17.

2 1 0
                                    

Hari demi hari terus berlanjut dan Jovie mampu melewatinya dengan semangat. Hingga tiba dimana Jovie memutuskan untuk resign setelah satu tahun lamanya ia bertahan di toko tersebut. Tidak ada rasa penyesalan apapun setelah ia memutuskan untuk resign. Benar yang Daniel bilang saat itu, jika semua sudah dipersiapkan dari jauh hari maka kita tidak akan merasa menyesal dengan apa yang kita lakukan.

"kamu beneran mau resign jo,"tanya Bu Harti pada Jovie yang sudah siap-siap untuk pulang.

"iya bu, soalnya aku mau cari kerjaan baru sama usaha kecil-kecilan,"

Ini merupakan hari terakhir ia bekerja disini, sebelum pulang pun ia menyempatkan diri untuk berpamitan dengan para rekannya di tenant lain. Setelah itu Jovie melangkahkan kakinya menuju gedung parkiran.

Matanya berkaca-kaca namun bibirnya mengulas senyuman tipis. Ia merasa sangat lega bisa mengambil keputusan untuk resign. Memang tepat sekali apa yang dikatakan Daniel jika resign akan menjadi sebuah pencapaian disaat kita sudah bisa banyak belajar dan ingin keluar dari zona nyaman dengan bekal yang sudah di bawa dari tempat kerja sebelumnya.

Jovie pun segera melajukan motornya menuju cafe untuk melanjutkan rutinitasnya seperti biasa.

Disinilah Jovie yang sedang mengantri bakso langganan anak cafe tiap sore.

"mbak kamu beneran resign,"tanya Alya.

"iya al, aku mau cari kerjaan lain sambil jualan,"

"pasti berat ya ambil keputusan itu,"

"pasti sih al tapi ya aku mau eksplor dunia luar, aku nggak mau aja jadi orang pengecut yang terus-terusan diem di zona nyaman,"

"apapun itu aku dukung kok mbak,  semangat terus deh,"ucap Alya sambil mengelus bahu Jovie.

Jarvis yang baru saja akan keluar untuk merokok sebentar pun pandangannya teralihkan dengan Jovie dan Alya yang menyebrang sambil menenteng plastik.

"wah sore sore jajan bakso, bagi dikit lah,"

"enak aja beli sendiri mas," jawab Alya.

"lah itu bungkusan banyak emang abis dimakan berdua,"

"mana ada berdua, ini titipan mbak gea sama anin, lagian mas apip ngapain keluar kan harusnya masak di dapur,"ucap Jovie.

"aku mau ngerokok bentar sebatang doang nggak sampe sejam, cafe juga masih sepi. Dah sana masuk,"ucap Jarvis yang kemudian berjalan menuju halaman parkir untuk merokok.

Hari sudah malam dan Jovie pun sedang melajukan motornya menuju rumah. Sampai di rumah, ia di sambut sang Ibu dengan pelukan hangat.

"maaf ya bu aku udah egois, aku belum bisa bantu ibu buat beli rumah tapi malah nyusahin ibu karna aku resign,"

"huss nggak ada yang kecewa sama kamu jo, justru ibu seneng kamu sudah bisa berpikir dewasa dan bisa mengambil keputusan setelah banyak pertimbangan. Uang bisa dicari dan perkerjaan nggak cuma disitu aja, pokoknya ibu selalu berdoa untuk setiap langkah yang kamu ambil,"

"huhuu mbak jojo aku juga mau peluk,"ucap Arwan sambil memeluk Jovie.

"hadeh bayi gede nih kalo meluk nggak kira-kira ya,"ucap Jovie sambil mengelus punggung Arwan dam tertawa.

Jovie sangat bersyukur sekali mendapatkan dukungan dari orang terdekat. Rasanya hari ini ia bisa tersenyum lepas tanpa ada beban pikiran yang menghalanginya untuk tersenyum.

Sore ini Jovie di sibukkan dengan pekerjaannya di cafe.

"eh jo di suruh ke ruangan pak dani,"ucap Jenny yang baru saja turun dari ruang staff.

My Jo-Jo (Aku dan Mimpi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang