Makasih yang sudah nungguinJangan lupa vote ya. Tahu kan tempatnya. Nih di bawah ya👇👇👇😁
Haapy reading. Cek typo yaa
Semua karyawan di ruang kerja Zizi tidak ada yang beranjak dari kubikelnya, padahal sudah mendekati jam makan siang. Biasanya, jam-jam seperti ini mereka sudah seperti Beo berkicau.
Mendekati akhir bulan, divisi purchasing akan disibukan penyediaan stok bahan baku boneka.
"Kamu mau makan apa, Zi?" tanya teman Zizi.
"Soto aja yuk! Aku pengin yang seger. Tempatnya juga deket, sudah mepet selesai jam makan siangnya, nih."
Setelah membereskan pekerjaannya, Zizi dan beberapa temannya keluar kantor untuk makan siang.
"Boleh gabung, nggak?" Seorang pria berpakaian rapi meminta izin.
"Eh ... Mas Azril, boleh Mas," kata teman Zizi. Wanita itu mempersilakan pria tadi untuk duduk di sebelahnya. Namun, pria itu menarik kursi di sebelah Zizi.
"Aku duduk di sini aja, ya."
"Silakan, Mas," kata teman Zizi.
Di sela makan siang, sesekali terlibat obrolan. Pria itu adalah salah satu sales penyuplai bahan baku pada perusahaan Zizi bekerja.
"Katanya, Pak Abdul mau resign ya?" tanya Azriel.
"Iya, Mas. Mau usaha sendiri."
"Sayang ya, padahal manager 3 divisi."
"Tapi usahanya juga enak, Mas. Jadi rekanan perusahaan kita. Rezeki Pak Abdul tuh. Beliau keluar bareng supervisor kita, Mbak Laras."
"Wah, berarti, ada dua lowongan kosong, nih."
"Mau ngelamar, Mas?"
Azriel tersenyum mendengar ucapan teman Zizi.
"Kayaknya, perusahaan sudah dapat pengganti. Cuma masih di luar negeri. Kemungkinan, bersamaan Pak Abdul keluar, calon penggantinya masuk. Sekarang aja, Pak Abdul ngasih training calonnya lewat online. Mereka zoom meeting."
Azriel mengangguk pelan. Kemudian dia melirik sesaat kepada Zizi. Wanita yang menurutnya tidak banyak bicara, bukan berarti tidak ramah. Entah mengapa, sosok seperti Zizi yang disukainya dari beberapa teman wanita yang dikenalnya.
"Kalo supervisor, kayaknya Zizi calon kuatnya, Mas," kata teman Zizi, di sambut Zizi berdecak.
"Oh ya? Selamat dong. Kalo gitu, perlu kita rayain," kata Azriel. Zizi melirik Azriel, dia tidak merespons ucapan Azriel.
"Nggak usah didengerin, Mas." kata Zizi.
"Ayolah, Zi sekali-sekali jalan. Nggak usah malam mingguan deh. Pulang kerja aja," kata teman Zizi.
"Kalo malam minggu sudah ada yang tag, ya, Zi? " tanya Azril tersenyum.
"Nggak sih Mas, cuma aku lebih suka menikmati liburku dengan males-malesan."
Azril mengerjap sambil tersenyum senang. Artinya, dia punya kesempatan kenal Zizi lebih dekat.
"Ya ampun, Zi. Gimana mau dapet jodoh kalo gitu. Bentar lagi akhir tahun, mau perpanjang lagi kontrak jomblonya?" kata teman Zizi.Disambut tawa Azriel dan beberapa teman Zizi. Sementara, Zizi hanya berdecak.
"Aku serius loh, kalo mau rayain naik jabatannya Zizi. Aku mau traktir kalian," kata Azriel ketika mereka selesai makan.
"Tuh, Zi."
Sekali lagi, Zizi merespons dengan menggeleng.
"Hari ini aku yang traktir," kata, Azriel saat mereka akan membayar.
"Wah ... makasih, Mas. Sering-sering aja, ya, " kata teman Zizi kompak.
"Aku tunggu ya, jawaban kalian," kata Azriel saat mereka keluar dari warung soto.
****
Pukul empat sore, Zizi sudah sampai di rumah. Seperti biasa, dia akan menyetrika baju yang tadi pagi dicucinya.Setelah menyetrika baju, dia memisahkan baju dari tiap baju pemiliknya. Bibi pun membawa tumpukan bajunya dan baju Adnan ke kamar. Sementara Zizi, setelah merapikan pakaiannya, dia membawa pakaian Bisma ke kamar pria itu. Meletakkan pakaian di kasur seperti biasa.
