar dekat itu mengagetkan mereka berdua. tidak lama kemudian, datang beberapa orang dengan pakaian pasukan khusus lengkap dengan senjata laras panjangnya. Mereka juga memakai masker hingga Daeva dan Alyn tidak dapat melihat wajah mereka.

"Kak cepet pergi" ucap Daeva kala melihat orang-orang itu.

Mereka, orang-orang itu adalah orang-orang yang sudah membunuh kedua orangtuanya, walau Daeva tidak dapat melihat wajah mereka tetapi instingnya tidak pernah salah.

"Terus kamu gimana?" Tanya Alyn yang engan pergi.

"Jangan urusin aku kak, lebih baik kakak pergi sekarang" ucap Daeva dengan nada tingginya.

Dengan terpaksa Alyn berlari meninggalkan taman itu, ia ingin pergi ke ruang kepala sekolah untuk meminta bantuan.

"Ada apa kalian mencariku?" Tanya Daeva setelah Alyn tidak terlihat dipandangnya.

"Tentu untuk menelitimu anak aneh" ucap salah satu dari mereka sambil menodongkan senjatanya.

"Cih, seperti kalian bisa menangkapku saja" decih Daeva dengan pandangan merendahkannya.

"Kau tidak akan bisa kabur Daeva, kami sudah mengepung mu dan orang tua angkatmu juga sudah diamankan" ucap pria yang tadi membalasnya, sepertinya dia adalah ketua dari pasukan khusus itu.

'Damn' batin Daeva.

"Aku tidak peduli dengan mereka, kalian tau itu" balas Daeva dengan wajah datarnya, ia sudah tidak merasakan sakit di tubuhnya.

"Kau yakin? Mereka akan mati jika kau tidak ikut dengan kami" ucap pria.

"Cih" decih Daeva sebelum tiba-tiba sulur yang berada di punggungnya memanjang dan mulai menyerang mereka.

Dor

Dor

Class

Class

Jujur saja itu sangat menyakitkan bagi Daeva, walau sulur-sulurnya yang di tembak dan di tebas, tetapi itu termasuk bagian dari dirinya.

"Menyerah saja, kau tidak mungkin menang dari kami" ucap pria itu yang sudah berjalan mendekat dengan pisau di tangannya.

Dor

Karena fokus pada pria itu, secara tiba-tiba ada tembakan yang menyasar di dadanya, memang berada di dada kanan tetapi itu tetap menyakitkan.

"Kerja bagus" ucap pria itu sambil terkekeh sebelum mendekati Daeva yang melemas.

Bagaimana rasanya di bius? Sudah ku bilang kau tidak mungkin bisa menang" ucap pria itu sebelum Daeva kehilangan kesadarannya.

"Bawa dia ke mobil, kita berangkat ke New York malam ini" ucap pria itu sambil berjalan menjauh dari sana.

Salah satu anggota pria itu segera menggendong Daeva seperti menjunjung karung beras, ia kemudian pergi mengikuti pria itu bersama anggota lainnya.

"Itu balasan kalau lo berani deket-deket sama kak Alyn" gumam seorang gadis yang sedari tadi memperhatikan mereka.

"Hahh rival terberat gue udah hilang, sekarang tinggal fokus buat jebak kak Alyn biar mau jadi pacar gue" gumam gadis itu sambil terkekeh kecil.

Can I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang