07

407 34 6
                                    


Di sinilah sekarang Elsa berada. Di dalam ruangan besar dengan cahaya lampu diskotik yang menyelimuti aksi-aksi nakal mereka yang mengisi.

Elsa sedaritadi hanya melamun. Menghabiskan waktunya dengan duduk, diam tanpa sedikit mau untuk ikut-ikutan berdansa di tengah-tengah ruangan.

Entah mengapa ia tak mengerti alurnya. Ia butuh bantuan, sungguh. Apalagi ketika ia menyadari bahwa sudah 5 gelas alkohol yang sudah dirinya teguk sedari tadi.

Elsa menyambar puntung rokok ke-3. Kini diselingi helaan nafas gusar. Mungkin ia harus menemui kepala club di sini. Barang kali, orang-orang yang diinginkannya memang sengaja tidak diperlihatkan batang hidungnya.

"Mas, kalau mau nyewa, di sebelah mana, ya?"

Tapi kenyataannya, Elsa tidak menemui orang yang dia pikir kepala club tersebut. Ia malah bertanya kepada salah satu barista pria di dalam club itu yang langsung menghadiahi dirinya kerutan alis.

"M-maksudnya?"

Elsa dibuat turut bingung.

Loh?

Apa dia salah masuk club? Memangnya di sini tidak ada?

"Maksudnya gimana mas? Saya mau nyewa. Kalau mau nyewa, nyewanya dimana?"

Barista tersebut pun semakin bingung. Ia sampai menegakkan tubuhnya sembari menatap Elsa. Namun kemudian ia menunjuk ke arah sebuah pintu.

Dia bilang di sana lah tempat orang-orang itu berkumpul.

"Ke sana aja, mbak..."

"Oke." Jawab Elsa. Ia pun langsung berbalik tanpa mengucapkan terima kasih dan meninggalkan barista itu tanpa sepatah kata lainnya.

Elsa masuk ke dalam ruangan itu, ketika ia membuka pintu, kedengarannya senyap, tidak seperti keadaan di luar ruangan yang teramat berisik oleh dentuman-dentuman musik yang keras.

Keadaannya tidak terlalu sepi. Tapi bau rokok dapat tercium amat menyengat dari sana. Elsa lantas berjalan menuju sebuah meja. Meja itu diisi oleh seorang wanita.

"Permisi.." Tutur Elsa.

"Ya... Mau cari siapa, mbak?"

Bersamaan dengan Elsa yang sedang sibuk berbincang dengan wanita itu, nyatanya ada seorang wanita lain yang baru saja keluar dari sebuah ruangan di sana.

Ia memasang wajah terkejut ketika melihat Elsa. Dia akhirnya memilih untuk maju satu dua langkah, guna mendengar suara percakapan antara Elsa dan wanita di dekat meja itu.

"Mbak bercanda, kan?"

"Loh... Saya mana ada bercanda? Saya serius mau nyewa seseorang di sini." Katanya, agak meninggikan suara.

"Tapi semua yang ada di sini hanya perempuan. Tidak ada laki-laki. Kami sulit untuk menyediakan-"

"Saya nggak butuh laki-laki. Perempuan juga cukup. Lagian saya bisa bayar kok!"

"Masalahnya jarang sekali mbak ada klien perempuan di sini. Itu pun belum tentu mereka mau untuk-"

Chate. Perempuan yang sedaritadi mendengar ucapan mereka akhirnya berjalan mendekat. Mencoba melerai keduanya.

"Elsa?" Elsa yang dipanggil lantas menoleh. Dia terkejut. Terkejut ketika melihat Chate ternyata ada di sini.

"Chate?" Alis Elsa mengerut. Bingung.

"Chate, lo kenal orang ini?" Wanita itu mengeluarkan suara. Menunjuk Elsa menggunakan dagunya.

"Kenal.." Jawab Chate pelan tanpa menatap wanita itu dan hanya menatap Elsa.

"Elsa.."

"Kok lo di sini, Chate??" Elsa menatap Chate dari atas sampai ke bawah.

Pakaian yang Chate pakai... Terlihat... Ugh.

Ah, jangan-jangan?

"Kamu ngapain di sini, Elsa?"

"Ya lo sendiri ngapain??"

"Saya kerja di sini." Seketika tubuh Elsa seperti tersengat listrik. Ia tak menyangka, perempuan yang waktu itu dirinya tolong ternyata seorang...

"Kerja? Seriusan lo?" Chate mengangguk.

"Wow.."

"Kamu ngapain ke sini?"

"Kok lo nggak bilang Chate?"

"Hah?"

"Lo kerja di sini. Kok nggak bilang?"

Chate mengusap wajahnya. Sementara Elsa, entah mengapa ia merasa hatinya mencelos. Ternyata wanita bak dewi dan model seperti Chate bekerja seperti ini.

"Saya jelas nggak bisa bilang. Saya takut bikin kamu geli. Bahkan saya kaget bisa ketemu lagi sama kamu... Di tempat ini..."

"Ck! Woi! Kok malah temu kangen sih kalian? Ini suruh keluar aja. Cewe-cewe di sini nggak bakal bisa dipake sama cewe. Paham nggak lo??"

Tiba-tiba wanita itu menyambar percakapn keduanya. Membuat Elsa melempar tatapan tajam padanya. Sementara Chate menghela nafas.

"Biar dia urusan gue, Ay." Ujar Chate pada wanita itu. Kemudian kembali menatap Elsa yang langsung diam seribu bahasa ketika mendengar ucapannya.

"Gue yang bakal layanin dia."





















































"Nggak. Gue pulang aja."

Elsa masih belum bisa menerima kenyataan. Jadi dia memilih untuk keluar dari tempat itu. Ia tidak bisa. Dia tidak akan memakai orang seperti Chate.

Dan orang lain pun juga seharusnya sama.

"Kenapa?"

"Gapapa." Chate lantas menahan Elsa yang sudah hendak pergi. Ia menarik nafas.

"It's okay. I could take care of you, Elsa. Just one night." Chate menggapai kedua tangan Elsa, kemudian mendekat. Elsa akhirnya membuang pandangan, membuat Chate dengan berat hati melepas kedua tangan Elsa yang telah digenggamnya.

"Tunggu sebentar. Jangan pulang dulu. Saya mau nyelesain satu klien lagi, setelah itu udah. Saya bisa sama kamu."



















***

Satu dua tiga mana pasukan stelan Daboyyy tettetetet tetet tet tet

You Belong With Me | ENGLOT AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang