ARKA & JIHAN

satu

hidup memang menyakitkan
namun life after break up jauh lebih menyakitkan

*

semenjak kejadian itu, ngga ada satupun yang bisa menggantikan masa lalu jihan
dengan segala rasa yang teramat rindu, sedari pagi hingga sore hari, jihan hanya bisa menyibukkan dirinya dengan beberapa kegiatan ekstrakurikuler disekolah nya
dan pada malam harinya, ia sibuk menangisi dirinya dan masa lalunya itu

kenangannya itulah yang berhasil membuat jihan sangat sulit untuk melupakan masa lalunya

jihan merupakan salah satu wanita yang sangat periang, namun tidak disaat dia sedang berada di fase patah hatinya

*

"jia"
"dek"
"bangun gih, udah pagi"
"lo ngga kuliah apa"

"iya bang iya, ini jia udah bangun kok"

"oh yaudah, mandi sana"
"lo mau berangkat bareng abang kan?"

"iyaa"

"yaudah, abang tunggu dibawah"

*

"pagi"

"eh pagi sayang"

"lagi?"

"apa?"

"lo nangis lagi dek?"

"engga"

"halah dek dek, mulut lo boleh aja bilang engga, tapi liat mata lo noh, bengkak begitu"

"jia sayang, sini nak"

"kenapa mah?"

"udah sini aja bentar"

jihan pun beranjak ketempat duduk mamahnya yang jaraknya berseberangan dengan tempat duduk jihan

tanpa aba aba sarah pun langsung memeluk putri kecilnya itu, ia sangat tahu bahwa gadis kecil itu sangat teramat lemah dalam masalah kecil, namun ia tak pernah sekalipun mengeluh didepan keluarga nya

"udah ya sayang, jangan ngehabisin energi kamu untuk orang yang ninggalin kamu tanpa kejelasan, kasian diri kamu, mereka lelah harus beradu setiap malam, lupain arka ya sayang? kalo dia emang tulus dan serius sama kamu, dia pasti akan kembali ke pelukan kamu kok, percaya deh sama mamah"

gadis itu hanya mengangguk pelan, dengan air mata nya yang sudah berkumpul dikantung matanya

"udah jia jangan nangis mulu, masa anak papa yang cantik ini mata nya bengkak mulu setiap pagi"

"tauk ih jelek ege dek"

sarah menghapus air mata yang baru saja diteteskan oleh jihan

"udah ih anak cantik mama jangan nangis nangisan lagi ya, kalo ada apa apa cerita sama mama, atau cerita sama abang"

"sama papa juga dong mah"

"iya iya sama papa juga"

"senyum dong jamet"

"abang ih, masa adenya dikatain begitu"