Sebelum meninggalkan kamar, wanita itu mengedarkan pandangan keseluruh ruangan. Kamar itu tidak berubah dari pertama kali Zizi masuk.
Lalu, matanya melihat tumpukan brosur pada meja kecil dekat lemari pakaian. Zizi mendekati meja, mengambil satu dari tumpukan macam-macam brosur rumah dan apartemen. Kemudian setelah melihat, dia keluar kamar.
Zizi duduk di sebelah Bibi yang memotong kacang panjang pada bale bambu taman belakang. Wanita itu menyiapkan masakan untuk makan malam.
"Bun, pilihin mana yang bagus," kata Zira. Anak itu keluar dari rumah utama.
"Apa ini?"
"Om Bisma mau beli rumah. Tiap hari bawa gambar model rumah dan gedung," kata Zira seraya menyerahkan dua brosur rumah.
Zizi melirik sang bibi. Tanpa mengeluarkan satu kata, Bibi paham apa yang akan ditanyakan keponakannya.
"Bibi pernah ngomong ke Bisma, apa tidak sebaiknya cari rumah? Karena sudah dua tahun ini dia pulang kerja bawa mobil kantor. Mobilnya selalu parkir depan rumah karena garasi kita, sudah penuh dengan mobil bak, motor Viar pengangkut barang untuk langganan, mobil sedan, dan belum lagi motormu dan Adnan. Bibi nggak enak sama tetangga. Jalan perumahan kita kan kecil. Eh, anak itu malah salah paham, dibilangnya Bibi mengusirnya. Bukan itu juga sih, BSD-Bekasi lumayan jauh. Seandainya tinggal di sana tidak terlalu jauh. Setelah dijelaskan barulah paham."
"Bun ..., mana yang bagus?" tanya Zira seraya menggerakan lengan Zizi karena sedari tadi, Zizi mengabaikan pertanyaannya.
"Yang mana ya." Zizi pura-pura berpikir. Dihadapannya ada dua brosur, satunya brosur perumahan minimalis dan satunya brosur gedung apartemen.
"Kalo yang ini, kata Om Bisma ada kolam renangnya. Zira suka yang ada kolam renangnya." Zira menunjuk gambar gedung bertingkat.
"Bunda suka yang ini." Zira menunjuk gambar rumah minimalis. "Tapi, kalo Zira suka yang ada kolam renang, Bunda ikut pilihan Zira."
Zira tersenyum mendengar ucapan Zizi. Lalu, membawa brosur itu ke rumah utama. Anak kecil itu akan menggambar kolam renang.
Zizi mengambil satu kacang panjang, memotongnya. Bibi memperhatikan raut Zizi. Raut wanita itu mendung.
"Apakah kamu sedih, Bisma akan pindah?"
Zizi hanya menatap sekilas, tidak menjawab pertanyaan Bibi.
Bibi menghela napas. "Padahal, Bibi berharap kalian bisa bersama. Bibi percaya, Bisma adalah pria yang dapat menjagamu dan Zira."
Dengan wajah tertunduk, Zizi berkata, "Dalam hati Mas Bisma ada wanita yang belum dapat dia lupakan."
Bibi berdecak. "Apakah kamu tidak punya kepercayaan diri terhadap mantan Bisma?"
Zizi menghentikan aktifitasnya sesaat, dia menatap Bibi.
"Apakah kamu tidak menyukainya?" Bibi menatap lekat Zizi, lalu menggeleng pelan. "Kalo kamu menyukainya, kenapa kamu tidak yang berinisiatip memulai duluan. Bilang ke Bisma untuk melupakan wanita itu dan memulai dari awal denganmu."
Zizi mendadak gelagapan atas ucapan Bibi yang tanpa tedeng alin-aling. Dia pun beranjak dari bale masuk ke dapur dengan alasan akan menyiapkan bumbu kacang panjang.
🌹Sampai ketemu besok🌹
Ya Ampun, Bi. Manalah Zizi berani, yaak. Kenapa nggak Bibi aja yang ngomong😂 setuju nggak?
Apa perlu kita kasi kompor, biar Bisma nge gas gitu? 😁 yang setuju, boleh kasih jawaban di kolom komentar😁😁
KAMU SEDANG MEMBACA
cinta dan Luka
RomanceJodoh itu takdir Tuhan, tapi manusia punya hak untuk memilih.