Tanggal 25 di Kantor Itu (Part 2)

3 0 0
                                    

Semakin aku berjalan, aku semakin merasakan perasaan yang aneh di basement ini. Rasa sepinya seolah-olah menyelimuti kulitku. Selain itu, rasa gerah dan pengap menambah perasaanku semakin tidak enak. Sialnya lagi, beberapa lampu di sini terlihat temaram. Sepertinya tidak seterang biasanya.

Agaknya aku sedang ketakutan. Rasa takut yang sama dengan yang tadi aku rasakan di lift. Aku jadi ingat pria yang kutemui di lift yang tadinya kukira hantu. Dia meminta uang lima ratus ribu. Ya, lima ratus ribu, dan aku berikan uangnya. Hahhhh??? Aku baru sadar!

Kenapa aku berikan begitu saja uang sebesar itu hanya untuk membayar hal yang tidak masuk akal?? Diminta ongkos naik lift saja itu sudah aneh. Jumlah uangnya besar pula! Aku baru sadar aku sudah dikerjai. Sepertinya aku dihipnotis. Karena aku baru sadar sekarang. Kurang ajar!

Aku ingin kembali mengejar orang itu. Tapi ke lantai berapa dia tadi? Apa aku lapor saja ke satpam gedung? Tapi rasanya aku malas kalau harus kembali lagi. Aku sudah setengah jalan menuju parkiran motorku di basement ini. Suasananya sudah tidak enak. Mungkin besok saja aku melapor ke satpam. CCTV gedung pasti merekam kejadian itu di lift. Biarlah, besok saja kalau begitu.

Aku mempercepat langkah menuju parkiran motor. Jarak parkiran motor seharusnya tidak jauh, tapi kali ini rasanya aku harus berjalan jauh sekali. Lampu parkiran basement yang terkesan temaram membuat mataku seolah-olah terkena rabun ayam. Tak lama, seluruh lampu di basement berkedip sekitar sedetik. Sial, semakin menakutkan saja. Aku semakin mempercepat langkah. Pandanganku lurus ke depan, tetapi sejurus kemudian ada sesuatu yang terbang dan menabrak wajahku. BRAKK!! Aku teriak karena terkejut bukan main. Refleks, aku langsung menutup mata, dan tubuhku terjatuh dalam posisi duduk.

Aku langsung menoleh ke belakang untuk melihat apa yang baru saja menabrakku. Ternyata hewan terbang berwarna hitam. Entah burung, entah kalelawar. Apa-apaan basement ini? Sudah seperti goa saja! Baru saja otakku mau memerintahkan tubuhku untuk bangkit dari posisi duduk ini, KLIP, lampu basement mati total. Tak ayal aku berteriak, "ASTAGHFIRULLAH!"

Pandanganku benar-benar gelap total. Tak ada yang bisa kulihat sama sekali. Aku gemetar dan berusaha mengambil ponsel dari saku celanaku untuk menyalakan senter. Celana jeans yang cukup ketat membuatku sulit meraih ponsel di saku. Sambil jariku yang gemetar ini berusaha meraih ponsel, terdengar seperti ada suara orang melangkah dari sudut di depanku. Aku semakin merinding, tetapi kemudian berusaha berpikir positif. Mungkin itu satpam atau petugas parkir yang hendak mengecek listrik yang mati.

Saat aku berhasil mengeluarkan ponsel dari saku, aku langsung menyalakan senter. Aku mengarahkan senter ke arah tempat tadi terdengar langkah. Tetapi di sana kosong, tidak ada siapa-siapa. Mungkin aku salah dengar tadi. Tanpa pikir panjang lagi, aku langsung bangkit dan berjalan menuju motorku. Terlihat motorku tinggal sendirian di deretan area parkir motor. Tak butuh waktu lama, aku meraih motorku. Agak sulit memegang ponsel dengan senter menyala di tangan kiri, dan tangan kanan memasukkan kunci ke lubang kunci motor.

Sesaat kemudian aku berhasil menyalakan motor dan memutar motor untuk mengarahkan ke jalan keluar. Tetapi baru saja aku hendak menarik gas motor, sudut mataku melihat seseorang berdiri di sudut sebelah kiriku, sekitar lima meter dari posisiku. Sosoknya terlihat seperti lelaki tinggi, memakai pakaian serba gelap. Sosoknya yang hanya tersinari dari lampu motorku yang terpantul di dinding-dinding basement sekitarnya, tidak terlalu jelas. Bahkan wajahnya tidak terlihat jelas olehku meski aku memicingkan mata untuk melihat lebih jelas. Sementara dia hanya berdiri diam dan sepertinya memandangku.

Aku yang ragu akhirnya memutuskan memanggil orang itu, "Pak?"

Aku memandangnya sambil terus memicingkan mata. Tapi sampai 5 detik dia hanya tetap berdiri diam sambil sepertinya memandangku. Aku langsung merinding. Aku semakin berpikir itu bukan manusia. Maka seketika kutarik gas motorku dan melaju keluar. Tapi dengan jelas aku mendengar langkah sosok tadi berlari mengejarku. Aku tak berani menoleh ke belakang ataupun melihat melalui kaca spion. Aku terus menarik gas. Jalur keluar di parkiran basement yang tidak terlalu lebar ini ini tentu tidak memungkinkan untuk ngebut. Tapi sebisa mungkin aku terus menarik gas karena sosok di belakangku terus terdengar berlari mengejarku.

Cerita-Cerita Sebelum SubuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang