Ch 9.Gelang pemberian kakak.

866 128 3
                                    


.
.
.

Pria itu tak lain adalah Ian.

Ian, dia awalnya ingin kembali beristirahat ke taman setelah kelas
berakhir. Tapi saat di jalan ia melihat
Calistio dan beberapa murid lain sedang berjalan menuju perbatasan hutan Peace leand.

Ian awalnya tidak mau mengikuti mereka, tapi ia penasaran dan juga
dia juga bertanggung jawab jika terjadi sesuatu di antara mereka. Walau perbatasan hutan itu aman, kerana ada penghalang yang terpasang.

Ian menengikuti mereka secara diam-diam. Dia memyaksikan semua
gerak-gerik Simon dan temannya.

"Apa mau mereka lakukan perundungan terhadap keluarga kekaisaran."

Ian merasa kasihan pada Calistio
yang polos dan mudah di bodohi. Dia
pikir begitu sebelum ia menyaksikan
Calistio yang menyerang Simon, dan bicara dengan wajah dingin.

"Apa itu sifat aslinya, apa selama
ini dia berpura-pura." Ian mengomentari perubahan sikap
Calistio.

Ian sempat berpikir untuk turun tangan kerena Calistio di serang bersamaan oleh dua orang lainnya mengunakan pedang, sehebat apa pun dia pasti tidak bisa menghidari salah satunya. Tapi dia mengurung kan niatnya setelah melihat rantai yang keluar dari lingkar sihir.

"Sihir."

Ian berucap takjub, saat melihat Calistio mengunakan sihir yang
bisa di bilang sulit untuk pemula.
Setidaknya harus circle bintang 2
atau 3 untuk mengunakan sihir-sihir
yang di keluarkan Calistio.

Ian terus menoton aksi Calistio, dia tidak ada niatan untuk membantu
anak-anak nakal yang salah melaku kan perundung pada seseorang.

Ian masih mengamati Calistio yang masih terdiam di tempat, setelah Simon dan ke dua temannya pergi.
Dia menatapnya dengan aneh.

'Apa yang di tunggu? Jangan-jangan...'

Ian sedikit terkejut saat mendengar Calistio menyindirnya dengan nada sinis dan menyuruhnya keluar. Seperti yang dia pikirkan Calistio menyadari keberadannya sejak tadi.

.
.
.
.

Kembali saat ini.

Calistio menatap tajam pria di depannya. Dia berdecak dalam hati.
diantara banya orang di akademi kenapa harus Ian yang mengetahui
rahasianya. Dia saat ini tidak bisa mengalahkannya, mengancamnya, apa lagi membunuhnya agar rahasianya tidak terbongkar.

"Tenang saja saya berjanji tidak
akan membeitahu siapa pun."
Ucap Ian, ia mengerti apa yang
di khawatirkan Calistio.

Calistio tertegun mendengar perkataan Ian. Dia semakin
menatap Ian dengan curiga.

"Sebagai gantinya...."

Calistio sudah menduganya mana mungkin orang ini tidak ingin apa pun dari nya. Dia pasti memanfaatkan kelemahannya.

"Jika anda ingin batu mana tingakat tinggi saya tidak punya uang untuk membelinya." Ucap Calistio lebih dulu.

"Jadilah...Apa? Bagaimana anda tau jika saya menginginkan benda itu."
Ian sedikit telat menyadari perkataan Calistio.

Tentu saja ia tau, dia juga seorang penyihir dulu, dia tahu itu adalah benda yang selalu di inginkan para penyihir. Tapi ia tidak menjawab pertanyaan Ian.

"Itu memang hal bagus, tapi bukan
itu yang saya inginkan. Jadilah murid saya Pangeran."Ian telah memikir
kan ini sejak tadi, dia tidak bisa melepaskan anak berbakat seperti Calistio.

Calistio tertegun mendengar perkataan Ian.
"Anda bercanda, saya tidak salah dengarkan." Ucapnya tak percaya, tapi dia melihat wajah serius Ian.

Ian mengeleng.
"Tidak, saya benar-benar ingin
anda menjadi murid saya." Ian berkata meyakinkan.

The Return of The MagicianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang